Sita jaminan Consevatoir beslag

sita jaminan terhadap barang milik negara, ditambah sita jaminan atas kapal menurut pendapat M. Yahya Harahap. 19

d. Rijdende Beslag

Rijdende Beslag adalah sita jaminan yang diletakan atas harta kekayaan tergugat atas permintaan penggugat. Dalam rijdende beslag yang disita adalah sarana perusahaan. Penjagaan dan pengusahaan atas perusahaan tidak boleh diserahkan pada penggugat, jadi kegiatan usaha dari si tergugat tidak dilarang. Contohnya apabila pengadilan mengabulkan sita jaminan atas suatu perusahaan, maka yang boleh disita adalah sarana dan peralatannya saja. Pada jenis penyitaan ini, ruang lingkupnya terbatas, karena rijdende beslag adalah salah satu dari bentuk sita jaminan yang bersifat khusus. Oleh karena itu rijdende beslag dapat diletakan terhadap benda-benda bergerak dan benda-benda tidak bergerak. Rijdende beslag juga bisa didasarkan atas sengketa hak milik, utang- piutang dan tuntutan ganti kerugian. Rijdende juga dapat meliputi seluruh harta kreditor maupun hanya sebagian dari hartanya. Namun rijdende beslag terbatas pada benda-benda yang berbentuk sarana perusahaan saja, contohnya adalah sita terhadap gedung-gedung, mobil, dan sebagainya. 19 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 353.

e. Sita niet bevinding

Merupakan sita dimana barang yang ditunjuk penggugat dalam permohonan sita tidak diketemukan dilapangan pada saat pelaksanaan penyitaan atau barang sitaan tersebut berbeda jenis dan sifatnya antara apa yang dikemukakan oleh si penggugat dengan yang ada dilapangan. Bisa juga terdapat perbedaan batas maupun luas, sehingga mengakibatkan pelaksanaan sita jaminan menjadi gagal. Dalam SEMA Tanggal 25 April 1961 No.2 Tahun 1962 ditentukan tentang pengertian niet bevinding dan serta tata cara pembuatan pernyataan niet bevinding, yaitu secara nyata barang tidak ditemukan, secara nyata barang tidak ada, sifat dan jenisnya berbeda dengan apa yang dikemukakan penggugat, batas- batas maupun luas yang di kemukakan penggugat tidak sesuai dengan pernyataan di lapangan.

f. Sita Persamaan

Vergelijkende Beslag Vergelijkende Beslag merupakan permohonan sita yang kedua, yang bertujuan untuk menyesuaikan diri pada sita pertama, dimana barang secara nyata telah dipertanggungkan kepada pihak lain. Jadi barang yang telah diletakan sita, tidak bisa dilakukan sita untuk yang kedua kalinya. Tindakan yang dibenarkan adalah dilakukan sita persamaan. Sita Persamaan hanya bisa diletakan pada keadaan barang yang menjadi objek sengketa telah lebih dahulu disita oleh orang lain. Jadi sita persamaan hanya bisa terjadi karena ada upaya hukum sita yang telah ada terlebih dahulu sebelum pemohon sita persamaan meminta permohonan sita. Barang yang menjadi objek sengketa harus sama antara barang yang menjadi permohonan pemohon sita pertama dengan pemohon sita yang selanjutunya. Barang yang telah menjadi objek sita tersebut atau barang yang menjadi sengketa tersebut sudah didaftar di Pengadilan Negeri sebagai barang yang telah diletakan sita. Tentang objek sita persamaan tidak terbatas pada benda-benda bergerak saja, terhadap benda-benda tidak bergerak juga bisa. Sita persamaan bisa didasarkan atas sengketa hak milik, utang-piutang, dan tuntutan ganti-kerugian. Apabila sita jaminan dicabut atau dinyatakan tidak berkuatan hukum, maka sita persamaan sesuai dengan urutannya menjadi sita jaminan sita jaminan utama. 20 Sedangkan dasar hukum yang mengatur tentang sita persamaan adal dalam Pasal 463 Rv.

g. Sita Eksekusi Lanjutan Voorgezette Beslag

Sita eksekusi lanjutan terjadi apabila barang- barang yang disita sebelumnya dengan sita conservatoir, yang dalam rangka eksekusi telah berubah menjadi sita eksekusi dan dilelang, hasilnya tidak cukup untuk membayar jumlah uang yang harus dibayar berdasarkan Putusan Pengadilan, maka akan dilakukan sita eksekusi lanjutan terhadap barang-barang milik tergugat, untuk kemudian dilelang. Ruang lingkup penerapan sita lanjutan terbatas pada suatu keadaan dimana barang- barang yang 20 Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan AgamaMahkamah Syariyah :Buku II, Edisi 2007, Jakarta : Mahkamah Agung RI, 2008, h. 419-422.

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kekuatan Eksekutorial Jaminan Fidusia Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor Yang Telah Didaftarkan (Studi Pada Kantor Wilayah Kementrian Hukum Dan HAM Sumatera Utara)

3 60 89

Perlindungan Hak Kreditor Dengan Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

0 10 149

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA LEASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

3 58 18

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Eksekusi Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No. 09/Pdt./2014/PT.TK).

0 3 16

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Eksekusi Jaminan Fidusia Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri No. 09/Pdt./2014/PT.TK).

0 2 12

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR DENGAN JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 0 88

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR DENGAN JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA.

0 1 88

UPAYA PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

0 0 18

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR DENGAN JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA SKRIPSI

0 0 62

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR DENGAN JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA SKRIPSI

0 0 62