Teori-Teori Semantik TINJAUAN PUSTAKA

dalam buku Hermann Paul, sarjana bahasa terkenal, Prinzipien der Sprachgeschichte Pokok-pokok Sejarah Bahasa yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris 1880 dan diadaptasikan dalam bahasa itu 1889. Di Perancis juga ada dua buah buku penting yang banyak dibaca orang yang menyangkut masalah semantik, yaitu karya Arsens Darmesteter, La Vie des Mots etudies dans leurs significations 1887 dan sepuluh tahun kemudian karya Breal, Essai de Semantique 1897. Kedua buku ini boleh dikatakan merupakan karya klasik awal suatu ilmu pengetahuan baru S. Ullman., 1977. Semantik sebagai kajian makna, yaitu makna yang tersirat dalam kalimat juga menjadi objek pembahasan dalam semantik, dan makna yang muncul dalam pembicaraan tentang kata yang disebut makna kata. Pembicaraan tentang makna kata juga menjadi objek dalam semantik. Semantik merupakan kajian yang sangat luas tentang makna. Para ahli berpendapat bahwa semantik adalah studi tentang makna. Secara empiris sebelum seseorang berbicara dan ketika seseorang mendengar ujaran seseorang terjadi proses mental pada diri keduanya. Proses mental tersebut merupakan proses menyusun kode semantik, kode gramatikal dan kode fonologi pada pihak pembicara, dan proses memecahkan proses fonolofis, gramatikal, dan kode semantik pada pihak pendengar. Dengan kata lain, baik pada pembicara maupun pendengar terjadi proses pemaknaan, Pateda, 1996:7.

2.2 Teori-Teori Semantik

Teori tentang makna dibedakan atas : 1. Teori Refrensial, teori ini dikemukakan oleh Ogden dan Richards 1923 yang menggambarkannya dalam sebuah bentuk segitiga, yaitu segitiga makna. Menurut teori ini makna sebuah kata cendrung semantik leksikal dalam arti makna yang Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 ditunjuk oleh kata itu, atau objek yang ditunjuk oleh objek itu. Dengan kata lain makna adalah objek yang ditunjuk oleh satu kata ujaran atau makna sebuah ujaran adalah referensi ujaran tersebut. Namun teori ini memiliki kelemahan karena tidak semua kata mempunyai referensi meskipun semua kata mempunyai makna. 2. Teori Behaviorist, makna menurut teori ini adalah situasi bahasa ketika seseorang mengucapkan sesuatu beserta tanggapan yang muncul pada pihak pendengar terhadap ucapan tersebut. Salah seorang pelopornya yaitu Bloomfield. Menurut Bloomfield situasi bahasa merupakan gambaran S stimulus dan R respons. S-R merupakan makna ujaran dan akhirnya menentukan makna dengan ciri-ciri situasi yang berulang dimana bahasa digunakan. 3. Teori Mentalist, menurut teori ini, makna merupakan gagasan, ide, konsep yang berhubungan dengan ujaran tersebut. dengan kata lain arti makna sebuah kata adalah konsep atau gagasan yang berhubungan dengan kata tersebut. Satu ciri utama dari teori ini ialah ucapan Glucksberg dan Danks, yakni : ”The set of possible meanings in any given word is the set of possible feelings, images, ideas, concepts, thoughts, and inferences that a person might produce when that word is heard and processed.” 4. Teori Pemakaian. Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman yang bernama Wittgenstein 1830, 1858. Bagi Wittgenstein, bahasa merupakan suatu bentuk permainan yang diadakan dalam beberapa konteks dengan beberapa tujuan. Bahasapun mempunyai kaidah yang membolehkan beberapa gerakan, tetapi melarang gerakan yang lain. Wittgenstein memberi nasihat, ”Jangan menanyakan makna sebuah kata; tanyakanlah pemakaiannya.”Teori ini melihat makna dari segi mana Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 ujaran digunakan oleh pemakai bahasa dengan kata lain makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainya dalam masyarakat bahasa.

2.3 Jenis Makna