Objek Jaminan Sudah Disita Terlebih Dahulu
sebelas jenis yang dapat dicantumkan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan berdasar Pasal 11 ayat 2 dan Undang-Undang Hak Tanggungan memberi kesimpulan
kepada kita bahwa walaupun tujuan Undang-Undang Hak Tanggungan adalah untuk memberi jaminan yang kuat dalam pengikatan utang piutangkredit dengan jaminan
Hak Tanggungan, namun tidak begitu saja secara otomatis setiap Sertipikat Hak Tanggungan dapat dieksekusi secara langsung oleh Ketua Pengadilan Negeri apabila
permohonan sedemikian diajukan kepadanya. Karena menurut Soerjono Setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang harus diteliti secara cermat oleh hakimKetua
Pengadilan Negeri dalam kedudukannya, agar hukum dan keadilan benar-benar terwujud”.
4
Terdapat dua hal penting dalam pokok-pokok pikiran yang disampaikan oleh Ketua Mahkamah Agung RI M.Soerjono, SH yaitu :
a. Bahwa tidak begitu saja secara otomatis setiap sertipikat Hak Tanggungan dapat dieksekusi secara langsung oleh Ketua Pengadilan Negeri apabila
permohonan eksekusi diajukan kepadanya; b. Setiap kasus mempunyai ciri tersendiri yang harus diteliti secara cermat oleh
hakimKetua Pengadilan Negeri dalam kedudukannya agar hukum dan keadilan benar-benar terwujud.
Bahwa dari kedua pokok pikiran tersebut mengingatkan kepada kita, bahwa meskipun Hak Tanggungan itu telah dibuat secara formal sebagai akta otentik, akan
4
M. Soerjono, Undang-Undang No.4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan dan Permasalahannya :EksekusiHakTanggungan di DalamPraktek, Jakarta : MA RI, 1998, h. 112.
tetapi tidak menutup kemungkinan ditemukannya “cacat hukum” di dalamnya. Bahkan pihak-pihak tertentu, akan dapat saja mencari perlindungan hukum pada
“Hak Tanggungan dan Fidusia”, dalam rangka mengelabui orang lain dari kewajibannya. Dalam hal ini penulis sangat sepakat dengan apa yang dikatakan oleh
Soerjono, karena penegakan hukum pada dasarnya harus memegang prinsip keadilan dan hal tersebut juga dapat membongkar praktek-praktek kejahatan ekonomi yang
berlindung pada dokumen-dokumen resmi yang dianggap sebagai akta otentik.
5
Gagasan yang dikemukakan oleh Soerjono pada dasarnya menyangkut tentang kekuatan eksekutorial yang melekat pada Sertipikat Hak Tanggungan, hal ini wajar
karena pendapat ini dikemukakan pada tahun 1998 sebelum lahirnya UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Namun dalam prakteknya gagasan yang
dikemukakan oleh Soerjono digunakan oleh majelis hakim Mahkamah Agung untuk menjadi landasan hukum adanya proses peradilan dalam eksekusi objek jaminan
fidusia.
6
Selain itu, apabila ditelaah dan diteliti secara seksama dalam UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia tidak menyebutkan eksekusi lewat gugatan ke
pengadilan, tetapi tentunya pihak-pihak yang berkepentingan dapat menempuh prosedur eksekusi biasa lewat gugatan ke pengadilan. Sebab, keberadaan Undang-
5
Ibid, h. 112.
6
Lihat Putusan Mahkamah Agung No. 2768 KPdt2011, tanggal 9 Maret 2012 Mengenai Sengketa Objek Jaminan Fidusia dan Hak Tanggungan. h. 35.