BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ugamo Malim
1
adalah salah satu aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang sejak dahulu sampai sekarang masih tetap hidup dan berkembang di
tengah-tengah bangsa Batak yaitu Batak Toba. Secara harfiah kata Ugamo berarti ajaran, dan Malim berarti suci bersih, Sehingga Ugamo Malim berarti ajaran-ajaran
suci. Pengikut dari Ugamo Malim disebut dengan Parmalim, dengan kata lain Parmalim adalah sekumpulan orang-orang yang menjalankan dan mengamalkan
ajaran-ajaran suci dalam kehidupannya sehari-hari.
2
Hal ini terlihat dari sikap dan kehidupan Parmalim yang terdiri dari 5 lima bentuk kesucian yang harus dijalankan
yaitu Malim Parmanganon mengendalikan diri dalam hal mencari nafkah hidup, Malim Pamerengon bersikap baik dalam kehidupan bermasyarakat, Malim
Parhundulon sopan santun terhadap sesama, Malim Panghataion kehormatan dan tata susila, dan Malim Pardalanon ketekunan dan kepatuhan. Hal ini disebut juga
dengan Pangalaho Hamalimon yang merupakan ciri-ciri seseorang dapat dikatakan Parmalim.
1
Ugamo Malim sebagai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terdaftar pada Departemen Pendidikan Nasional R.I. nomor 1.1F.3N.1.11980
2
Dikutip dari skripsi Sarjana Abdi Mulia S. Damanik, Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan dalam Upacara Parsahadatan Sipaha Lima Parmalim di Desa Hutatinggi Kec.
LagubotiToba Samosir
1
Ugamo Malim merupakan kepercayaan yang didirikan oleh Raja Sisingamangaraja sekitar tahun 1870 sebelum agama Kristen, Islam, dan penjajahan
Belanda datang ke tanah Batak
3
. Sejak jaman penjajahan hingga sekarang Parmalim tidak pernah absen dalam melaksanakan upacara-upacara penghayatan atau
peribadatan walaupun dahulu sering mengalami hambatan dari pihak-pihak yang tidak menginginkan nama Raja Sisingamangaraja disebut-sebut apalagi disembah dan
dipuja. Akan tetapi, Parmalim meyakini sepenuhnya bahwa Raja Sisingamangaraja adalah titisan roh suci dari Tuhan Yang Maha Esa menjadi raja pemimpin dan raja
iman bagi bangsa Batak. Parmalim mempercayai adanya sesuatu yang memiliki kuasa yang Maha
besar yang menjadikan langit, bumi dan segala isinya termasuk manusia dan segala keberadaannya di bumi ini. Mereka menyebutnya dengan “Ompung
4
Debata Mulajadi Nabolon”. Mulajadi Nabolon adalah “asal mula” mulajadi, “Yang Maha
Besar” Nabolon. Ompung Debata Mulajadi Nabolon adalah Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat Parmalim yang memberikan berkat kepada mereka dan semua
ciptaannya. Hal ini terlihat dari tonggo atau doa parmalim yang selalu diucapkan Ihutan Parmalim
5
dalam setiap ibadah : Mauliate hudok hami tu Ho ale Ompung Debata Mulajadi Nabolon marhite
somba nami timpul ni daupa dahot pangurason on, ala Ho do namanjadihon langit, manjadihon tano on, manjadihon saluhut nasa na adong…
Artinya :
3
Sebelumnya kepercayaan ini ditangani oleh Parbaringin selaku pembantu utama Raja Sisingamangaraja di tiap-tiap bius kumpulan beberapa desa
4
Sebutan Ompung adalah meluhurkanmemuliakan dalam kedudukan yang paling tinggi derajatnya dan sangat dihorrmati
5
Ihutan Parmalim adalah pimpinan pemimpin tertinggi di Ugamo Malim, dan saat ini diemban oleh bapak R.M. Naipospos.
2
Kami ucapkan terimakasih kepada-Mu Ompung Debata Mulajadi Nabolon melalui asap kemenyan dan air suci ini, karena Engkau yang menjadikan
langit, menjadikan bumi, dan menjadikan segala yang ada….
