pencarian, individu mungkin menjadi lebih bermotivasi tinggi dan jika mencari hasil dengan baik, ada perasaan tumbuh kepuasan dan prestasi.
5
Wilson  juga  berpendapat  bahwa  dalam  pandangan  yang  lebih  luas seperti individu akan dirasakan bukan hanya sebagai penggerak untuk mencari
informasi  untuk  tujuan  kognitif,  tetapi  sebagai  hidup  dan  bekerja  di  setting sosial  yang  membuat  motivasi  mereka  sendiri  untuk  mencari  informasi  untuk
membantu memenuhi sebagian besar kebutuhan afektif.
6
Perasaan yang muncul ini  dapat  kita  lihat  dari  hasil  wawancara  dengan  beberapa  informan
sebagaimana terdapat dalam table 8 delapan di bawah ini.
Tabel 8.  Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi No.  Informan
Pernyataan 1
OA
Saya  merasa  bersyukur  dan  saya  merasa  terkayakan dengan  informasi  itu.  Karena  menurut  saya  tanpa
informasi  yang  baik,  tanpa  informasi  yang  banyak,  tanpa informasi yang akurat sesuai dengan topik yang akan kita
bahas.  Maka,  pembahasan  atau  ide  yang  kita  keluarkan atau  masukan  yang  kita  keluarkan  atau  cara  kita
mengkritisi pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang informasi  itu  hanya  sekedar  permukaan  saja  tanpa  saya
memahami betul maksud di balik itu maka saya yakin apa yang  saya  utarakan,  yaitu  yang  saya  sampaikan  kepada
pemerintah.  Pemerintah  juga,  mereka  tidak  akan mendapatkan  pengawasan  apa-apa.  Jadi  kalau  misalnya
staf  ahli  memberikan  informasi  biasanya  nggak  cuman langsung dikasih terus dibaca sendiri tapi, biasanya setelah
itu kita melakukan diskusi.
Ya,  saya  tidak  mau  kerja,  mendingan  harus  ada  dulu,
5
Chun Wei Choo, et al., Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web London: Kluwer, 2000, h. 10.
6
Ibid, hal. 3
mendingan  saya  nggak  usah  datang  ke  kantormendingan nggak  usah  rapat.  Saya  nggaktidak    punya  apa-apa  di
backmind  saya  ini,  tidak  ada  peluru  buat  saya  berbicara, peluru  untuk  melakukan  penyerangan,  atau  tidak
mempunyai  informasi  untuk  mengkritisi  pemerintah  atau membahas  suatu  rancangan  undang-undang  karena  saya
merasa  galau,  nggak  enak,  nggak  percaya  diri.  Mending nggak  usah  ikut.  Kalau  saya  tidak  mendapat  informasi
tepatnya saya tidak merasa percaya diri.
2 IK
Seperti  kebanyakan  orang,  saya  akan  merasa  gelisah  dan merasa  ada  sesuatu  yang  salah.  Dan  ketika  saya
menemukan jawabannya saya akan merasa sedikit lega dan bersiap mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya.
OA berpendapat kalau dia tidak menemukan informasi, dia tidak mau kerja.  Bahwa  perasaan  tidak  menemukan  informasi  berdampak  pada
mundurnyaturunnya motivasi  kerja, sedangkan  IK berkomentar bahwa ketika dia menemukan informasi satu dia akan lebih bersemangat lagi untuk mencari
informasi  lainnya.  Untuk  OA  apabila  tidak  menemukan  informasi.  Dia  akan merasa  tidak  percaya  diri.  Dan  IK  berpendapat  lain,  bahwa  apabila  dia  tidak
menemukan informasi. Maka, Dia akan merasa gelisah. Adapun waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi dapat dilihat
pada table 9 sembilan berikut ini.
Tabel 9.  Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi No.  Informan
Pernyataan 1
OA
Karena  kita  inikan  mitranya-kan  itu-itu  aja  kemenkes, kemenakertrans,  jamsostek,  jadi  ya  nggak  lama  waktu
untuk memempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling ya beda-beda tipis.
2 IK
Tergantung tingkat kesulitan persoalan yang dihadapi.
