Berdasarkan pasal 11 dan 12 UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dan pasal 2-4 Peraturan Pemerintah No. 86 tahun 2000 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, Pendaftaran benda yang menjadi objek jaminan fidusia harus dilakukan oleh
penerima fidusia, kuasa atau wakilnya. Pendaftaran itu sendiri dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia kemudian ditujukan kepada Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia. Proses pendaftarannya adalah sebagai berikut :
a. Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM oleh Penerima Fidusia.
b. Permohonan pendaftaran diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia melalui Kantor Pendaftaran Fidusia dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran Jaminan Fidusia. c. Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia;
d. Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dilengkapi dengan : 1 Salinan akta notaris tentang pembebanan Jaminan Fidusia;
2 Surat kuasa atau surat pendelegasian wewenang untuk melakukan pendaftaran Jaminan Fidusia jika diwakilkan;
3 Bukti pembayaran biaya pendaftaran Jaminan Fidusia; 4 Mengisi formulir Pernyataan pendaftaran Jaminan Fidusia yang bentuk
dan isinya telah ditetapkan.
Setelah kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia telah dipenuh, pejabat mencatat Jaminan Fidusia dalam Buku Daftar, kemudian
setelah dilakukan pencatatan dalam buku daftar maka terbitlah Sertipikat Jaminan Fidusia.
2. Kekuatan Hukum Eksekutorial Sertipikat Jaminan Fidusia
Sebagai upaya untuk memperkuat perlindungan bagi para pihak, maka kantor pendaftaran fidusia mengeluarkan alat tanda bukti tentang adanya jaminan fidusia
atas barang atau benda tersebut, yang di antaranya mencantumkan nama pemberi dan pemegang fidusia, objek jaminan, nilai penjaminan, akta fidusia serta perjanjian
pokok yang mendasari adanya akta fidusia, dimana surat itu disebut dengan Sertipikat Jaminan Fidusia sebagai salinan dari Buku Daftar Fidusia.
Sertipikat Jaminan Fidusia sebagai alat bukti jaminan fidusia yang di dalamnya
tercantum irah-irah
“DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, sehingga memiliki kekuatan eksekutorial yang
dipersamakan dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kekuatan eksekutorial yang melekat pada Sertipikat Jaminan Fidusia
memberikan keleluasaan kepada penerima fidusia untuk melakukan pelaksanaan eksekusi tanpa perlu adanya suatu putusan pengadilan jika pemberi fidusia
melakukan cedera janji, dalam hal ini penerima fidusia memiliki kekuatan yang kuat dan dilindungi oleh undang-undang. Hal ini akan memberikan rasa aman bagi
penerima fidusia dan rasa percaya terhadap pemberi fidusia. Kekuatan eksekutorial atas Sertipikat Jaminan Fidusia memberikan hak kepada penerima fidusia untuk dapat
mengeksekusi jaminan fidusianya dengan syarat debitor atau pemberi fidusia cidera janji.
1
Pasal 15 UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia menyatakan :
“Sertipikat Jaminan Fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap”.
Dalam penjelasan ayat 15 tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial adalah langsung dapat dilaksanakan eksekusi tanpa melalui
pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertipikat Jaminan Fidusia
dapat langsung dipergunakan untuk mengeksekusi objek jaminan fidusia apabila debitor cidera janji atau wanprestasi tanpa diperlukan adanya proses persidangan dan
pemeriksaan melalui pengadilan dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksanakan putusan tersebut.
B. Eksekusi Jaminan Fidusia
Pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia berdasarkan ketentuan Pasal 29 UU No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia dapat dilakukan dengan cara :
1. Melaksanakan titel eksekutorial;
1
Anggiat Ferdinan, Kekuatan Eksekutorial Sertipikat Jaminan Fidusia Terhadap Objek Jaminan Dalam Kepailitan, Medan: USU, 2009, h. 63.
2. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia melalui lelang atas
kekuasaan penerima fidusia melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan;
3. Menjual objek jaminan fidusia secara dibawah tangan atas dasar kesepakatan
pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.
Pelaksanaan eksekusi sesuai dengan Pasal 29 tersebut pada intinya dilaksanakan dengan cara melalui pelelangan di depan umum atau dengan cara
penjualan di bawah tangan, disesuaikan dengan perkiraan memperoleh hasil penjualan yang dapat menghasilkan nilai penjualan yang lebih tinggi. Untuk
penjualan di bawah tangan harus dengan persetujuan dari pemberi dan penerima fidusia serta dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan secara
tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan serta diumumkan sedikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang
bersangkutan. Selanjutnya Pasal 30 menyatakan pemberi fidusia diwajibkan menyerahkan objek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan
fidusia, apabila objek jaminan fidusia tidak diserahkan oleh pemberi fidusia, maka pemberi fidusia berhak mengambil objek jaminan dan bila perlu meminta bantuan
pihak yang berwenang.