Desa Siregar terdiri dari 3 tiga dusun yaitu :
1.
Dusun I Desa Sosor Mual
2.
Dusun II Desa Lumban Hinabean
3.
Dusun III Toba Holbung
Desa Siregar memiliki area 350 Ha, yang terdiri dari areal pemukiman penduduk, perladangan, sawah, hutan tanaman rakyat, dan selebihnya merupakan
hutan dan semak belukar. Kedudukan Desa Siregar berbatasan dengan :
- Sebelah Utara : Panamean sampuara
- Sebelah Selatan : Sigaol Barat
- Sebelah Barat : Danau Toba
- Sebelah Timur : Sampuara parik
2.2 Identifikasi Masyarakat Desa Siregar
Dalam membahas identifikasi masyarakat Desa Siregar, penulis mengacu kepada pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1986:146-147, bahwa :
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat konyinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Demikian juga masyarakat di desa Siregar yang terbentuk karena adanya
interaksi antar warga-warganya, adanya ikatan adat istiadat, adanya norma-norma, hukum, dan aturan-aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku masyarakat,
adanya kontinuitas dalam waktu, serta adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga menjadi masyarakat di desa Siregar.
22
2.3 Penduduk dan Bahasa
Penduduk desa Siregar berjumlah 528 jiwa. Laki-laki 256 jiwa dan perempuan 272 jiwa. Monografi desa Siregar menjelaskan bahwa perkembangan penduduk selalu
berubah setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan penduduk yang menunjukkan grafik naik turun. Dengan demikian, keadaan penduduk selalu berubah
dalam hal jumlah, usia, dan lain sebagainya. Cepat atau tidaknya keadaan suatu desa berkembang sangat dipengaruhi oleh masyarakat pendukungnya itu sendiri yaitu
dengan melihat banyaknya penduduk yang mengecap pendidikan. Dalam hal pendidikan di desa Siregar, faktor yang mendukung masih sangat kurang. Hal ini
terlihat dari sekolah-sekolah yang berdiri di desa Siregar yang hanya terdiri dari SD dan SLTP, sedangkan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMU, anak-anak dari
desa Siregar harus ke ibukota kecamatan yang berjarak 14 km dari desa Siregar. Bahasa yang digunakan di desa Siregar adalah bahasa Batak Toba, karena semua
penduduk desa Siregar adalah suku Batak Toba dan suku di luar Batak Toba jarang bahkan tidak ada dijumpai di desa ini, sehingga dalam melakukan komunikasi sehari-
hari penduduk desa Siregar menggunakan bahasa Batak Toba.
2.4 Sistem Religi
Religi berasal dari religion yang berarti kepercayaan kepada hal-hal spiritual, perangkat kepercayaan dan spiritual yang dianggap sebagai tujuan tersendiri dari
ideologi mengenai hal-hal yang bersifat spiritual. Koentjaraningrat 1985:144-145 mengatakan bahwa religi terdiri dari 4 komponen yaitu :
1. Emosi keagamaan
23
2. Sistem keyakinan manusia tentang sifat Tuhan, tentang wujud akan gaib
supranatural, serta nilai, norma-norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan
3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia mencari
hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa atau mahluk halus yang mendiami alam gaib
4. Umat dan kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan dan
melaksanakan ritus dan upacara Sebelum masuknya agama kristen dan agama islam ke tanah Batak khususnya
desa Siregar, masyarakat mengenal konsepsi kepercayaan bahwa yang menguasai alam semesta ini dan yang menciptakannya adalah Mulajadi Nabolon. Ia Maha besar,
Maha mutlak, dan Dialah asal mula segala yang ada. Masyarakat Batak Toba mengenal beberapa konsep tentang roh dan jiwa, yakni : 1 Tondi, yang merupakan
roh seseorang yang memiliki kekuatan sebagai penggerak raga. Tondi sudah dapat diterima seseorang semasa dalam kandungan. 2 Sahala, yaitu kekuatan atau daya
khusus dari tondi. Sahala merupakan pemberian Mulajadi Nabolon kepada seseorang dalam kualitas dan jumlah yang berbeda. 3 Begu, yaitu tondi dari orang yang telah
meninggal. Setelah agama kristen dan agama islam memasuki tanah Batak khususnya
desa Siregar, sebagian besar masyarakat menerima agama tersebut. Masyarakat desa Siregar mayoritas memeluk agamam kristen khatolik dan kristen protestan. Akan
tetapi sampai saat ini masih ada masyarakat desa Siregar yang menganut kepercayaan Batak Toba asli yang disebut dengan Ugamo Malim parmalim. Walaupun
24
penganutnya hanya sedikit yakni hanya 103 orang dari 528 orang, mereka tetap menjalankan dan mempertahankan kepercayaannya tersebut.
Sama seperti agama lainnya, parmalim juga mempunyai acara ibadah rutin yang biasanya dilaksanakan pada hari sabtu. Ibadah ini disebut dengan Mararisabtu.
Selain Mararisabtu ibadah yang rutin dilaksanakan, yakni : Mangan Napaet, yaitu upacara peribadatan memohon pengampunan dosa ; Sipaha Sada, yaitu upacara
peribadatan penyambutan kelahiran Tuhan Simarimbulubosi dan juga merupakan penyambutan tahun baru Ugamo Malim ; Sipaha Lima, yaitu upacara syukuran
kepada Ompung Mulajadi Nabolon. Selain upacara tersebut, upacara peribadatan yang secara khusus yang
dilakukan parmalim yakni : Martutuaek, yaitu upacara pembabtisan dan pemberian nama pada bayi yang baru lahir ; Mardebata, yaitu upacara yang dilakukan sebagai
sarana pengampunan dosa ; Pasahat Tondi, yaitu upacara penyerahan roh orang yang telah meninggal.
2.5 Sistem Kekerabatan