Adalah suatu kewajiban bagi Parmalim untuk mengakui kesalahan dan dosa, dan memohon pengampunan atas dosa-dosanya tersebut kepada Ompung Debata
Mulajadi Nabolon, serta melakukan penghayatan terhadap semua aturan ugamo malim agar memperoleh bekal untuk kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia
ini. Tujuan itu tersirat dalam ajaran patik dalam bahasa batak disebutkan: Marpanghirimon do namangoloi jala namangulahon patik ni Debata,
nadapotsa do sogot hangoluan ni tondi asing ni ngolu ni diri on. Artinya
: Mereka yang mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan Tuhan Yang Maha
Esa mempunyai harapan kelak memperoleh kehidupan yang abadi diluar kehidupan dunia ini.
Parmalim selaku pengikut dari ajaran Ugamo Malim hidup ditengah-tengah masyarakat yang berbeda kepercayaannya. Kehidupan parmalim dalam
bermasyarakat disamping menuruti tatanan kepercayaannya, juga berlaku tatanan adat Batak, sebab adat Batak yang murni dan kapercayaan ugamo malim adalah
saling mendukung. Adat dan haporseaon kepercayaan adalah sejalan dan seirama dalam kehidupan parmalim. Hal ini dapat dilihat dari penganutnya yang mayoritas
suku Batak Toba, bahasa yang digunakan dalam setiap peribadatan adalah bahasa Batak Toba, pemakaian ulos Batak kain khas suku Batak Toba, serta penggunaan
Gondang Sabangunan ataupun Gondang Hasapi sebagai musik pengiring dalam beberapa upacara ritual.
3
Kepercayaan ugamo malim merupakan budaya spiritual leluhur yang secara
melembaga dilaksanakan oleh Raja Sisingamangaraja dengan mendirikan Bale Pasogit rumah peribadatan terhadap Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Setelah
bale pasogit ini dibakar oleh pemerintah Belanda pada tanggal 15 agustus 1883, kepada Raja Mulia Naipospos
6
diamanahkan agar kelak mendirikan bale pasogit di Hutatinggi sebagai pengganti bale pasogit yang telah dibakar Belanda. Amanah
tersebut dapat diwujudkan setelah mendapat izin pemerintahan Belanda melalui Surat Controleur Van Toba nomor 149413 tanggal 25 juni 1921 untuk mendirikan rumah
peribadatan parmalim di Hutatinggi. Hari ini juga ditentukan sebagai saat berdirinya parmalim, dan secara struktural organisasi parmalim terdiri dari :
1. Ihutan, yaitu pemimpin tertingggi parmalim
2. Ulu Punguan, yaitu pemimpin di tiap-tiap wilayah
3. Pangula Ugasan Torop, yaitu orang-orang yang membantu ihutan atau ulu
punguan dalam menjalankan tugasnya 4.
