Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi

(1)

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS

DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Disusun Oleh :

HERI FERDIANSYAH

NIM : 106025001050

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M / 1434 H


(2)

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI

ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS

DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Disusun Oleh :

HERI FERDIANSYAH

NIM : 106025001050

JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M / 1434 H


(3)

ANGGOTA

DPR

RI

DARI

KALANGAN ARTIS

DALAM

MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dab Humaniora

Untuk Memenuhi Syarat-syarat l'Iencapai Gelar Sarjana Strata Satu (Sl)

Pada Jurusan Ilmu Perpustakaan

Oleh

Heri Ferdiansyah

NIM : 106025001050

Dibarvah Bimbingrn

JURUSAN

ILMU

PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

Skripsi vang be{udul PERTLAKU PENCARTAN INFORMASI ANGGOTA

DPR

RI

DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

INF ORMASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan

Humaniora UIN syarif Hidayatulrah Jakarta pada tanggar 25

September 2013.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu

Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu perpustakaan.

Jakafia, 25 September 2013

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekretaris

NIP. 19641215 199903 1 00s

Pembimbing

Penguji

II

Alfida. MLIS

NrP. 1971021s 199903 2001

Penguji

I


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1.

Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata

1(S1)

di

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika

di kemudian hari terbukti bahrva karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syar.if Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, . September 2013


(6)

Untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang menginginkan anaknya memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga tidak seperti mereka,

untuk almarhum Bapak Drs. Rizal Saiful-Haq, MA. semoga keinginan beliau akan skripsi ini sudah penulis penuhi

dan

untuk orang-orang yang mau memajukan Pendidikan Ilmu Perpustakaan Serta


(7)

Think Right, Do Right, better Right.

Because


(8)

i

HERI FERDIANSYAH

PERILAKU PENCARIAN INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasinya dan hambatan yang terjadi dalam proses pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis. Penelitian menggunakan metode kualitatif dimana data diperoleh melalui kajian pustaka, observasi, dan wawancara yang dilakukan penulis dengan informan yang memahami objek penelitian penulis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kebutuhan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis adalah informasi tentang sosial budaya, ekonomi, perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya. Serta informasi-informasi lainnya yang mendukung fungsi-fungsi anggota dewan sesuai masing-masing komisinya. Pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis ini dilakukan dengan mengandalkan staf ahli masing-masing anggota DPR RI yang berjumlah 2 orang dan 1 orang staf/asisten pribadi. Ada juga yang mengandalkan staf ahli komisi, sedangkan untuk pencarian langsung ke perpustakaan menemukan lebih dari 1 anggota DPR RI dari kalangan artis dan belum ada satupun anggota DPR RI dari kalangan artis yang mencari informasi ke bidang analisis.Tujuan penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis yang berhubungan dengan bahan pertimbangan dalam melaksanakan 3 fungsi DPR (Pengawasan kebijakan pemerintah, bersama-sama pemerintah membuat anggaran dan membuat undang-undang). Penggunaan informasi lebih kepada media elektronik (salah satunya internet), media massa (salah satunya koran), dan literatur (perpustakaan). Hambatan yang dialami para anggota DPR RI dari kalangan artis pada saat melakukan strategi aktivitas pencarian informasi umumnya berhubungan dengan waktu untuk menggali informasi secara mendalam, tapi hal itu dapat diatasi dengan baik melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya.


(9)

ii

ميح رلا نمح رلا ها مسب

Alhamdulillah, penulis memuji kepada Allah SWT, meminta pertolongan kepada-Nya, memohon ampunan-Nya dari segala kekhilafan, serta berlindung kepada-Nya dari segala kejahatan. Penulis bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya serta sahabatnya.

Dialah (Allah SWT) yang senantiasa memberikan kekuatan dan jalan keluar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini mengambarkan beberapa perilaku sebagian anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi

kebutuhan informasinya dengan 3 (tiga) tugas utamamya: membuat undang –

undang, pengawasan terhadap kebijakan pemerintah dan membuat anggaran untuk dijalankan pemerintah. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata “sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima dengan lapang dada demi menambah pengetahuan penulis.

Akhirnya, dalam situasi dan kondisi apapun mudah-mudahan penulis tidak terlena dan tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah penulis

persembahkan. Terima kasih…

Jakarta, September 2013


(10)

iii

Sepenuhnya penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, lewat ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang dengan kuasa-Nya telah kun fayakun skripsi ini.

2. Ayahanda tercinta Sarino dan Ibunda tersayang Karni yang selalu

mendo’akan penulis dalam menuntut ilmu. Bagi mereka berdua semoga Allah senantiasa melindungi dan meridhoi, baik di dunia sampai di akhirat kelak.

3. Bapak Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Almarhum Drs. Rizal Saiful-Haq, MA., selaku mantan Ketua Jurusan

Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan materi-materi ilmu perpustakaan dan memilihkan materi skripsi ini.

5. Bapak Pungki Purnomo, MLIS., selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis.

6. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Ilmu

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus sebagai pembimbing akademik dan pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis.


(11)

iv

Perpustakaan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.

8. Para anggota DPR RI beserta staf Ahli, khususnya anggota dewan komisi

VIII Fraksi Partai Demokrat Ibu Inggrid Maria Palupi Kansil, S.Sos. serta stafnya Ibu Indira dan anggota dewan Komisi IX Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Ibu Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. serta stafnya Ibu Dita yang telah meluangkan waktunya untuk di wawancara.

9. Lek anto dan Lek Ikhsan yang telah dengan tulus memberikan dukungan

materi dan spiritual.

10. Teman-teman KSR; Ibeh dan angkatan PRG lainnya, Syaiban dan angkatan

BGN lainnya, Feri dan angkatan MDL lainnya, Sonan dan angkatan ARF lainnya, Fitri dan angkatan ACS lainnya, Nia dan angkatan CJS, Fadil dan angkatan GCN lainnya serta Vivi dan angkatan LDS lainnya yang selalu mendukung dan membantu penulis.

11. My best friends, Atenk, Gele, Husni, Ramdani, Qwil, Ipoy, Adit, TB, Opie, Ika, Arul, Abidin, Rizki, Rahayu, Winda, dan Meta Ariani Putri, serta teman-teman seperjuangan lainnya yang saling memotivasi serta teman-teman-teman-teman IPI semua angkatan yang selalu kompak dalam segala sesuatunya.

12. Rental computer Alicia dan Fotocopy Veron yang telah mencetak dan memperbanyak materi dan skripsi penulis.

13. Seluruh saudara, Dosen dan rekan-rekan penulis serta semua pihak yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya kepada penulis.


(12)

v

ibadah dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Demikian juga semoga dengan


(13)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metode Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Informasi ... 16

B. Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi ... 20

1. Lembaga Informasi ... 20

2. Pekerja Informasi... 24


(14)

vii

C. Perilaku Informasi ... 28

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ... 33

2. Aktivitas Pencarian Informasi ... 39

3. Hambatan dalam Pencarian Informasi ... 46

4. Aktivitas Penggunaan Informasi ... 49

D. Penelitian Sebelumnya ... 51

BAB III GAMBARAN UMUM A. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia ... 52

1. Sejarah Singkat DPR RI ... 52

2. Tugas Pokok DPR RI ... 53

a. Tugas dan Wewenang... 53

b. Tugas DPR dan Anggota DPR RI ... 55

3. Alat Kelengkapan DPR ... 56

4. Komisi dan Subkomisi ... 56

5. Anggota DPR RI dari kalangan Artis ... 60

B. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi ... 62

1. Informasi Umum P3DI ... 62

a. Sejarah Singkat P3DI ... 62

b. Visi dan Misi ... 63

c. Jenis Pelayanan ... 63

d. Yang Berhak Menerima Layanan ... 65


(15)

viii

2. Bidang Pengkajian dan Analisa (PAIS) ... 66

a. Bidang Kesejahteraan Sosial ... 66

b. Bidang Politik Dalam Negeri ... 66

c. Bidang Hukum ... 68

d. Bidang Hubungan Internasional ... 70

e. Bidang Ekonomi ... 70

3. Bidang Perpustakaan ... 71

a. Sejarah Singkat ... 71

b. Tugas Pokok dan Fungsi ... 72

c. Struktur Organisasi ... 73

d. Koleksi, Pengguna dan Layanan ... 73

e. Peraturan Tata Tertib Perpustakaan DPR RI ... 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perilaku Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis ... 80

