majemuk yang kadang-kadang strukturnya berbeda dengan bahasa Indonesia. Unsur- unsur kata majemuk itu tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain unsur-unsur itu tidak
mungkin disisipi unsur lain, seperti yang, itu, nya, dan, dan akan. Jika ada penambahan bubuhan pada unsur kata majemuk itu , bubuhan itu harus berhubungan dengan semua
unsur itu. Kata yang termasuk dalam kata majemuk, yaitu : kaeto lombu, utan imbo, ladam
kudo, anak talingo, topung boas, bini mudo, cino buto, lancang kuneng, kaeto sowong, bonang jait, ponuh sosak, kuwus koing, duko lao, haam jadah, pocah bolah, lomah
lombut, sepak tojang, poluk cium, jungke balik, angkat bicao, timbang aso, kojo koas, gayung besambut, pos jago, piso lipat, uang baco, gundah gulano, joeh payah, dan
sebagainya.
5.1.5 Idiom
Idiom merupakan ungkapan yang secara semantis tidak bersifat komposisional, yaitu urutan kata yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna-makna leksem
sebagai unsur-unsur yang membentuk idiom tersebut Palmer, 1976:41, Cruse, 1991:37. Idiom dalam kajian ini dibatasi sebagai suatu ujaran yang maknanya tidak dapat
diramalkan dari unsur-unsur makna baik secara leksikal maupan gramatikal. Secara leksikal yang tidak mengalami perilaku morfologis seperti afiksasi, dalam bahasa Melayu
dialek Bandar Khalipah : kusut masay tidak rapi, sombah sujud minta ampun, ondah hati rendah hati, koas kepalo keras kepala tidak bisa dinasehati, tukang bongak
’pembohong’. Terdapat juga idiom yang secara gramatikal salah satu bagiannya mendapat
perilaku morfologis atau mendapat afiksasi. Contoh dalam bahasa Melayu dialek Bandar
Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008
Khalipah : katokuk lutut bersila, membanting tulang kerja keras, adat tolok timbunan katial orang tua banyak pengalaman, sepeah tigo tail perangai yang sama saja,
sombah sujud minta ampun, langit bekelike gunung katembeang umpama pada orang yang berpikir, pisau paot tajam sebolah orang yang tegas, tukang bongak
pembohong, koas kepalo keras kepala tidak bisa dinasehati.
5.1.6 Ciri-ciri Makna Leksikal
1. Kebermaknaan Sebuah kata disebut bermakna apabila kata itu memenuhi satu konsep atau
mempunyai rujukan Parera, 1990:18. Jadi unsur leksikon dianggap bermakna selama unsur tersebut tidak berubah wujud formalnya untuk mendukung makna tersebut serta
memenuhi satu konsep atau mempunyai rujukan. Kebermaknaan terdapat kata berikut : yang termasuk dalam noun yaitu, umah,
okok, katil, bungsu, uncu, celano, boas, selampai, empolam, yang termasuk dalam verb yaitu, gotil, pogi, donga, dompang, lumpat, tengok, tules, lai, balek, tompis, yang
termasuk dalam adjektif yaitu, cekel, baosih, koto, gilo, golap, meah, kuneng, yang termasuk dalam adverb yaitu, towang, golap gulito, sodih, sanan, sensao, kayo, sonang,
yang termasuk dalam numerik yaitu, tigo, ompat, lapan, limo bolas, seibu, yang termasuk dalam n.majemuk yaitu, matoai, tika bantal, umah tanggo, ketoapi, dan yang termasuk
dalam n.idiom yaitu, muko kusu, mentadaah, tukang makan, dan sebagainya. 2. Polisemi
Polisemi merupakan satu kata yang mempunyai arti lebih dari satu makna Chaer, 1994:301. Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah ditemukan sejumlah yang
Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008
memiliki ciri polisemi. Kata-kata yang berpolisemi kemungkinan akan menyebabkan ketaksaan di dalam kalimat tertentu.
Kata yang termasuk polisemi dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah, yritu : abah, dapat diartikan ayah atau abang, adu, dapat diartikan melapor atau lagatarung,
daki, dapat diartikan kotoran badan atau mendaki gunung, gatal, dapat diartikan gatal atau genit, jangko, dapat diartikan jangka untuk mengukur atau masa waktu, jati, dapat
diartikan kayu jati atau aslimurni, laku, dapat diartikan sebagai laris atau tingkahperangai, dan geloga, dapat diartikan sebagai bagian bawah dari rumah tempat
memaku lantai atau suara menggelegar. 3. Homonim
Kata-kata yang tulisannya atau ejaan dan bunyinya sama, namun diucapkan dengan tekanan yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda pula disebut homonim
Chaer, 1994:97-98. Relasi antara dua buah ujaran yang berhomonim biasanya berlaku dua arah.
Contoh dalam bahasa Indonesia antara bulan yang bermakna benda yang ada di langit, dan bulan yang datang tiap 30 hari pada wanita yaitu menstruasi, kata pacar yang
bermakna ’inai’ dan kata pacar yang bermakna ’kekasih’, antara kata bisa yang bermakna ’racun’ dan bisa yang bermakna ’sanggup’.
5.1.7 Hubungan Makna Leksikal