Punguan
7
, yaitu kelompok parmalim yang tersebar di beberapa daerah Dalam kehidupannya sehari-hari Parmalim mengenal upacara penghayatan
atau peribadatan yang secara rutin dilaksanakan yaitu : Mararisabtu peribadatan rutin setiap hari sabtu, Martutuaek upacara pembabtisan dan pemberian nama pada
bayi yang baru lahir, Pasahat Tondi upacara penyerahan roh orang yang telah meninggal, Mardebata upacara pengampunan dosa yang bersifat personalpribadi,
Mangan Napaet upacara peribadatan memohon pengampunan dosa, Sipaha Sada
6
Raja Mulia Naipospos adalah ihutan parmalim yang pertama, yang juga adalah murid sisean Raja Sisingamangaraja
7
Sampai saat ini terdapat 39 punguan parmalim yang tersebar di seluruh Indonesia
4
upacara penyambutan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi dan merupakan penyambutan tahun baru ugamo malim, dan Sipaha Lima upacara syukuran kepada
Ompung Mulajadi Nabolon. Dari ke-7 upacara tersebut, penulis terfokus pada upacara Mardebata. Mardebata berarti Marsomba tu Debata menyembah kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Upacara Mardebata merupakan salah satu upacara ritual Parmalim yang dilakukan atas niat pribadi atau perseorangan. Upacara ini terdiri dari
dua bentuk pelaksanaan yaitu Mardebata di alaman atau di luar rumah yang diiringi dengan Gondang Sabangunan, selanjutnya Mardebata di jabu atau di dalam rumah
yang diiringi dengan Gondang Hasapi. Adapun yang menjadi bahasan penulis disini adalah upacara Mardebata di alaman atau di luar rumah yang diiringi Gondang
Sabangunan. Parmalim melakukan upacara Mardebata dilatarbelakangi karena dua hal pokok yaitu karena seseorang keluarga telah menyimpang atau lari dari ajaran
patik aturan-aturan dalam Ugamo Malim, dan melakukan upacara mardebata sebagai alat atau sarana meminta pengampunan atas dosa-dosanya kepada Ompung
Mulajadi Nabolon. Selanjutnya karena seseorang keluarga selama hidupnya telah menerima berkat dari Ompung Debata Mulajadi Nabolon, dan melakukan upacara
mardebata sebagai ucapan syukur dan terimakasih. Adapun yang menjadi inti dari penulisan skripsi ini adalah upacara Mardebata yang dilakukan atas niat seseorang
yang telah menyimpang dari ajaran patik sebagai sarana pengampunan dosa kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Pustaha Habonoron kitab suci Parmalim dalam bahasa
Batak mengatakan bahwa: Manang ise na mipo manang lupa di patik, sipajongjongonna hau sarung
marneak, topaonna sitompion, halangonna gondang bolon, patupaonna ulos
5
jugianasosipot, dohot suri-suri pandapotan, parbue santi, daung maligas, manuk lahibini, hambing puti dohot lombu sitio-tio.
Artinya: Bagi siapa melanggar atau lupa terhadap ajaran patik, harus mendirikan
langgatan, menyediakan sitompion, memainkan gondang besar, menyediakan ulos jugianasopipot dan suri-suri pandapotan, menyediakan beras si pir ni
tondi, daung maligas ikan yang dikeringkan, ayam, kambing dan lembu. Dalam upacara Mardebata, untuk dapat berkomunikasi memohon
pengampunan dosa kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya, Parmalim menyampaikannya melalui tonggo-tonggo doa, dan juga melalui pelean
sesajipersembahan kepada Ompung Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya yang disampaikan oleh Ihutan parmalim selaku pemimpin upacara. Sebagaimana pesan
Ompung Debata Mulajadi Nabolon dalam bahasa batak disebutkan : Asa saor hamu parbanua tonga tu hami parbanua ginjang ikkon marisi
pelean tanganmu, ikkon ias do pelean i bahenonmu, namamelehon i pe ikkon ias jala malim.
Artinya: Apabila manusia ingin berhubungan dengan parbannua ginjang penghuni
benua atas, haruslah ada sesaji pelean sebagai alas tangan, dan sesaji itu haruslah bersih dan suci, demikian pula yang menyajikannya haruslah bersih
dan suci.