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi ... 80

2. Aktivitas Pencarian Informasi ... 83

3. Aktivitas Penggunaan Informasi ... 89

a. Bidang Pengkajian dan Analisis ... 91

b. Bidang Perpustakaan ... 92

4. Hambatan - Hambatan Pencarian Informasi Anggota DPR RI dari Kalangan Artis dan Pekerja Informasi ... 94


(16)

ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 98 B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

x

1. Tabel 1. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ... 09

2. Tabel 2. Information search Process ( Proses Pencarian Information ) ... 41

3. Tabel 3. Komisi dan Pasangan Kerjanya ( DPR) ………... 55

4. Tabel 4. Data anggota DPR RI dari kalangan artis periode 2010-2014 ... 59

5. Tabel 5. Informasi yang sedang dibutuhkan .……….…. 83

6. Tabel 6. Tujuan kebutuhan informasi ………...………….…. 84

7. Tabel 7. Pertanyaan apa saja yang muncul dan ingin ditemukan ………... 86

8. Tabel 8. Perasaan saat menemukan dan tidak menemukan informasi ... 88

9. Tabel 9. Lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi ...…... 89

10. Tabel 10. Penggunaan informasi anggota DPR RI dari kalangan artis di P3DI ……….. 90

11. Tabel 11. Saluran dan sumber informasi yang digunakan ……….…... 91

12. Tabel 12. Hambatan dalam pencarian informasi …………...………….…... 93

13. Tabel 13. Hambatan yang membuat berhenti mencari informasi ….….…... 94

14. Tabel 14. Hambatan pencarian informasi dalam ketidaktahuan akan saluran dan sumber informasi ……….……...………….…... 95


(18)

xi

Lampiran 1 : Surat tugas menjadi pembimbing

Lampiran 2 : Surat izin penelitian

Lampiran 3 : Surat izin wawancara

Lampiran 4 : Surat keterangan mahasiswa

Lampiran 5 : Profil anggota DPR RI dari kalangan artis

Lampiran 6 : Foto wawancara

Lampiran 7 : Struktur organisasi Sekjen (Sekretariat Jenderal) DPR RI

Lampiran 8 : Dokumen dari bidang PAIS (Pengkajian dan Analisis)

Lampiran 9 : Dokumen dari bidang Perpustakaan


(19)

1 A. Latar Belakang

Ribuan, jutaan bahkan lebih dari itu berbagai informasi dalam format laporan,

makalah, artikel majalah, buku dan lain-lainnya sudah ada di perpustakaan, pusat

arsip, dokumentasi dan informasi serta internet. Berbagai informasi itu “siap” untuk

didayagunakan (use) dalam memberikan jasa atau layanan bagi pemakai atau

pengguna (user). Informasi tersebut ada yang tersedia secara cuma-cuma maupun

harus dibeli. Terjadinya banjir atau ledakan informasi menyebabkan pemakai informasi kesulitan dan kadang dibuat bingung oleh penyedia jasa atau pekerja informasi dalam memilih dan mendapatkan informasi ataupun jasa layanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Tidak jarang informasi yang didapatkannya itu hanya sampah dari belantaranya hutan atau banjir informasi. Biasanya pemakai menuntut

layanan informasi “siap pakai” yang cepat, tepat, mudah dan murah serta sederhana.

Sutarno Ns. mengatakan layanan yang baik adalah yang bisa memenuhi kebutuhan pemakai. Salah satu konsep layanannya adalah mekanismenya cepat, tepat, mudah, murah, sederhana dan berorientasi kepada pemakai. ... Secara singkat adalah menyusun mekanisme tentang bagaimana cara agar pemakai memperoleh apa yg

mereka butuhkan.1

1


(20)

Layanan perpustakaan atau pusat informasi pada era teknologi informasi,

didominasi oleh media internet. Meskipun demikian, penulis (peneliti) yakin bahwa

masih perlu pemakai menyempatkan diri berkunjung secara fisik ke perpustakaan atau pusat informasi. Walaupun hanya untuk sekedar bertanya, mendapatkan

referensi/buku, kebutuhan informasi; pendidikan (education); hiburan (entertainment)

dan lainnya.

Kepuasan pemakai pusat informasi dapat dijadikan ”barometer” keberhasilan

suatu pusat informasi. Sehingga pemakai menjadi bagian yang tak terpisahkan dari suatu sistem informasi. Para ahli informasi berpendapat bahwa pemakai secara tidak langsung adalah tujuan dari sistem informasi.

Salah satunya Fleming sebagaimana di kutip Ferdi Hidayat secara tegas mengatakan bahwa pengguna (pemakai) adalah mereka yang menerima manfaat utama dari suatu sistem informasi yang diciptakan. Suatu pusat informasi dibentuk dengan tujuan utama untuk memberikan layanan atas kebutuhan informasi penggunanya. Oleh karena itulah pemahaman mengenai pengguna sangat

diperlukan dalam kaitannya dengan proses interaksi yang terjadi di pusat informasi.2

Dalam kondisi ini Pustakawan, Arsiparis, Dokumentalis dan Pengkaji/Peneliti serta ahli informasi lainnya, atau disebut juga pekerja informasi perlu memiliki pengetahuan yang cukup memadai dan dapat saling bekerjasama. Mereka itu sebaiknya memiliki dan memenuhi sejumlah persyaratan dasar, umum dan khusus, antara lain: latar belakang pendidikan, pengalaman, wawasan, kemampuan,

2

Ferdi Hidayat, “Karakter Pengguna Perpustakaan,” artikel diakses pada 29 Desember 2010 dari


(21)

keterampilan, kompetensi, dan semangat bekerja atau berusaha, serta mampu bersaing atau berkompetensi secara sehat. Agar mampu memberikan layanan prima

kepada pemakai.3

Dalam berinteraksi dan bersinergi dengan pemakai, pekerja informasi perlu mempelajari seluk beluk perilaku pemakainya sebagai wujud dari proses informasi dan sistem informasi. Diharapkan pekerja informasi mengerti perilaku pencarian informasi guna memberikan layanan proses informasi dan sistem informasi yang

lebih baik. Sebagaimana pernyataan Chun Wei Choo berikut ini4.

“People actively construct the meaning of information through their thoughts, action, and feelings. Since individuals typically use information to solve a problem, perform a task, or increase understanding, the social setting in which the information is encountered determines

it’s value and salience. … a fuller understanding of information seeking as social behavior helps us to design better information processes and information systems.”

Agar pekerja informasi berhasil menganalisis perilaku informasi mulai dari kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasi. Sehingga perlu dipikirkan sebelumnya: siapa pemakai yang dilayaninya dan apa-apa saja yang menjadi kebutuhan mereka, dan bagaimana pencarian informasinya serta kapan saatnya informasi itu dibutuhkan?

Pustakawan harus dapat mengidentifikasi kebutuhan, keinginan serta cara pemenuhan kebutuhan pemakai, meliputi: jenis-jenis informasi apa yang dibutuhkan, untuk siapa informasi itu disediakan, kapan informasi itu disampaikan, di mana informasi itu didapatkan dan bagaimana cara informasi itu diperoleh atau disajikan.

Artinya pekerja informasi harus berpikir dari sudut pandang pemakai,

3

Sutarno NS., Mengenal Perpustakaan, Cet. 1. (Jakarta: Jala Permata, 2006), h. 40-42.

4

Choo, Chun Wei. et. all. Web Work: Information Seeking and Knowledge Work on the World Wide Web (London: Kluwer Academic Publisher, 2000), h. 3.


(22)

sehingga memahami apa yang diharapkan pengguna darinya. Ketika pemakai datang ke pusat informasi, mereka berharap pekerja informasi akan mengambil alih tanggung jawab pemenuhan harapannya. Sebagai contoh: ketika seorang pemakai datang untuk

mencari informasi “X”, tentu dia menginginkan informasi “X” itu bisa cepat

disajikan, mudah memperolehnya, gratis mendapatkannya, sederhana pengunaan dan

birokrasinya serta dalam berbagai format pilihan (lengkap) penyajian informasinya.

Sehingga informasi yang diinginkannya benar-benar sesuai harapan pemakai.

