Perumusan Masalah Kerangka Teori

bahasa sebuah bahasa. Ini berarti kgramatikalan atau ketatabahasaan sebuah kalimat ditentukan oleh makna runtunan yang diterima oleh pemakainya Parera, 1991 : 99. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu diadakan suatu penelitian tentang makna bahasa dari sudut pandang semantik, terutama semantik bahasa daerah, yaitu bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : ”Bagaimanakah penggunaan semantik kata dan kalimat dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah berdasarkan teori semantik struktural”. Masalah ini dispesifikasikan atas dua bagian : 1. Bagaimanakah semantik leksikal dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah? 2. Bagaimanakah semantik kalimat dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah?

1.3 Kerangka Teori

Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik struktural sebagai konsep dasar. Dalam mendeskripsikan bahasa dengan pendekatan semantik struktural teori yang dipergunakan adalah teori analisis hubungan makna, teori analisis komponen makna, teori analisis medan makna, dan teori analisis kombinatorial, Parera, 1991 : 49 : 100. 1. Teori Analisis Hubungan Antarmakna Hubungan antarmakna adalah hubungan kemaknaan antara satuan bahasa. Satuan bahasa mencakup morfem, kata, frase, dan kalimat. Hubungan kemaknaan menyatakan kesamaan makna, pertentangan, ketercakupan, kegandaan makna, dan kelebihan makna Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 yang masing-masing disebut sinonim, antonim, polisemi, homonim, hiponim, dan homograf. 2. Teori Analisis Komponen Makna Analisis komponen makna adalah cara menganalisis struktur makna. Pendekatan ini menganalisis kata ke dalam perangkat komponen semantik. Parera, 1991:89, mendeskripsikan komponen semantik tentang seks, generasi, dan garis keturunan. Komponen seks dibedakan atas, “jantan” + dan “betina” -. Setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen komponen makna dan fitur semantik yang membentuk keseluruhan makna kata tersebut. Komponen makna tersebut dianalisis satu per satu, + manusia, - jantan, + kawin, dan + punya anak. Perbandingan fiturkomponen kata, ayah “ayah” dan omak “ibu”, dalam bagan sebagai berikut : No. Komponen Makna Ayah Omak 1 manusia + + 2 dewasa + + 3 jantan + - 4 kawin + + 5 punya anak + + Keterangan : Tanda + berarti memiliki komponen makna tersebut Tanda - berarti tidak memiliki komponen makna Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 Selanjutnya analisis komponen semantik makna kata dapat memberi jawaban, mengapa suatu kalimat, a. benar analitis, b. berkontradiksi dan c. bersifat anomali aneh. Misalnya kalimat di bawah ini : a. Omakku udah dewasa Ibu saya sudah dewasa Kalimat a adalah kalimat yang benar kalimat analitis b. Omakku bolum dewasa Ibu saya belum dewasa Kalimat b adalah kalimat yang bertentangan berkontradiksi c. Omakku diakit Ibu saya dirakit Kalimat c adalah kalimat yang bersifat anomali 3. Teori Analisis Medan Makna Parera, 1991:69 menyatakan bahwa setiap kata dapat dikelompokkan sesuai dengan medan maknanya. Dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefenisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumbang tindih antara sesama makna. Medan makna merupakan satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan kesamaan, kontakhubungan dan hubungan asosiasi. Setiap medan makna akan selalu cocok antar sesama medan sehingga membentuk keutuhan bahasa yang tidak mengenai timpang tindih, seperti dalam bagan berikut : Pandai cerdik bijak terpelajar berpengalaman terdidik cendikiawan Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008 Jadi kata cerdik, terpelajar, terdidik, bijak, berpengalaman, cendikiawan, termasuk dalam kelompok pandai. 4. Teori Analisis Kombinatorial Analisis kombinatorial adalah analisis kalimat yang menyatakan bahwa makna sebuah kalimat ditentukan oleh makna kata-kata pembentuknya dan makna runtunan kata-kata yang membentuk kalimat itu. Makna yang muncul akibat runtunan kata-kata itu disebut makna struktural. Ciri yang menandakan makna struktural yang diterima oleh pemakainya membentuk tata bahasa sebuah bahasa. Dengan demikian kegramatikalan sebuah kalimat ditentukan oleh hubungan makna yang diterima oleh masyarakat pemakainya. Para pakar membedakan makna leksikal dan makna struktural atau makna gramatikal. Makna sebuah kalimat berupa kombinasi antara makna leksikal unsur pembentuk kalimat dan makna struktural. Pendekatan ini disebut pendekatan semantik kombinatorial.

1.4 Tujuan Penelitian