Hal inilah yang menjadi dasar bagi Parmalim dalam melakukan setiap upacara peribadatan, termasuk dalam melakukan upacara Mardebata. Adapun pelean
dalam upacara ini adalah : indahan na las nasi putih, dengke nilaean ikan batak, pira ni ambalungan telur rebus, manuk nabontar ayam berwarna putih, manuk
mirapolin ayam berwarna merah, manuk jarumbosi ayam berwarna hitam, manuk nanidugu ayam panggang, hambing putilombu sitiotio kambinglembu, naniura
6
ikan yang dibumbui tanpa dimasak, pohul-pohul kue yang dibuat dari tepung, openg-openg kue yang dibuat dari tepung dan pisang, sitompion kue yang dibuat
dari tepung, itak gurgur kue yang dibuat dari tepung dan kelapa diparut, rondang- rondang padi digongseng, pisang, mentimun, gajut tempat sirih yang diisi daun
sirih, beras, pinang, dan bane-bane atau daun kemangi, pangurason air suci, daupa dupa, dan paradatan ulos, kain putih, dan uang. Semua pelean-pelean ini disebut
dengan pelean Debata. Selain pelean Debata, ada juga pelean habonaran yaitu pelean persembahan
kepada roh-roh kebenaran yang mereka percaya sebagai pendamping mereka setiap saat. Roh ini biasanya berada di dalam rumah, dalam kampung desa, maupun dalam
langkah perjalanan. Adapun isi pelean habonaran antara lain : manuk mirapolin ayam berwarna merah, manuk jarumbosi ayam berwarna hitam, manuk nabontar
ayam berwarna putih ; nasi dua warna yaitu nasi putih dan nasi kuning ; naniura ikan yang diberi bumbu dan jeruk nipis tanpa dimasak ; pira ni ambalungan telur
rebus ; sitompion kue yang dibuat dari tepung dibungkus daun pisang dan dikukus ; openg-openg kue yang dibuat dari tepung dan pisang ; pohul-pohul kue yang
dibuat dari tepung ; itak gurgur kue yang dibuat dari tepung dan kelapa diparut ; rondang-rondang padi digongseng ; mentimun ; pisang ; sirih ; bane-bane daun
untuk memercikkan aek pangurason ; gajut yaitu tempat sirih yang diisi dengan beras, telur, kemiri, sirih, pinang, dan bane-bane daun untuk memercikkan aek
pangurason. Pelean ini disajikan di dalam sebuah “mombang” yang terbuat dari daun enau, pucuk enau, rotan, dan tali yang dibuat dalam bentuk yang indah. Pelean
ini nantinya akan digantungkan di langit-langit rumah suhut.
7
Untuk menyampaikan pelean Debata dan pelean Habonaran harus diiringi dengan Gondang Sabangunan. Kehadiran Gondang Sabangunan dalam upacara ini
berfungsi untuk mengesahkan dan menghantarkan permohonan-permohonan kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Selain itu, Gondang
Sabangunan juga berfungsi sebagai pengiring tortor tarian masyarakat Batak Toba yang juga merupakan bahagian dari pelaksanaan upacara Mardebata.
Setelah semua disiapkan, pelean kemudian dimasukkan ke dalam langggatan tempat peleansesaji. Ada dua langggatan dalam upacara Mardebata di alaman atau
di luar rumah yaitu langggatan sebelah kanan sebagai tempat pelean kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon, Tuhan Debata Natolu, Siborudeakparujar, Siboru
Saniangnaga, Patuan Raja Uti, dan Tuhan Simarimbulubosi. Sedangkan langgatan sebelah kiri adalah tempat pelean kepada Raja Naopatpuluopat, Raja
Sisingamangaraja, dan Raja Nasiakbagi. Setelah pelean Debata dimasukkan ke dalam langgatan dan pelean
habonaran dimasukkan ke dalam mombang, upacara Mardebatapun dimulai. Upacara ini dimulai dengan marsintua gabe tanya jawab antara suhut dan ihutan
parmalim. Setelah marsintua gabe, Ihutan kemudian meminta kepada Bataraguru Humundul pargonsi
8
untuk memainkan gondang Alu-alu kepada Raja Nasiakbagi, kepada Raja Naopatpuluopat, dan kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon.
Setelah Gondang Alu-alu, Ihutan kembali berdoa mengucapkan puji syukur dan terimakasih kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa alam roh
8
Pargonsi adalah orangbeberapa orang yang memainkan ensambel gondang sabangunan.
8
lainnya, sekaligus memohon kepada-Nya agar apa yang diminta oleh suhut diterima dan dikabulkan. Setiap selesai berdoa, selalu diikuti dengan bunyi Gondang dan
seluruh peserta upacara manortor. Demikian seterusnya sampai tonggo doa kepada Raja Nasiakbagi. Setelah tonggo doa dan tortor kepada Raja Nasiakbagi, Ihutan
kemudian memberikan beras si pir ni tondi kepada suhut dan memercikkan aek pangurason air suci kepada seluruh peserta upacara.