Pemakai tidak perlu mengetahui bagaimana informasi itu dapat tersedia dalam cara dan bentuk yang diinginkan (disediakan), tetapi pemakai biasanya hanya perlu mengetahui bagaimana memperolehnya. Selebihnya pekerja informasilah yang harus berupaya dalam penyediaan informasi. Namun, hal itu berbeda dengan yang terjadi di DPR RI khususnya P3DI. Menurut penulis ada keunikan tersendiri dalam penyediaan informasi yang disajikan oleh pekerja informasi di P3DI. Di Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan informasi (P3DI) ada bagian tersendiri apabila anggota dewan membutuhkan informasi, maka hal itu bisa ditangani oleh ahli teknologi informasi,

pustakawan, arsiparis dan dokumentalis serta pengkaji “subject spesialist” beberapa

bidang pokok legislator, seperti; politik dalam negeri, hukum, hubungan international, ekonomi dan kesejahteraan sosial. Tentunya hal ini sudah dipikirkan/disesuaikan dengan komisi-komisi yang ada di parlemen.

Anggota dewan sebagai “legislator” memiliki tanggung jawab yang cukup

besar dalam membuat suatu undang-undang yang harus dijalankan oleh seluruh rakyat Indonesia. Sehingga informasi yang dibutuhkan tentunya bukan informasi yang sembarang; yang hanya mewakili satu pihak, tapi seharusnya mewakili semua


(23)

pihak dan perkembangan zaman. Begitu beragamnya masalah menuntut untuk dibuatkannya Undang-Undang yang dapat diterima semua khalayak.

Keterlibatan artis dalam mencalonkan diri dan terpilih sebagai anggota DPR RI cenderung semakin semarak setelah memasuki masa reformasi, utamanya

berdasarkan hasil pemilu 2004.5 Bahkan, harapan yang tinggi atas peranan sebagai

vote getter, cenderung lebih kuat dibandingkan sekedar pemahaman hak setiap warga negara untuk memberikan andil tertentu dalam kehidupan politik.

Persoalannya, terkait adanya pandangan pesimis dari sejumlah kalangan

masyarakat bahwa anggota DPR periode 2009-2014 tidak dapat bekerja maksimal. Apalagi dengan latar belakangnya sebagai artis “public figur” yang lebih mengarah

pada pencitraan dan/atau popularitas. Karena kurang memahami dunia politik dan latar belakang yang tidak sesuai dengan kebutuhan untuk menjadi anggota DPR RI.

Oleh karena itu, diperlukan ada penelitian tentang perilaku pencarian informasi. Dengan penelitian ini, diharapkan siapapun artis yang akan dicalonkan untuk menjadi DPR RI. Sebaiknya orang-orang yang mempunyai integritas, loyalitas dan sesuai dengan pengkaderan partai politiknya serta mempunyai keilmuan yang mumpuni.

Dengan adanya analisis perilaku anggota dewan (DPR RI) sebagai salah satu pemakai pusat informasi, maka diharapkan analisis ini dapat mengetahui perilaku konsumen jasa khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis mengenai kebutuhan dan pencarian informasi serta penggunaan informasinya. Sekaligus dapat digunakan dalam evaluasi P3DI dalam memberikan pelayanan.

5

Romli, Lili, ed., Pemilu 2009 dan konsolidasi demokrasi (Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi, Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), h. 84.


(24)

Dari uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perilaku informasi khususnya mengenai pencarian informasi yang dilakukan oleh anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan sebagai anggota dewan. Hasil penelitian ini akan

dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul: “PERILAKU PENCARIAN

INFORMASI ANGGOTA DPR RI DARI KALANGAN ARTIS DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN INFORMASI”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar dapat terarah dan tidak terlalu meluas. Penulis membatasi masalah pada apa dan bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dalam memenuhi kebutuhan informasi dan mengapa hal tersebut dilakukan, serta hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah tentang

a. Apa dan Bagaimana perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari

kalangan artis, seperti:

1. Apa saja kebutuhan informasinya?

2. Bagaimana strategi pencarian informasinya?


(25)

b. Bagaimana hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi di P3DI dalam pemenuhan kebutuhan informasi; di tinjau dari aspek pemakai informasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya mengenai:

a. Perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis, seperti

kebutuhan, pencarian dan penggunaan informasinya.

b. Hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi anggota DPR

RI dari kalangan artis dan pekerja informasi di P3DI; khususnya bidang perpustakaan dan bidang pengkajian dan analisis dalam pemenuhan kebutuhan informasi.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang perilaku

pencarian informasi khususnya anggota DPR RI dari kalangan artis dilihat

dari; kebutuhannya, pencariannya, hambatan pencariannya dan


(26)

b. Untuk bahan rujukan pekerja informasi, pusat informasi khususnya P3DI, dan artis-artis selanjutnya yang akan berkecimpung di parlemen/DPR RI, serta pengguna potensial lainnya.

D. Metode Penelitian

Dalam uraian ini memuat tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang menyangkut jenis penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti perlu menggunakan jenis penelitian yang

disebut metode deskriptif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Burhan Bungin

yang menyatakan bahwa “Format penelitian deskriptif kualitatif lebih tepat apabila digunakan untuk meneliti masalah-masalah yang membutuhkan studi mendalam, seperti permasalahan tingkah laku konsumen suatu produk, …”6

konsumen yang ingin diteliti di sini ialah anggota DPR dari kalangan artis, sedangkan produknya berupa informasi.

6

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu sosial lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 69.


(27)

2. Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang disebut pendekatan kualitatif. Pendekatan ini peneliti pergunakan dengan pertimbangan, bahwa peneliti ingin memahami perilaku pencarian informasi (perilaku informasi) dari pemakai khusus. Perilaku informasi merupakan salah satu kajian pemakai dalam penelitian perpustakaan dan informasi. Secara umum bidang ini memiliki 2 paradigma atau pendekatan yaitu pendekatan yang berorientasi kepada sistem dan pendekatan yang berorientasi kepada pengguna, namun penelitian ini lebih mengarah kepada pendekatan yang berorientasi pengguna (paradigma kognitif). Dengan tokoh-tokoh penelitinya seperti: Wilson, 1981; Dervin dan Nilan, 1986; Pannen, 1990; Ford, 1990. Pendekatan ini menempatkan sudut pandang pemakai jasa informasi di perpustakaan maupun di unit informasi lainnya sebagai telaah penelitian.7

3. Populasi & Informan

Penelitian ini memiliki jumlah populasi berjumlah ± 16 anggota DPR RI

dari kalangan artis periode 2010-20148. Berikut ini nama-namanya, yaitu:

7

Darmono & Yunaldi, “Kajian pemakai informasi: Prospeknya dalam lingkup kepustakawanan di Indonesia,”Vol. 19 No. 1 (1996): h. 28.

8

F. Harianto Santoso, Wajah DPR dan DPD 2009-2014: latar belakang pendidikan dan karier


(28)

No. Nama Keanggotaan Jumlah Suara

Persen BPP*

1. CP. Samiadji Massaid, SE** Partai Demokrat 70.572 47,5

2. Angelina Sondakh, SE, M.Si Partai Demokrat 145.159 74,2

3. Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos Partai Demokrat 33.418 20,3

4. H. Nurul Komar Partai Demokrat 101.170 59,4

5. Theresia E.E. Pardede, S.Sos.*** Partai Demokrat 21.672 11,7

6. Venna Melinda Partai Demokrat 30.650 17,3

7. Nurul Arifin Partai Golkar 122.452 66,4

8. Tantowi Yahya Partai Golkar 209.044 130,7

9. Teti Kadi Partai Golkar 35.882 21,1

10. TB Dedy Suwandi Gumelar PDI Perjuangan 42.659 29,3

11. Rieke Dyah Pitaloka PDI Perjuangan 80.681 43,3

12. Eko Hendro Purnomo, S.Sos PAN 64.176 39,9

13. Primus Yustisio PAN 60.684 30,4

14. Jamal Mirdad Partai Gerinda 34.674 19,7

15. Rachel Mariam Partai Gerinda 25.540 13,7

16. Dra. Hj. Okky Asokawati, M.Si. PPP 17.343 8,9

* Bilangan pembagi pemilih

** Meninggal dunia pada bulan Februari tahun 2011 ***Mengundurkan diri pada tahun 2012

Penulis mencari data perilaku pencarian informasi dari beberapa informan-informan di atas, terhitung dari bulan Maret – April 2012. Dengan pemilihan ini, peneliti berusaha menemukan hal-hal yang bermakna dan baru, sedangkan pada kepala bidang, staf ahli dan sekretaris/asisten anggota dewan

adalah informan sekunder yang dapat dimintai pendapat dan informasinya tentang

perilaku pencarian informasi anggota dewan itu sekaligus sebagai verifikator atau orang yang dapat dijadikan alat verifikasi dari wawancara dengan informan primer dalam penelitian dan sekaligus sebagai informasi awal tentang siapa saja yg pernah menggunakan perpustakaan dan 5 bidang kajian.


