Hubungan Makna Kalimat Analisis Semantik Kalimat Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah

tidak begitu jelas. Ciri ketaksaan umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena pada bahasa tulis unsur suprasegmental tak dapat dideskripsikan secara akurat Chaer, 1994:307. Ketaksaan pada bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah terdiri dari ketaksaan leksikal dan ketaksaan struktural. Ketaksaan leksikal adalah ketaksaan yang disebabkan oleh kata polisemi yang terdapat di dalam kalimat. Kata polisemi itu memiliki beberapa makna, maka makna kalimat itupun bersifat taksa. Tetapi tidak semua kata polisemi dapat menyebabkan ketaksaan makna kalimat, sebab ketaksaan makna juga bergantung pada struktur kalimat yang dimasuki kata tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kalimat, ”Ati Udin bebungo-bungo bilo dipuji”, ”Ani menjadi bungo deso di kampungnyo”. 4. Kemubaziran Redundansi Kemubaziran makna adalah penggunaan unsur segmental yang berlebih-lebihan dalam suatu bentuk ujaran Chaer, 1994:310. Kemubaziran dapat dilihat pada kalimat dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah berikut : ”Bajunyo dituka setiap hai Ahad”, ”Umah kami ditowangi lampu lilen”, ”Amat mengayoh sampannyo mudek ke hulu”.

5.2.3 Hubungan Makna Kalimat

1. Sinonim Makna dua kalimat dikatakan memiliki hubungan sinonim apabila kedua makna kalimat itu dapat saling menurunkan atau makna kedua kalimat itu saling menurunkan turunan makna yang sama. Jadi, dua kalimat yang bersinonim harus memiliki persamaan makna. Makna kalimat pada dasarnya adalah proyeksi atau penanyangan makna kata, Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 makna kesinoniman makna dua kalimat juga cenderung bergantung kepada sejauh mana unsur kata di dalam kedua kalimat itu bertumpang tindih. Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah juga ditemukan data hubungan makna kalimat yang bersinonim. Ciri sinonim makna kalimat yang menonjol di dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah adalah ciri kesinoniman unsur leksikal. Seperti dalam kalimat berikut ini : Aku lupo memosannyo”, kata lupo sama dengan kata tak ingat pada kalimat ”Aku tak ingat memosannyo”, kata bepanas pada kalimat ”Siang tu dio bepanas” sama dengan kata bajomu pada kalimat ”Tiap hai dio bajomu”, dan pada kalimat ”Cekel botul akak tu samo adeknyo” kata cekel sama dengan kata polit pada kalimat ”Tak heran memang polit dio kalo soal duit”.

2. Antonim

Antonim berkaitan dengan hubungan perbedaan makna. Perbedaan makna ini mengarah sedemikian rupa menjadi makna yang saling berlawanan. Jadi, dua kalimat dianggap berantonim apabila kedua kalimat itu berlawanan. Keantoniman makna dua kalimat juga cenderung bergantung kepada sejauh mana makna kata unsur di dalam kedua kalimat itu saling berlawanan. Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah juga ditemukan data hubungan makna kalimat yang berantonim. Ciri antonim makna kalimat yang menonjol adalah ciri keantoniman unsur leksikal. Seperti pada kalimat : Adiknyo pinta dan kakaknyo bodoh, Lai moto tu kadang copat kadang lambat, Lakinyo baek tapi bininyo cekel, Bah yong itam sodangkan uncu puteh, Abah tinggi omak pendek, Wono kulit si Minah dan si Odah macam siang dan malam, Peel budak tu kadang elok tekadang jahat. Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka ditarik beberapa simpulan tentang semantik bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah sebagai berikut : Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah semantik leksikal terdiri dari kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata turunan, kata majemuk. Kata majemuk terdiri atas unsur pertama dan unsur kedua kata benda, unsur pertama kata benda dan unsur kedua kata keadaan, unsur pertama kata benda dan unsur kedua kata keadaan, unsur pertama dan unsur kedua kata kerja, unsur pertama kata kerja dan unsur kedua kata benda, unsur pertama kata kerja dan unsur kedua kata keadaan, unsur pertama kata bilangan dan unsur kedua kata benda. Leksikon dan unsur leksikon dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah, terdiri atas: kategorimatik, sinkategorimatik, dan idiom. Idiom dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah secara semantis tidak bersifat komposisional yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna yang sebenarnya. Perubahan makna dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah terdiri atas: Perluasan makna, penyempitan makna, amelioratif, peioratif, sinestesia, dan asosiasi. Semantik kalimat dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah terdiri atas: Makna harfiah dan nonharfiah. Makna harfiah merupakan makna yang diungkapkan dengan menggunakan makna yang sebenarnya. Sedangkan makna nonharfiah merupakan ungkapan yang tidak sesuai dengan makna yang sebenarnya. Hubungan makna kalimat dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah, mencakup : sinonim dan antonim. Dan Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008