Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
D. ASURANSI JIWA SEBAGAI PERJANJIAN
Sebagai suatu perjanjian, asuransi jiwa juga dikuasai oleh ketentuan mengenai persyaratan sahnya perjanjian. Dalam Pasal 1320 KUH Perdata
menyatakan bahwa syarat sahnya suatu perjanjian ialah : 1.
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian 3.
Mengenai suatu hal tertentu 4.
Adanya suatu sebab yang halal.
19
Selanjutnya dalam pelaksanaan perjanjian asuransi jiwa sangat diutamakan pula adanya unsur itikad baik, sebagaimana tercantum dalam Pasal 1338 Buku III
KUH Perdata, dan percerminan unsur itikad baik ini dapat dilihat dengan adanya surat permohonan asuransi yang harus diisi oleh pihak calon tertanggung.
20
19
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Buku III, hal. 339
20
Abdul Muis, op.cit., hal. 73.
Dalam surat permohonan penutupan asuransi terdapat pertanyaan- pertanyaan yang pada umumnya mengenai diri tertanggung, status umur, status
kesehatan dan lain-lain, yang kesemuanya akan menjadi dasar bagi pihak penanggung untuk menanggung asuransinya atau menolaknya. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut seharusnya dijawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, karena keterangan yang keliru atau tidak benar ataupun tidak tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh si tertanggung padahal keterangan- keterangan itu akan sangat menentukan bagi pihak penanggung dalam
pertimbangan yang akan diambilnya, dapat dianggap beritikag tidak baik, yang berdasarkan Pasal 251 KUH Dagang akan mengakibatkan batalnya pertanggungan.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Selanjutnya mengingat polis asuransi jiwa merupakan bukti dari perjanjian asuransi yang mengikat kedua belah pihak, maka sangat dianjurkan agar calon
tertanggung dapat meluangkan waktunya terlebih dahulu untuk membaca dengan seksama persyratan yang tercantum didalamnya.
Dengan demikian dikemudian hari tidak timbul kekecewaan, karena adanya perbedaan pengertian mengenai persyaratan yang tercantum dengan
penjelasan-penjelasan yang pernah diterima oleh pemegang polis. Adapun persyaratan-persyaratan dalam polis yang perlu diperhatikan
antara lain, ialah :
21
1. Saat mulai dan berlakunya kontrak.
Saat mulai asuransi, selalu diambil tanggal yang tercantum dalam polis asuransi, efektif berlakunya kontrak asuransi selalu dikaitkan dengan
pemenuhan pembayaran premi pertama atau premi sekaligus kepada perusahaan asuransi. Ini berarti selama premi belum dibayar, apabila
terjadi resiko yang diperjanjikan setelah tanggal tersebut dalam polis, maka perusahaan asuransi tidak akan membayar klaim yang diajukan. Dan
untuk pembayaran premi pertama biasanya dalam polis terdapat ketentuan, kapan selambat-lambatnya harus dilunasi. Apabila dalam batas waktu
tersebut tidak dilunasi, maka perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan menganggap calon pemegang polis membatalkan niatnya untuk menutup
asuransi jiwa yang dimaksud. 2.
Pembayaran premi
21
Abdul Muis, op.cit., hal. 74.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Premi dibayar dimuka, dan dibayar oleh tertanggung di Kantor Pusat perusahaan atau di tempat-tempat lainnya yang ditentukan oleh perusahaan.
Mengenai pembayaran premi ini ada perusahaan yang melakukan penagihan dengan cara mengambilnya ke tempat tinggal pemegang polis.
Akan tetapi di dalam polis ada ketentuan yang mengatakan bahwa penagihan premi dengan cara demikian tidak menghapuskan kewajiban
tertanggung untuk membayarnya sendiri apabia penagih yang biasanya melakukan penagihan tidak datang sebagaimana biasanya, karena
penagihan oleh perusahaan itu hanya merupakan suatu pelayanan,. Dilain pihak pembayaran premi itu merupakan kewajiban dari pemegang polis.
3. Batas waktu kelonggaran
Hal ini pada dasarnya selalu dikehendaki agar pembayaran premi oleh pihak pemegang polis dapat dilaksanakan secara teratur sesuai dengan
yang diperjanjikan, misalnya bulanan, kwartalan atau tahunan. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan pemupukan cadangan
serta mengusahakan pengembangannya dengan semestinya, sehingga kewajiban kepada pemegang polis nantinya akan dapat dipenuhi
sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi perusahaan asuransi jiwa juga memperhatikan kemungkinan akan adanya halangan pada pihak pemegang
polis, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban termaksud sebagaimana mestinya karena berbagai sebab. Oleh karenanya untuk menampung
kemungkinan itu dalam polis selalu tercantum suatu waktu kelonggaran, dimana penunggakan terhadap premi tidak berpengaruh pada jalannya
pertanggungan.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Mengenai batas waktu kelonggaran ini tidak semua perusahaan menetapkan waktu yang sama, ada yang memberikan batas waktu selama
4 bulan, adapula yang hanya 1 bulan setelah tanggal premi jatuh tempo. Apabila premi dibayar tidak melebihi jangka waktu tersebut, maka
perjanjian asuransi jiwa berjalan terus, akan tetapi apabila melebihi jangka waktu tersebut, maka ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi.