(29)

Persyaratan seseorang bisa dijadikan informan adalah bersedia sebagai informan. Dari 14 jumlah informan yang sudah ditentukan. Mereka yang berasal dari kalangan artis, peneliti mengambil jumlah informan minimal 2 org dari 14 anggota DPR RI dari kalangan artis yang masih aktif. Dengan asumsi bahwa informasi yang diperoleh dari beberapa informan tersebut mampu menjawab pertanyaan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

1) Dokumentasi

Pengumpulan informasinya ini didapat/dilakukan dengan cara

mengumpulkan dan memilah-milah literatur - literatur yang mendukung.

2) Wawancara

Pengumpulan informasi yang dilakukan secara langsung antara

pewawancara (interviewer) dengan pemakai informasi (informan). Metode ini

digunakan untuk menggali informasi yang berupa pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan yang merupakan tingkah laku dari hal-hal yang tidak bisa ditangkap dengan metode dokumentasi dan observasi.

3) Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati kejadian-kejadian/perilaku yang tampak dengan menyesuaikan fokus dan tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi.


(30)

Prosedur pengumpulan datanya yaitu data di jaring dari informan yang di pilih secara acak berdasarkan petunjuk pustakawan/pengkaji informasi dengan

teknik key person dan data dokumentasi serta wawancara untuk mengetahui

informan-informan yang tepat. Setelah itu dilakukan wawancara semi terstruktur dengan informan-informan itu. Untuk teknik observasi dilakukan bersama-sama (kolektif) saat metode dokumentasi dan wawancara dilakukan. Secara singkat, teknik pengumpulan data tersebut digambarkan berikut:

1). Dokumentasi

3). Observasi dilakukan secara kolektif 2). Wawancara semi terstruktur

5. Teknik Analisa Data

Pada bagian analisis data yang diuraikan peneliti adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya peneliti menggunakan analisa data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini penjelasannya:

a. Analisa data

Menurut Bogdan dan Biklen, analisa data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satu yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa


(31)

yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.9

b. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya serta

membuang informasi atau data yang tidak diperlukan penulisan.10

c. Penyajian data (display data)

Penyajian data dilakukan secara sistematis dengan mengembangkan hasil yang telah diperoleh. Sehingga dapat terlihat gambaran keseluruhan data untuk diambil kesimpulan. Penyajian data dapat dibuat dalam bentuk grafik, matriks, network atau chart dan tabel. Dalam penelitian ini penyajian data yang digunakan adalah dalam bentuk tabel yang bersifat naratif.

d. Penarikan kesimpulan

Data yang telah terkumpul dan terangkum yang disajikan dalam bentuk narasi, kemudian penulis menganalisa atau menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dirumuskan pada tahap awal dan memberikan beberapa saran di BAB selanjutnya.

9

Lexy J. Moleong. Metode penelitian kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 248.

10


(32)

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN LITERATUR

Bab ini memuat teori – teori yang berasal dari kajian kepustakaan yang

berkaitan dengan gambaran mendetil mengenai Informasi dan Perilaku Informasi.

BAB III PROFIL DPR RI DAN PUSAT PENGKAJIAN PENGOLAHAN DATA & INFORMASI (P3DI)

Pada bab ini akan membahas tentang DPR RI, P3DI dan 2 (dua) bidang dari 4 (empat) bidang yang ada di P3DI yaitu; Bidang Perpustakaan dan Bidang Pengkajian dan Analisa yang diliputi oleh Politik Dalam Negeri, hukum, Hubungan International, Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.


(33)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

Bab ini meliputi pembahasan analisis hasil penelitian dari perilaku pencarian informasi anggota DPR RI dari kalangan artis dan hambatan yang dihadapinya dalam memenuhi kebutuhan informasi di P3DI khususnya bidang pengkajian dan analisa dan bidang perpustakaan.

BAB V PENUTUP

Bab ini terdiri dari beberapa kesimpulan penulis dari hasil penelitian tentang

apa saja perilaku pencarian informasi (Information Seeking Behavior) Anggota DPR

RI dari kalangan artis periode 2010 – 2014 di P3DI khususnya bidang pengkajian dan

analisa dan bidang perpustakaan. Dan ditutup dengan beberapa saran yang Insya Allah membangun untuk kemajuan DPR RI. Sehingga beberapa kesimpulan dan saran ini dapat menjadi pertimbangan serta dapat menambah khazanah perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Perpustakaan dan Informasi.


(34)

16

Pada bab ini akan diuraikan tentang informasi dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan informasi, diantaranya: lembaga informasi, pekerja informasi, dan pengguna. Untuk lembaga informasi tentunya menggambarkan unit-unit yang berada di P3DI, sedangkan pekerja informasinya juga yang berhubungan dengan unit-unit yang menaunginya dan penjelasan mengenai pengguna. Dalam bab ini diuraikan

pula mengenai perilaku informasi (information behavior) yang disajikan ke dalam

beberapa kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan informasi.

A. Informasi

Sehari-hari manusia hidup berdampingan dengan informasi, baik anak-anak sampai orang tua. Informasi itu lahir dari suatu peristiwa yang buruk/baik, benar/salah, kenyataan/kebohongan, fakta/mitos, penting/tidak penting, lama/baru, dll. Kelahiran informasi itu ada yang sempat terekam atau musnah tak berjejak. Terjadinya ledakan informasi ini bersumber dari informasi yang terekam baik yang diolah maupun dibiarkan begitu saja oleh lembaga informasi dan internet. Namun, apakah informasi itu?


(35)

Seringkali informasi dipandang sebagai “sumber”. kecenderungan ini secara tidak langsung menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang terletak di

dokumen, sistem informasi atau “artifacts” benda kecerdasan buatan manusia lainnya.

Informasi diasumsikan konstan, tidak berubah. Itu artinya informasi adalah wakil di dalam “artifacts”. Komplitnya informasi bukan sebagai objek, tetapi hasil dari

tafsiran subjek. Tafsiran itu melalui gagasan, aksi dan perasaan.1

Informasi menurut Gordon B. Davis dalam Soejono Trimo adalah “data yang

telah diproses ke dalam suatu bentuk yang memberikan arti kepada yang menerimanya dan mengandung nilai-nilai yang benar-benar tampak bagi pengambil

putusan-putusan pada masa kini maupun yang akan datang,”2 sedangkan menurut

George R. Terry “information is meaningful data that conveys usable knowledge.”3

(Informasi adalah data penting yang memberikan pengetahuan yang berguna). Kedua-duanya mengartikan informasi itu adalah data. Namun, apakah hanya sebatas itu?

Heartsill Young dalam ALA Glossary of Information Science mendefinisikan

informasi adalah semua ide, fakta dan karya-karya imajinatif dari hasil pikiran yang

telah dikomunikasikan, direkam, diterbitkan dan disebarkan secara formal maupun

informal dalam berbagai format.4

1

Chun Wei Choo, et.al. Web work: information seeking and knowledge work on the world Wide Web

(London: Kluwer, 2000), h. 3.

2

Soejono Trimo. Dari Dokumentasi ke Sistem Informasi Manajemen (Bandung : Remaja Karya, 1987), h. 2.

3

George R. Terry. Office Management and Control (Illinois : Homewood, 1962), h. 21.

4


(36)

Dengan mencermati beberapa pengertian informasi tersebut di atas, maka informasi adalah masukan data (pesan, kabar, keterangan, berita) dengan berbagai bentuk (cahaya, suara, gambar, isyarat, gerak, tulisan.) dari hasil gagasan, aksi dan perasaan yang dikomunikasikan mempunyai arti untuk suatu kepentingan. Informasi ini akan menjadi kearifan manakala diproses melalui berbagai cara dari hasil suatu

peristiwa, sebagaimana rangkaian informasi5 berikut:

Kearifan

Pengetahuan

Informasi Diproses secara kognisi (akal Pemikiran)

_____________________________________________________________

Berdasarkan data Segmen

Data

Simbol

Peristiwa

5

Sulistyo-Basuki, dkk. Perpustakaan dan Informasi dalam konteks budaya (Depok: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI, 1993), h. 5.