Acara kemudian dilanjutkan dengan manortor yaitu dari kelompok ama bapak, kelompok ina ibu, dan kelompok naposo bulung muda-mudi. Setelah
semua kelompok manortor, dilanjutkan dengan tortor suhut. Setelah suhut manortor kemudian ihutan dan suhut manortor bersama, sementara semua peserta upacara yang
lain manatea. Setelah ihutan dan suhut manortor, seluruh peserta upacara berdiri dan manortor yang dipimpin oleh ihutan parmalim. Adapun gondang yang dimainkan
adalah gondang hasahatan. Dengan berakhirnya gondang hasahatan, upacara mardebata di alaman atau di luar rumah tahap pertama selesai. Selanjutnya seluruh
peserta upacara makan bersama. Setelah makan malam, Gondang kemudian dimasukkan ke dalam rumah si
suhut. Kemudian martonggo berdoa yang dipimpin oleh Ihutan dan diikuti dengan bunyi Gondang dan seluruh peserta upacara manortor. Adapun gondang ini
dimainkan adalah untuk mempersembahkan Pelean Habonaran. Setelah manortor, acara kemudian ditutup oleh Ihutan Parmalim dengan harapan apa yang diminta oleh
9
suhut diterima dan dikabulkan oleh Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Acara kemudian selesai yang diakhiri dengan kata Horas...horas...horas…
9
Bagi masyarakat
Parmalim upacara Mardebata merupakan upacara yang sangat penting karena dengan melakukan upacara ini mereka yakin dan percaya
bahwa dosa-dosa mereka telah diampuni oleh Ompung Debata Mulajadi Nabolon. Segala rasa takut, kebingungan, rasa khawatir akibat dosa-dosa tersebut akan hilang
dengan melakukan upacara Mardebata. Benarkah demikian? Dalam pelaksanaan upacara Mardebata, ensambel Gondang Sabangunan
mempunyai peranan yang sangat penting karena merupakan pengiring tortor bagi seluruh peserta upacara dalam mengikuti jalannya upacara, merupakan media
penyampaian pelean sesaji dan tonggo-tongggo doa kepada Ompung Debata Mulajadi Nabolon dan penguasa lainnya. Dalam hal ini ensambel Gondang
Sabangunan juga berperan sebagai pelean. Bagi masyarakat parmalim gondang tidak semata-mata dimaknai hanya sebatas ungkapan ekspresif estetik-musikal tradisi batak
toba, tetapi lebih dari itu, gondang merupakan representasi simbolik dari ungkapan penyampaian doa tonggo yang ditujukan bagi sang pencipta serta berbagai kekuatan
supranatural yang mereka yakini.
10
Adapun ensambel
gondang sabangunan ini terdiri dari : 1 buah sarune bolon aerophone, 5 buah taganing
membranophone, 1 buah gordang membranophone, 4 buah ogung metalophone yakni ogung oloan, ogung pangalusi
pangihuti, doal panggora, doal na godang, dan 1 buah hesek idiophone.
9
Horas berarti “selamat, damai sejahtera, tentram”
10
Irwansyah Harahap 2007, Gondang Batak dalam Ritual Parmalim : Makna dan Aspek Performatif.
10
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk membahasnya secara
detail dalam sebuah skripsi yang berjudul : Studi Deskriptif dan Musikologis Gondang Sabangunan Dalam Upacara Mardebata Pada Masyarakat Parmalim
Hutatinggi-Laguboti di Desa Siregar Kec. Lumban Julu, Kab. Toba Samosir. 1.2
Pokok Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah
1. Bagaimana Deskripsi Jalannya Upacara Mardebata di Desa Siregar, kec.
Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir 2.
Bagaimana fungsi dan Penggunaan Gondang Sabangunan dalam Upacara Mardebata di Desa Siregar, Kec. Lumban Julu, Kab. Toba-Samosir.
1.3 Tujuan dan Manfaat