Berdasarkan  hasil  wawancara  dan  observasi  di  bidang  Kajian  dan analisa  dan bidang perpustakaan. Penulis berpendapat pola perilaku pencarian
informasi  anggota  DPR  RI  dari  kalangan  artis  mempunyai  beberapa karakteristik  atau  ciri  tertentu  yang  berbeda  dengan  karakteristik  perilaku
bidang lain. Beberapa ciri pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis antara lain:
  Kebanyakan aktivitas anggota DPR RI dari kalangan artis lebih memilih berhubungan  dengan  bidang  perpustakaan  daripada  bidang  kajian  dan
analisa.   Aktivitasnya di bidang perpustakaan biasanya langsung mencari buku ke
rak dan fotokopi koran.   Informasi yang dipilih biasanya tergantung komisinya, RUU dan UU yang
dibahas, isu-isu tentang anggota melalui kliping Koran, fungsi-fungsi DPR RI  lainnya,  seperti  pengawasan  kinerja  pemerintah,  dan  lain-lain.    serta
secara umum, baik itu sosial budaya, ekonomi, politik dan isu-isu lainnya.   Pilihan bentuk sumber informasi yang digunakan, seperti buku, Koran dan
sumber informasi lainnya.
3. Aktivitas Penggunaan Informasi
Tabel 10.  Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI
No.  Informan
Pernyataan 1
OA
Perpustakaan  saya  belum  pernah  selama  di  DPR  ini. Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini
Karena  saya  bener-bener  link  online  staf  ahli.  Memang dimana perpustakaannya?
2 Nana
Bu Inggrid IK pernah sekali Perpustakaan DPR RI.
Sebagaimana  komentar  pada  tabel  10  sepuluh  di  atas  terlihat aktivitas  penggunaan  informasi  anggota  DPR  RI  dari  kalangan  artis  bahwa
antara pengguna OA dan IK dilihat dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi.  OA  termasuk  pengguna  potensial  dan  IK  termasuk  pengguna
aktual.  Lebih  spesifik  lagi  OA  masih  menjadi  pengguna  potensial  internal, sedangkan IK sudah menjadi pengguna aktual aktif.
Dalam  penelitian  ini,  saluran  dan  sumber  informasi  yang  paling
diminati dapat dilihat pada komentar di bawah ini. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan
No.  Informan Pernyataan
1 OA
Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi mempunyai 3  staf;  2  Tenaga  ahliTA  dan  1  aspriasisten  pribadi  atau
sekretaris.  Nah,  jadi  biasanya  memang  informasi  itu  saya dapatkan  melalui  staf  ahli  ini  atau  tenaga  ahli  ini,  nah
kadang-kadang juga saya mencarinya melalui internet, juga kadang-kadang  saya  mencari  melalui  literatur,  tapi  bisa
dikatakan  70  persen  informasi  itu  saya  dapatkan  dari internet.  Kalau  dari  Koran  itu  juga  termasuk;  eh  iya,
biasanya  baca  kompas,  media  Indonesia,  merdeka,  tempo. Acara-acara  TV  juga  menjadi  informasi  juga,  di  program-
program  ataupun  berita-berita.  Yah,  program-program yang  menjadikan  di  lembaga  informasi  di  Metro  itu  ada
Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen Kesehatan  atau  juga  tentang  ada  yang  metro  kerja  sama
dengan  JAMSOSTEK.  Tentu  program-program  yang  ada kaitannya dengan mitra kerja kita di komisi IX.
2 IK
Media elektronik.
Media massa,
dan literatur
perpustakaan Berdasarkan  komentar di atas dapat pada table 11 sebelas diketahui
bahwa  tingkat  penggunaan    media  elektronik  oleh  anggota  DPR  RI  dinilai sangat  tinggi  dibanding  media  massa.  Dari  komentar  tersebut  jelas  bahwa
seseorang  yang  membutuhkan  dan  menggunakan  informasinya  cenderung ingin  memperoleh  saluran  dan  sumber  informasi  yang  seperti  internet,  yaitu
mutakhir, mudah dijangkau, tersedia, cepat dan relevan. perilaku  pencarian  informasi  anggota  DPR  RI  dari  kalangan  artis  di
P3DI,  maupun  dari  kalangan  lainnya  tidaklah  berbeda.  Karena  keduanya sama-sama  anggota  DPR  RI.  Namun,  untuk  bidang  pengkajian  dan  analisis
dengan  bidang  perpustakaan  yang  berada  di  bawah  P3DI.  Ada  kaitannya dengan aktivitas penggunan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di
masing-masing  bidang  tersebut.  Tentulah  banyak  perbedaan  dalam menyajikan  suatu  informasinya.  Walaupun  keduanya  ditujukan  untuk
pengguna  khusus  di  lingkungan  DPR  RI.  Selengkapnya  akan  dijelaskan  di bawah ini.