(37)

Informasi ini mencakup 4 kategori (symbol) untuk dikomunikasikan yaitu numeric (angka), audio (suara), teks (tulisan) dan citra (gambar) dan[/atau] santir (image).6 Adapula yang menambahkannya dengan Citra/image yang bergerak.

Utamanya fungsi informasi adalah “to increase the knowledge or to reduce

the uncertainty of the users.”7 Di samping untuk meningkatkan pengetahuan atau

pemahaman, Informasi juga dapat digunakan untuk mengurangi

ketidakpastian/ketidaktahuan dari tugas/beban yang dialami makhluk hidup/manusia,

bahkan kadang menambah bingung pemakainya tanpa adanya

pembimbing/konsultan-konsultan/penyedia informasi yang akan menyampaikan nilai

suatu informasi itu. Informasi mempunyai sedikitnya 10 nilai8 yaitu: 1). Kemudahan

dalam memperoleh, 2). sifat luas dan lengkapnya, 3). ketelitian, 4). keluwesan, 5). objektif, 6). kecocokan, 7). ketepatan waktu, 8). kejelasan, 9). bias tidak dibuktikan,

dan 10). dapat diukur.

Keobjektifan suatu informasi meningkat bila informasi itu tidak bias sehingga dapat dibuktikan, dan yakin kebenarannya dapat diukur. Informasi harus tepat waktu, sesuai dengan maksud penggunanya. Informasi juga harus luas dan lengkap, sehingga pihak-pihak tepat yang menerima dapat dengan mudah memilih yang cocok melalui ketelitian dan keluwesannya. Yang terpenting dalam memberikan suatu Informasi haruslah sejelas-jelasnya, yaitu dapat dimengerti oleh penerimanya.

6

Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 3.

7

Aa Kosasih. Jasa Informasi Pada Perpustakaan. Artikel diakses pada 14 Januari 2011 dari

[email protected] h. 4

8


(38)

Memahami konsep nilai informasi sangat penting bagi dunia perpustakaan (lembaga informasi) sebab dengan memahaminya akan bisa diketahui dengan pasti

jenis dan tingkat kebutuhan masyarakat (pemustaka) akan informasi tersebut.9

Dengan ukuran nilai ini dapat dijadikan indikator evaluasi kepuasan pengguna. Dari hasil identifikasi akan terlihat suatu perbandingan apa yang dibutuhkan dengan apa yang diperolehnya. Antara harapan sebelumnya dengan informasi yang dirasakan setelah pemakaian.

B.Lembaga, Pekerja dan Pengguna Informasi

Dalam hubungan sosial biasanya ada interaksi antara manusia satu dengan yang lainnya. Interaksi ini terjadi karena adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dalam suatu lingkungan. Salah satunya interaksi yang terjadi di lembaga informasi antara pekerja informasi dan pengguna informasi. Dalam istilah temu kembali disebut proses interaksi temu kembali antara perantara (lembaga, manusia dan sistem) dengan pengguna. Berikut ini keterangannya:

1. Lembaga/Unit Informasi

Dari berbagai literatur dan praktiknya lebih banyak nama yang digunakan untuk lembaga informasi. Namun, sedikitnya ada enam lembaga informasi yang sering digunakan di Indonesia, khususnya P3DI. Untuk mengetahui lebih jelasnya tentang badan/lembaga pengelolaan informasi, berikut ini definisinya:

9


(39)

Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, tercetak dan terekam, secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya untuk keperluan pendidikan, penelitian, pelestarian,

informasi, dan rekreasi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.10 Perpustakaan dibagi

lagi, ada perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus (seperti, Perpustakaan DPR RI), serta berkembang pula perpustakaan tempat ibadah, perpustakaan komunitas dan perpustakaan pribadi atau keluarga serta taman/rumah baca. Biasanya pekerja informasinya disebut pustakawan.

Pada hakikatnya pekerjaan pustakawan ini menyediakan informasi yang terdapat dalam berbagai media, jenis dan bentuk. Oleh karena itu, pustakawan disebut

pula sebagai pekerja informasi (information workers). Sebutan lain bagi pustakawan

antara lain ahli dokumentasi (documentalist), ahli informasi (information specialists),

manajer informasi (information managers), manajer pengetahuan (knowledge

managers), pialang informasi (information broker) dan lain sebagainya11.

Pusat/depot arsip adalah (1) tempat (gedung, ruangan, tempat penyimpanan) di mana bahan kearsipan disimpan. (2) sebuah organisasi atau bagian dari sebuah organisasi dengan fungsi utama memilih dan mengupayakan agar arsip dapat

digunakan. Ada 2 jenis yaitu (a) collecting archives atau arsip pengumpul, merupakan

10Asrorun Ni’am Shole

h. Perpustakaan jendela peradaban: teks, konteks, dan dinamika pembahasan Undang-undang tentang perpustakaan (Jakarta: eLSAS, 2008), h. 137-138.

11

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 19.


(40)

sebuah organisasi yang memiliki fungsi utama pengumpulan rekod berbagai jenis organisasi, keluarga, dan perorangan. Arsip pengumpul seringkali dikenal sebagai

perpustakaan manuskrip atau depot manuskrip. (b) in-house archives (arsip

ing-griya), merupakan bagian badan korporasi yang bertugas mengumpulkan arsip badan

korporasi. Arsip ing-griya biasanya membatasi materi yang dihasilkan oleh badan

induknya atau badan korporasi yang bersangkutan atau badan atau orang lain yang

erat kaitannya.12 Biasanya pekerja informasinya disebut arsiparis.

Pusat dokumentasi adalah tempat menyimpan dokumen, lazimnya dokumen yang berbentuk bukan buku, untuk dikelola, diberi anotasi dan indeks dengan tujuan utama adalah distribusi. Tugas pusat dokumentasi lainnya ialah mempersiapkan

bibliografi.13 Contoh: Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI, Pusat Dokumentasi

P3DI. Biasanya pekerja informasinya disebut dokumentalis

Pusat analisa informasi adalah pusat yang mengerjakan indeks, sari karangan atau abstrak, terjemahan, tinjauan literatur (review, sintesa, menilai informasi, menilai data dalam suatu bidang khusus yang diolah menurut tingkat

keperluan. Contoh: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI, Centre

for Strategic and International Studies (CSIS).14 Biasanya pekerja informasinya disebut pengkaji/analisator informasi.

12

Sulistyo-Basuki. Kamus istilah kearsipan (Yogyakarta: Kanisius, 2005), h. 22-23.

13

Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan; 1-6, PUST 2256/2SKS

(Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996), h. 4.

14


(41)

Pusat informasi adalah suatu pusat yang bertugas memberikan informasi yang diolah dari sumber lain mengenai suatu bidang khusus. Contoh: Pusat Informasi

Pertanian, Pusat Informasi Pariwisata, Pusat Informasi Penyakit Menular.15 Biasanya

pekerja informasinya disebut spesialis subjek/informasi atau pengamat.

Bank data biasanya berkaitan dengan bidang yang luas, seperti: kedokteran, tata kota dan sejenisnya. Bank data menggunakan metode yang sistematis untuk menyarikan data mentah dari kumpulan data serta literatur yang relevan, kemudian disusun dalam berkas berstruktur, sehingga siap untuk menjawab pertanyaan. Contoh: Bank Data Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berisi data: sekolah, murid,

lokasi gedung.16 Biasanya pekerja informasinya disebut ahli informasi.

Sesuai dengan perkembangan jaman, maka kepustakawanan pun kemudian melahirkan praktik-praktik baru di bidang informasi. Walaupun nama yang digunakan berbeda-beda (pusat dokumentasi, pusat informasi, clearing house, data bank, pusat data, dsb.), namun pada intinya lembaga-lembaga ini melakukan pekerjaan yang sama.

15

Sulistyo-Basuki. Materi pokok kerjasama dan jaringan perpustakaan Ibid. h. 4.

16


(42)

Dalam kaitannya dengan unit informasi ini, Sulistyo-Basuki membedakannya

menjadi tiga jenis kegiatan informasi yang berkaitan17 yaitu:

1. Simpan dan penyediaan dokumen primer, dilakukan antara lain oleh arsip,

perpustakaan, serta pusat pemberitaan.