Kemungkinan tersebut yang tercantum dalam polis umumnya adalah sebagai berikut :
a. Perjanjian batal secara otomatis demi hukum tanpa pengembalian
premi, dalam hal kontrak asuransi belum mempunyai nilai tebus. b.
Batal secara otomatis demi hukum tanpa pengembalian premi, dalam hal kontrak asuransi sudah mempunyai nilai tebus yang
jumlahnya sama besar atau lebih kecil daripada jumlah tunggakan premi dan atau sisa hutang yang mungkin ada.
c. Bebas premi secara otomatis demi hukum, dalam hal kontrak
asuransi sudah mempunyai nilai tebus yang jumlahnya lebih besar dari tunggakan premi dan atau hutang-hutang yang mungkin ada.
4. Penebusan polis
Pertanggungan yang telah berjalan beberapa waktu yang telah ditentukan sehingga mempunyai nilai tebus atas permintaan pemegang polis,
perusahaan dapat menebus kontrak asuransi tersebut. Besarnya nilai tebus berdasarkan suatu tabel yang selalu melekat sebagai lampiran dari polis.
5. Penggadaian polis
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
Asuransi jiwa selain berfungsi sebagai proteksi bencana keuangan yang dapat menimpa keluarga karena meninggalnya seseorang dalam hal ini
kepala keluarga, juga dapat memberikan kemudahan dalam hal adanya suatu keperluan keuangan yang mendesak yaitu dengan cara
menggadaikannya kepada perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Sudah tentu ada persyaratan-persyaratan yang harus diikuti yang
kesemuanya tercantum dalam polis. Persyaratan-persyaratan tersebut antara lain :
a. penggadaian dapat dilakukan apabila polis sudah mempunyai nilai
tebus. b.
Pinjaman maksimal sebesar nilai tebus. c.
Untuk pinjaman tersebut dibebani bunga. d.
Pelunasan pinjaman dapat dilakukan dengan angsuran atau pembayaran sekaligus. Apabila tidak dilakukan demikian, maka
pelunasan seluruh jumlah hutang akan diperhitungkan atas pembayaran uang asuransi pada waktunya.
e. Pembayaran premi harus tetap dilakukan.
Dengan uraian di atas tidak berarti ketentuan-ketentuan lain yan tercantum dalam polis tidak perlu diperhatikan, seperti pembayaran dan persyaratan untuk
menerima uang asuransi, pengecualian-pengecualian, dan lain-lain. Penulis menyarankan agar sebaiknya calon pemegang polis dapat
menyediakan waktu untuk memahami ketentuan-ketentuan yang dimaksud dan sekiranya ada hal-hal yang tidak jelas uraiannya, tentunya bagi calon pemegang
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
polis dapat menghubungi perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan untuk mendapat penjelasan yang lebih lanjut.
Demikianlah beberapa uraian penulis mengenai asuransi jiwa yang menurut penulis masih banyak kekurangan. Untuk lebih memelengkapi
pembahasan terhadap judul skripsi ini, selanjutnya penulis akan membahas mengenai Perjanjian Kredit pada Bab selanjutnya.
Afnida Novriani : Tinjauan Terhadap Manfaat Asuransi Jiwa Sebagai Jaminan Terhadap Pelunasan Hutang KPR Pada Bank PT. Bank Century,Tbk, 2008.
USU Repository © 2009
BAB III PERJANJIAN KREDIT DAN KPR
A. PENGERTIAN PERJANJIAN KREDIT
Seperti yang telah diketahui bahwa istilah kredit berasal dari kata latin “creditum” atau “credo”, dan bahasa Yunani “credere”, yang artinya percaya,
kepercayaan.
22
Pasal 1 angka 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
Oleh karena itu, dasar dari kredit ialah kepercayaan, yang mana seseorang penerima kredit akan memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan
terlebih dahulu di dalam perjanjian kredit. Dalam pemberian kredit, Bank wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang dipinjamkan. Pada hakekatnya pemberian kredit didasarkan pada
kepercayaan yang berarti bahwa pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan oleh Bank sebagai pemberi dana dimana prestasi yang diberikan benar-benar
sudah diyakini akan dapat dibayar kembali oleh si penerima kredit sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit.
Di dalam perundangan-undangan yang berlaku di Indonesia perjanjian kredit tidak ada pengaturannya. Istilah perjanjian kredit terdapat di dalam
Instruksi Pemerintah yang ditujukan kepada kalangan Perbankan yang menyatakan bahwa, untuk pemberian kredit Bank wajib menggunakan akad
perjanjian.
22
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, PT.Alumni, Bandung, 2005, hal.137.