1. Bidang Pengkajian dan Analisa
Berdasarkan  observasi  yang  telah  dilakukan  oleh  penulis,  diketahui untuk  anggota  DPR  RI  yang  ingin  meminta  informasi  di  bidang  Pengkajian
dan  analisa  PAIS,  pertama  anggota  DPR  RI  mengirimkan  suratmemo  ke P3DI  lalu  disposisi  ke  PAIS  mengenai  informasi  yang  dimintanya,  seperti:
materi  atau  bahan  sambutanpidato,  permintaan  seminardiskusi,    permintaan analisa, kegiatan lainnya misalnya dialogue session.
Berdasarkan  dokumen-dokumen  di  lapangan  penulis  menemukan orang yang sering meminta informasi itu kebanyakan ketua DPR RI. Seolah-
olah  PAIS  itu  staf  ahlinya  ketua  DPR  RI  Padahal  bidang  pengkajian  dan analisis  ini  sebenarnya  untuk  semua  pengurus  dan  anggota.  Namun,
berdasarkan wawancara tidak banyak anggota yang meminta dibuatkan suatu analisa.
Tentunya  hal  ini  menjadi  catatan  penting  yang  perlu  diperhatikan. Mengingat jumlah staf PAIS yang terbatas, sedangkan yang perlu dilayaninya
berjumlah  550  anggota.  Padahal  letaknya  cukup  strategis,  berada  di  lantai  2 dua  Gedung  Nusantara  V.  Tepatnya  di  bawah    ruangan  anggota  DPR  RI.
Walaupun letaknya cukup strategis, namun  letaknya di pojok. Sehingga sulit untuk ditemukan.
Berarti tidak hanya anggota DPR RI dari kalangan artis saja yang tidak mencari informasi di bidang pengkajian dan analisis. Ternyata hampir semua
anggota  DPR  RI  tidak  mencari  di  bidang  pengkajian  dan  analisis.  Hal  ini
dikarenakan  berbagai  masalah,  mulai  dari  waktu  yang  sempit,  kurangnya promosi,  kurangnya  papan  petunjuk  ruangan,  dan  lain-lain.  Walaupun  ada
anggota  yang  meminta  informasi  biasanya  permintaannya  tidak  wajar  atau seharusnya,  seperti  salah  satunya  minta  dibuatkan  buku.  Sebagaimana
komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini. “Anggota yang minta dibuatkan buku”
Sebaiknya  peran  bidang  pengkajian  dan  analisis  lebih  banyak memberikan  kajian  dan  analisis  di  awal,  di  tengah  dan  di  akhir  pembahasan
suatu RUU, perkembangan permasalahan topik RUU dan evaluasi UU. Kajian dan analisis ini bisa melalui makalah, diskusi, seminar dan cara-cara inovatif
lainnya.  Jadi  kajian  dan  analisis  tidak  hanya  di  awal  pembahasan  RUU. Sebagaimana komentar Ketua bidang pengkajian dan analisis ini.
“Biasanya kita bertemu dengan mereka untuk pembahasan pengkajian awal  mengenai  sebuah  rancangan  undang-undang.  P3DI  juga  adakan
itu.  Jadi,  biasanya  kami  bertemu  mereka.  Ketika  melakukan pembahasan awal dari sebuah rancangan undang-undang dan mereka,
seperti: perpustakaan berjalan buat kami para anggota DPR. Jadi, kita
mendapatkan informasi dari mereka, buat informasi awal.”
2. Bidang Perpustakaan
Ternyata  tidak  selalu  yang  pendidikannya  lebih  tinggi  lebih  mencari informasi  melalui  perpustakaan.  Penulis  menemukan  anggota  DPR  RI  dari
kalangan  artis  yang  pendidikannya  S1  lebih  memilih  menggunakan informasinya  melalui  sumber  formal  seperti  perpustakaan  daripada  anggota