2. Deskripsi isi dokumen serta penyebarannya, pemberian kode informasi,

beserta sumbernya. Lazim dilakukan oleh dokumentasi.

3. Menjawab pertanyaan dengan memberikan informasi yang tersedia,

evaluasi, dan transformasi informasi. Dilakukan oleh pusat informasi. Intinya lembaga informasi adalah suatu sistem terpadu dalam bidang penyedia jasa informasi khusus maupun umum yang bertugas menyimpan, mengolah dan menyediakan serta menyebarluaskan referensi, baik yang berdiri sendiri maupun menjadi bagian badan induknya untuk keperluan masyarakat pemakai.

2. Pekerja/Petugas Informasi

Ketersediaan informasi yang sekarang makin banyak dalam segala peristiwa, menuntut lembaga informasi mengelola melalui pekerja informasinya sesuai dengan spesialisasi tugasnya agar bisa ditemukan kembali oleh para penggunanya, misalnya:

1. Bibliografer.

2. Pengindeks.

3. Abstraktor

17


(43)

Untuk itulah pekerjaan informasi ada sebagai profesi tunggal mengolah dokumen dan informasi, namun sangatlah bermacam-macam ciri-ciri khusus dan

kekhasannya sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Sulistyo-Basuki

menamakan pekerjaan dalam bidang informasi yang disebut spesialis informasi.

Adapun beberapa tugasnya secara umum yakni18:

1. Mengolah dokumen dan informasi,

2. Melayani dan memberikan jasa pada pemakai atau nasabah,

3. Memenuhi kebutuhan, dengan bekerja efisien, dengan pikiran teratur dan

metodis serta perasaan berorganisasi dan imaginasi.

Intinya setiap spesialis informasi melakukan tugas yang hampir sama dengan tugas pokoknya menyediakan informasi kepada pengguna/pemakai sesuai kebutuhan jenis lembaga informasinya dan/atau lembaga induknya.

3. Pengguna Informasi

Sementara itu berbagai istilah sering disebutkan dalam kaitannya dengan pengguna unit informasi, namun tidak menutup kemungkinan istilah ini juga digunakan pada unit informasi lainnya. Adakalanya pengguna sebagai produsen,

nasabah sistem informasi, agen, pialang informasi,19 pemakai, pemustaka, anggota,

pembaca, konsumen, klien, patron, pelanggan, mitra dan bahkan konsultan. Lebih jelasnya tentang pengguna berikut ini penjabarannya.

18

Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi. Ibid. h. 241.

19


(44)

1. Anggota, yakni mereka yang telah menjadi anggota unit informasi. Pada masing-masing unit informasi mempunyai aturannya tersendiri siapa saja yang berhak menjadi anggotanya. Sehingga perlu adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi apabila ingin menjadi anggota.

2. Pembaca, yakni mereka yang menikmati layanan membaca, Sedangkan

Penelusur, yakni mereka yang menikmati layanan penelusuran. Mereka ini baik anggota maupun bukan anggota yang menggunakan layanan dengan cara dibaca/menelusur.

3. Konsumen, yakni menganggap pengguna sebagai konsumen jasa yang telah

menggunakan suatu layanan yang tersedia. Dalam hal ini hubungan perpustakaan/unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara penjual dengan pembeli, sedangkan konsumen yang sering menggunakan suatu layanan yang tersedia disebut pelanggan.

4. Klien, yakni memposisikan pengguna sebagai orang yang harus dilayani

haknya (misalnya pemenuhan kebutuhan informasi). Dalam hal ini hubungan unit informasi dengan penggunanya sudah seperti hubungan antara seorang pengacara (ahli hukum) dengan orang yang harus dibela (klien).

5. Patron, yakni lebih kepada orang-orang yang peduli dan ikut menyeponsori

perpustakaan/unit informasi, seperti pemerhati, Pembina dan penyantun.20

20

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 15.


(45)

Pengguna dalam kaitannya dengan penggunaan unit informasi dibedakan menjadi 2, sebagai berikut:

1. Pengguna potensial (potensial users) ialah pengguna yang ditargetkan, dan

seharusnya menjadi pengguna. Jenis pengguna potensial dibedakan lagi, yaitu:

a. Pengguna internal (internal users) ialah pengguna potensial atau yang telah

menjadi anggota perpustakaan [unit informasi].

b. Pengguna eksternal (eksternal users) ialah pengguna perpustakaan [unit

informasi] yang bukan menjadi target layanan.

2. Pengguna aktual (actual users) ialah mereka yang telah menggunakan

perpustakaan [unit informasi], baik pengguna aktual aktif maupun pengguna aktual pasif. Berikut ini penjelasannya:

a. Pengguna aktual aktif ialah pengguna yang secara teratur (regular) berkunjung

dan memanfaatkan perpustakaan [unit informasi].

b. Pengguna aktual pasif ialah pengguna yang menggunakan perpustakaan [unit

informasi] ketika ada kebutuhan atau mendapatkan tugas baik dari guru, dosen

atau pihak lainnya. 21

Jadi, pengguna memiliki banyak peran tidak hanya menjadi penikmat informasi yang menerima dan/atau menggunakan informasi, tetapi kini di era informasi pengguna terkadang pula sebagai penyedia informasi. Hal ini tergantung dari aktivitas yang sedang ditekuni khususnya pada kegiatan unit informasi. Itulah sebagian peranan manusia sebagai pengguna yang berhubungan dengan informasi.

21

Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Ibid. h. 16-17.


(46)

Kenapa peneliti tidak menggunakan istilah pemustaka karena dalam penelitian ini peneliti tidak hanya membahas tentang perpustakaan, tapi membahas juga mengenai pusat informasi yang diwakili dengan 5 bidang kajian yang ada di P3DI. Untuk menyamakan persepsi dan dikaitkan dengan pembahasan selanjutnya peneliti akan terus menggunakan istilah pengguna dan bukan pemustaka/pemakai.

C.Perilaku Informasi

Perilaku dalam bahasa Inggris disebut dengan behavior yang artinya

kelakuan, tindak tanduk, jalan.22 Sedangkan pemaknaan perilaku dalam bahasa

Indonesia berasal dari 2 suku kata, peri dan laku; peri yang artinya sekeliling, dekat,

melingkup.23 Dan laku artinya perbuatan, tindak tanduk.24

Selama ini ada kata perilaku selalu disingkat menjadi prilaku (tidak menggunakan huruf “e”). Adapula yang mengatakan/menulis peri laku, peri-laku. Sesuai pedoman ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan untuk tetap menggunakan kata “perilaku”. Karena kata “peri” sebagai gabungan kata ditulis

serangkai dengan unsur berikutnya “laku”, yang berupa kata dasar25.

22

John M. Echol et al. Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1996), h. 80.

23

[Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa]. Pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. (Bandung: Pustaka Setia, 1996), h. 91.

24

Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Surabaya: Apollo, t.t.), h. 384.

25

Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa. Ejaan dalam bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992), h. 13.


(47)

Menurut Notoatmodjo perilaku yaitu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya yang pada dasarnya dapat diamati melalui sikap dan tindakan. Bloom

membedakan menjadi 3 macam bentuk perilaku yaitu cognitive, affektive dan

psikomotor. Ahli lain menyebut pengetahuan, sikap dan tindakan. Ki Hajar

Dewantoro menyebutnya: cipta, rasa, karsa atau peri akal, peri rasa dan peri tindak.26

Sedangkan, Chun Wei Choo, Brian Detlor dan Don Turnbull membagi menjadi 3,

yakni cognitive, affective, dan situasional.27

Domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya.

2. Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.

3. Tindakan atau praktek ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam

bentuk tindakan, yang merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.28

26

Sukidjo Notoatmodjo. Metodologi pendidikan dan pengajaran (Jakarta: BPKM FKMUI, 1980), h. 9.

27

Chun Wei Choo, et. al. Web work: information seeking and knowledge work on the world wide web (London: Kluwer, 2000), h. 3.

28

Albarracín, Dolores, Blair T. Johnson, & Mark P. Zanna. The Handbook of Attitude ([S.l]: Routledge, 2005), h. 74-78.


(48)

Selain itu, Skinner dalam David S. Gochman juga memaparkan definisi

perilaku sebagai hasil hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon

(tanggapan).29 Menurut Branca, Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara

perilaku yang refleksif dan perilaku yang non-refleksif.

1. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan

terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut, misalnya kedip mata bila

kena sinar.

