memiliki ciri polisemi. Kata-kata yang berpolisemi kemungkinan akan menyebabkan ketaksaan di dalam kalimat tertentu.
Kata yang termasuk polisemi dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah, yritu : abah, dapat diartikan ayah atau abang, adu, dapat diartikan melapor atau lagatarung,
daki, dapat diartikan kotoran badan atau mendaki gunung, gatal, dapat diartikan gatal atau genit, jangko, dapat diartikan jangka untuk mengukur atau masa waktu, jati, dapat
diartikan kayu jati atau aslimurni, laku, dapat diartikan sebagai laris atau tingkahperangai, dan geloga, dapat diartikan sebagai bagian bawah dari rumah tempat
memaku lantai atau suara menggelegar. 3. Homonim
Kata-kata yang tulisannya atau ejaan dan bunyinya sama, namun diucapkan dengan tekanan yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda pula disebut homonim
Chaer, 1994:97-98. Relasi antara dua buah ujaran yang berhomonim biasanya berlaku dua arah.
Contoh dalam bahasa Indonesia antara bulan yang bermakna benda yang ada di langit, dan bulan yang datang tiap 30 hari pada wanita yaitu menstruasi, kata pacar yang
bermakna ’inai’ dan kata pacar yang bermakna ’kekasih’, antara kata bisa yang bermakna ’racun’ dan bisa yang bermakna ’sanggup’.
5.1.7 Hubungan Makna Leksikal
1. Sinonim Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna
antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya Chaer, 1994:297. Seperti yang terdapat dalam bahasa Indonesia, kata benar dengan kata betul, kata nasib dengan kata
Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008
takdir. Hubungan kesinoniman berlaku timbal balik, kata nasib bersinonim dengan takdir, sebaliknya kata takdir bersinonim dengan kata nasib.
Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah juga memiliki sinonim. Hubungan leksikal antar kata yang bersinonim tersebut memiliki ciri semantis yang sebagian besar
sama. Seperti pada kata botul bersinonim dengan kata bona, kata cekel bersinonim dengan kata polit, kata ponat bersinonim dengan kata lotih, kata gilo bersinonim dengan
kata nana, kata kojam bersinonim dengan kata bongis, kata elok bersinonim dengan kata cantek, kata tengok bersinonim dengan kata lihat, kata gagah bersinonim dengan pekaso,
kata pinta bersinonim dengan kata pandai, dan kata bonak bersinonim dengan kata bodoh 2. Antonim
Antonim merupakan hubungan semantik antara dua buah ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan atau bertentangan yang satu dengan yang lainnya. Dilihat dari
hubungannya, antonim dapat dibedakan antara antonim yang gradulagradasi atau relatif dan yang bersifat mutlak Chaer, 1994:299.
Antonim yang bersifat mutlak adalah kata-kata yang berlawanan dengan bentuk nagasinya, yaitu disisipi dengan kata negasi tidak bersinonim dengan yang lainya.
Hubungan antonim dikatakan bersifat mutlak karena negasi pasangan antonim yang disebelah kiri bersinonim dengan pasangan antonim yang disebelah kanan atau negasi
pasangan antonim yang disebelah kanan bersinonim dengan pasangan antonim yang disebelah kiri. Dalam bahasa Melayu dialek Bandar Khalipah terdapat juga antonim yang
bersifat relasional, sebagai berikut : ayah
omak akak
adek
Ridwan Azhar : Analisis Semantik Bahasa Melayu Dialek Bandar Khalipah, 2008 USU e-Repository © 2008
soah teimo
guwu muid
laki bini
atok nenek
3 Hiponim Hiponim adalah ungkapan kata biasanya, dapat berupa frasa atau kalimat yang
maknanya merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain Verhaar, 1981:137. Bungo ’bunga’, memiliki hiponim seperti : mawa, ’mawar’ melati, anggek
’anggrek’, cempako ’cempaka’, kenango ’kenanga’, tanjong ’tanjung’, dan sebagainya. Buwong ’burung’, memiliki hiponim seperti : bango ’bangau’, gawudo ’garuda’,
geejo ’gereja’, gelotik ’gelatik’, kakaktuo ’kakaktua’, moak ’merak’, nuwi ’nuri’, pekutut ’perkutut’, dan sebagainya.
Wono ’warna’, memiliki hiponim seperti : meah ’merah’, kuneng ’kuning’, ijo ’hijau’, puteh ’putih’, itam ’hitam’, biwu ’biru’, dan sebagainya.
Buah ’buah’, memiliki hiponim seperti : kelapo ’kelapa’, cempodak ’cempedak’, mangges ’manggis’, empolam ’mangga’, pepayo ’pepaya’, dan sebagainya.
5.1.8 Medan Makna