2. Perilaku yang non-refleksif merupakan perilaku yang dikendalikan atau diatur

oleh pusat kesadaran atau otak. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat

kesadaran ini disebut proses psikologi30

Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi, khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau informasi. Pembahasan mengenai perilaku biasanya selalu berdampingan dengan informasi dan dikaitkan dengan kajian pemakai. Menurut Sulistyo Basuki Kajian pemakai biasanya memiliki 3 tujuan komprehensif yaitu:

1. Analisis kebutuhan

2. Analisis perilaku informasi

3. Analisis motivasi dan sikap

29

David S. Gochman. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues for the Future ([S.l]: Springer, 1997), h. 89-90.

30


(49)

Dijelaskan pula analisis ini menunjukkan bagaimana kebutuhan informasi dipenuhi. Menjelaskan konteks jasa dan produk yang disajikan, menjelaskan kondisi yang harus dihadapi, serta menunjukkan tipe persiapan dan/atau pelatihan untuk

pemakai. 31

Perilaku yang dibahas pada penelitian ini adalah perilaku psikologi, khususnya perilaku informasi yang dipelajari dalam ilmu perpustakaan dan/atau informasi. Secara umum metode kajian pemakai untuk pengukuran perilaku merupakan metode psikologi sosial. Alat yang digunakan biasanya adalah kuesioner, wawancara terstruktur, kumpulan data dari catatan unit peminjaman, observasi perilaku, kajian terhadap catatan harian yang berkaitan dengan kegiatan informasi dalam kurun waktu tertentu, analisis dokumen yang dihasilkan oleh pemakai, dokumen administrasi, wawancara tidak terstruktur, kajian kasus komplek, serta uji

coba terhadap produk baru.32 Maka perilaku informasi dapat diungkap dengan

berbagai metode yang ada, baik secara kuantitatif dan kualitatif, maupun gabungan keduanya. Namun dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada metode kualitatif.

Wilson sebagai salah satu tokoh di bidang perilaku informasi menyajikan beberapa definisi, yaitu:

31

Sulistyo-Basuki. Teknik dan jasa dokumentasi (Jakarta: Gramedia, 1992), h. 204-205.

32


(50)

Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan keseluruhan perilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton TV dapat dianggap sebagai perilaku informasi, demikian pula komunikasi antar-muka.

Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior) merupakan

upaya untuk menemukan informasi dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari adanya

kebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Perilaku pencarian informasi (information searching behavior) merupakan

perilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang ditunjukkan seseorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.

Perilaku pengguna informasi (information user behavior) terdiri dari

tindakan-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang ketika menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan pengetahuan yang sudah

dimiliki sebelumnya. 33

Untuk lebih jelasnya berikut ini penjelasan tentang perilaku informasi yang dibagi-bagi menjadi kegiatan-kegiatan informasi yaitu aktivitas kebutuhan informasi, aktivitas pencarian informasi, hambatan dalam pencarian informasi, serta aktivitas penggunaan informasi.

33

Putubuku. “Ragam perilaku informasi,” artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari


(51)

1. Aktivitas Kebutuhan Informasi

Tidak ada yang tak membutuhkan informasi, termasuk artis yang menjadi anggota DPR. Tentunya kebutuhan saat menjadi artis sangat jauh berbeda dengan kebutuhan anggota DPR. Walaupun sama-sama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

Menurut Kuhlthau dalam Saraszwave, munculnya kesenjangan dalam diri seseorang tersebut akhirnya mendorong orang untuk mencari informasi guna

mengatasi permasalahan yang dihadapinya.34

Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan kekurangan atau keinginan sesuatu, atau keinginan perwujudan tindakan tertentu. Istilah kebutuhan hampir sama dengan istilah keinginan, permintaan dan keperluan.

- Kebutuhanapa yang seseorang harus miliki,

- Keinginanapa yang seseorang ingin miliki,

- Permintaanapa yang seseorang minta,

- Keperluanmencakup kebutuhan, keinginan dan tuntutan.35

34

[Saraszwave]. “Pengaruh Five Traits Personality dengan Perilaku Penemuan Informasi Individu,” artikel diakses pada 16 Desember 2010 dari http://saraszwave.wordpress.com/2009/05/09/pengaruh-five-traits-personality-dengan-perilaku-penemuan-informasi-individu/

35

Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi


(52)

Green seperti yang dikutip oleh Laloo, menemukan unsur yang jelas untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan atau tuntutan, yaitu tidak pentingnya kesadaran pribadi akan kebutuhan. Kebanyakan orang seringkali membutuhkan sesuatu tanpa menyadari kebutuhannya itu sendiri. Adanya banyak keinginan dalam benak seseorang/sekelompok orang, tetapi sesungguhnya tidak semua keinginan tersebut merupakan kebutuhan yang menjadi permintaan dan

keperluan yang harus dipenuhi.36

Wersig mengajukan suatu teori yang menyatakan bahwa kebutuhan

informasi didorong oleh apa yang dinamakan sebagai problematik situation, yaitu

suatu situasi yang terjadi pada manusia yang dirasakan tidak memadai untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam hidupnya. Situasi yang tidak memadai ini

menyebabkan seseorang merasa harus memperoleh masukan (input) dari

sumber-sumber di luar dirinya (external resources). Sementara itu, Belkin mengajukan

suatu istilah anomalous state of knowledge sebagai penyebab dari terdorongnya

orang untuk mencari informasi. Menurut Belkin, jika seseorang datang ke suatu sistem informasi untuk meminta informasi, maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut merasa bahwa tingkat pengetahuannya (state of knowledge) tidak cukup untuk menghadapi suatu situasi tertentu pada saat itu. Telah terjadi anomali atau

36

Yulianah. Kebutuhan informasi pemustaka: Studi kasus di perpustakaan keliling Kota Administrasi.


(53)

ketidakpastian dalam diri orang tersebut. Untuk menghilangkan anomali ini,

orang tersebut mencari informasi yang dapat menghilangkan ketidakpastiannya.37

Stevenson menyebutkan kebutuhan informasi adalah keinginan dari

sebuah kelompok pemakaian informasi pada subjek-subjek tertentu.38 Sementara

itu, dalam konteks ilmu informasi, kebutuhan informasi diartikan sebagai sesuatu yang lambat laun muncul dari kesadaran yang samar-samar mengenai sesuatu yang hilang dan pada tahap berikutnya menjadi keinginan untuk mengetahui tempat informasi yang akan memberikan kontribusi pada pemahaman akan

makna.39

Banyak kebutuhan yang bisa dikemukakan, sebagaimana diusulkan oleh Katz, Gurevitch dan Haas yang dikutip oleh Yusuf, yaitu sebagai berikut:

a. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan erat

dengan kebutuhan untuk memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Disamping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

37

Putu Laxman Pendit. Makna informasi: potensi dan tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 75-76.

38

Janet Stevenson, Dictionary of library and information management (Teddington, Midlesex: Peter Collin, 1997), h. 71.

39

Kuhlthau, Carol C, “Inside the searching process: information seeking from the user’s perspective,” Journal of the American Society for Information Science 42, no. 361-371 (Mei 1993): h. 366.


(54)

b. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan penguatan estetis, hal yang dapat menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan.

c. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs), yaitu

kebutuhan yang sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

d. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs), yaitu kebutuhan

yang dikaitkan dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

e. Kebutuhan berkhayal (escapist needs), yaitu kebutuhan individu dikaitkan

dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan diri, melepaskan ketegangan dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).40

Lebih lanjut Katz, Gurevitch dan Haas juga menemukan dalam penelitiannya bahwa orang yang tingkat pendidikannya tinggi lebih banyak mempunyai kebutuhan dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Ini berarti bahwa orang yang mempunyai tingkat pendidikan relatif tinggi, seperti guru, dosen dan peneliti, misalnya, lebih banyak mempunyai kebutuhan akan

40


(55)

sesuatu yang bisa memuaskannya, dan lebih banyak mempunyai tujuan yang berkaitan dengan permasalahan kehidupannya daripada orang-orang pada

umumnya.41

Sementara itu, Wilson dalam Wijayanti menjelaskan bahwa kebutuhan akan informasi seseorang didorong oleh kebutuhan dasar yang bersifat fisiologis, afektif dan kognitif. Ketiga kategori kebutuhan manusia menurut Wilson dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis meliputi : makan, minum, tempat tinggal dan lain

sebagainya.

b. Kebutuhan emosional atau afeksi, seperti : kebutuhan untuk mendominasi,

kebutuhan untuk mencapai cita-cita.

c. Kebutuhan kognitif, seperti : kebutuhan untuk mempelajari

keterampilan-keterampilan tertentu.42

Kebutuhan informasi seseorang tergantung pada pekerjaan, apa tujuan mereka menggunakan informasi, usia, kecakapan, kedudukan professional dan

karakteristik lainnya.43 Senada dengan Atherton, panen juga menyatakan bahwa

faktor yang paling umum mempengaruhi kebutuhan informasi adalah pekerjaan

41

Pawit M. Yusuf, Pedoman mencari sumber informasi Ibid. h. 4.

42

Lucky Wijayanti, Perilaku pencarian informasi staf pengajar Fakultas Sastra UI dalam melakukan penelitian (Depok: [Tesis PSIP-PPFSUI], 2001).

43


(56)

pemakai, termasuk kegiatan profesi, pekerjaan atau subjek yang diamati,

kebiasaan dan lingkungan pekerjaan.44

Sementara itu, Chen dan Hernon serta Latham dalam Mangindaan menjelaskan secara lebih rinci, bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi adalah : a. Karakteristik pemakai : pengalaman; usia; latar belakang pendidikan dan cara berpikir, b. Faktor minat seseorang, c. Faktor pekerjaan dan profesi, d. Faktor koleksi, e. Faktor kesukaran dan sistem pelayanan informasi; akses terhadap layanan informasi dan variasi sumber

informasi yang ada di lingkungan pemakai informasi.45

Menurut Hanson, kebutuhan informasinya berhubungan dengan kegiatan

penting yang harus dilakukannya46 adalah:

a. Keeping up to date, yaitu untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru dalam bidangnya.

b. Retrospective searching, yaitu untuk melakukan penelusuran surut.

Ini menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh anggota dewan. Dalam kegiatan yang dilakukan tersebut, anggota dewan membutuhkan informasi dengan kegiatannya sebagai legislatif yang sedang dilakukannya.

44

Paulina Pannen, A study in information seeking and use behaviors of resident students and non resident student in Indonesia tertiary education ([S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990), h. 33.

45

Christina Mangindaan dkk., Perilaku informasi dosen dalam proses penelitian [laporan penelitian], (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h. 28.

46


(57)

Kebutuhan informasi menurut Cronin yang dikutip oleh Meyer, dapat

dibagi menjadi 3 kategori47, sebagai berikut:

1. Kebutuhan informasi yang diekspresikan adalah kebutuhan informasi

yang diutarakan oleh pemakai informasi.

2. Kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan adalah kebutuhan

informasi yang disadari namun tidak disampaikan oleh pemakai informasi.

3. Kebutuhan informasi yang tidak disadari. Hal yang akan dapat menjadikan

seseorang tidak menyadari bahwa dirinya memerlukan informasi adalah karena orang tersebut tidak mengetahui bahwa ada sumber-sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan yang orang hadapi atau memang orang tersebut tidak mengetahui ruang lingkup yang sesungguhnya dari persoalan yang dihadapi.

2. Aktivitas Pencarian Informasi

Setelah adanya kebutuhan informasi, maka akan muncul permintaan informasi yang diwujudkan dalam proses pencarian informasi. Pencarian informasi merupakan suatu proses dimana seseorang berusaha untuk menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Dalam proses pencarian tersebut, manusia membentuk perilaku pencarian informasi dengan karakteristik tertentu. Perilaku pencarian informasi yang dimaksud disini dapat berupa permintaan informasi melalui orang lain, melalui berbagai sumber dan melalui

47

Hester W. J. Meyer, The nature of information, and the effective use of information in rural development. Information research, 10 (2), (January, 2005): h. 214. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationR.net/ir/10-2/paper214.html


(58)

sistem informasi.48 Pengungkapan perilaku pencarian informasi (oleh informan) dilakukan melalui wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Menurut Kuhlthau yang dikutip oleh Hayden perilaku pencarian informasi seseorang (dalam hal ini adalah para anggota DPR RI dari kalangan artis) dimulai ketika dirinya menyadari bahwa informasi itu diperlukan untuk menyelesaikan

atau mengatasi suatu masalah49.

Menurut Dervin dalam Panen secara umum yang dimaksud dengan perilaku pencarian informasi adalah seseorang yang selalu terus bergerak berdasarkan lintas ruang dan waktu, mencari informasi untuk menjawab segala tantangan yang dihadapi, menentukan fakta, memecahkan masalah, menjawab

pertanyaan, atau memahami suatu masalah yang dihadapinya50.

Permono menjelaskan kalau dilihat dalam konteks yang lebih luas, maka dalam konteks kajian pemakai khususnya tentang perilaku pencarian informasi,

terdapat rangkaian aktivitas yang dimulai dari kebutuhan informasi – pencarian

informasi – sampai pada penggunaan informasi.

48

T.D. Wilson, On user studies and information needs. Journal of librarianship, 37 (1), no. 3-15., Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari http://informationr.net/tdw/publ/papers/1981infoneeds.html.

49

Hayden, K. Atx. Information seeking models. Calgary: the University of Calgary,

2000. Artikel diakses pada 20 Maret 2009 dari

http://www.ucalgaryca/~ahayden/seeking.html.

50

Pannen, Paulina. A study in information seeking and use behaviors of resident

students and non resident student in Indonesia tertiary education. [S.l]: [Disertasi the School of Education at Syracuse University], 1990.


(1)

Lampiran 10

Hasil Wawancara

Responden/Informan : Okki Asokawati

Jabatan : Anggota DPR RI dan Anggota Regional BKSAP

Waktu Wawancara : 14.00 WIB

Hari/Tanggal : Rabu, 20 Juni 2012

Tempat : Gedung Nusantarara 1 Lantai 15 Ruang 1512

Keterangan : R = Informan, P = Peneliti

1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan? R : Menjawab: Anggota dewan fungsi-fungsinya 3: dalam hal pengawasan

kinerja pemerintah, melakukan pembuatan anggaran bersama pemerintah dan yang ketiga membuat undang-undang. Di dalam ketiga fungsi anggota DPR itu tentunya kami membutuhkan informasi. Kalau ditanyakan informasi apa yang sedang saya cari saat ini? sebagai anggota komisi IX yang menangani bidang kesehatan, ketenaga kerjaan, kemudian mengenai juga Obat dan pengawasan Bahan Makanan atau Badan POM, maka yang sedang saya cari itu sebetulnya tertarik dengan proses pembuatan rancangan undang-undang.

2. P : Apa tujuan dari informasi tersebut?

R : Menjawab: Tentu informasi itu kita buat sebagai bentuk pengawasan kita terhadap kinerja pemerintah. Jadi untuk bisa kita mengawasi dengan baik, untuk bisa kita melakukan analisa terhadap pekerjaan pemerintah atau eksekutif, maka kita harus bisa mempunyai informasi yang akurat dong. Kita harus mempunyai data-data, kita harus mempunyai statistik-statistik. Sehingga kita bisa mengkounter apa-apa yang sudah atau belum dilakukan oleh pemerintah. Sehingga nanti hasil dari informasi yang kita dapatkan kemudian kita counter dengan eksekutif. Sehingga hasil dari rapat antara legislatif dan eksekutif. Kita bisa mendapatkan rekomendasi untuk kinerja kita selanjutnya.

3. P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa


(2)

R : Menjawab: Karena memang saya adalah PANJA/panitia kerja untuk perumusan rancangan undang-undang keperawatan. Jadi ya, memang hal-hal seperti itu yang saya butuhkan informasi-informasi. Hal-hal atau informasi yang terkait seperti itu. Selain itu juga saya tergabung di panja konsorsium asuransi TKI. Karena memang banyak masalah-masalah dikeluhkan oleh para TKI kita yang berada di luar negeri mereka sudah bayar premi, tapi ketika mau mengklaim asuransinya mereka sulit mendapatkannya. Dan kami di komisi IX merasa perlu membuat panja ini. Untuk segera memberikan rekomendasi kepada pemerintah. Jadi hal-hal yang terkait dengan konsorsium TKI, itu juga menjadi informasi yang saya cari juga. Selain itu juga, Saya saat ini juga menjadi panja jamkesmas/Jaminan Kesehatan Masyarakat, nah kenapa ada panja jamkesmas ini. Karena asuransi sosial bagi rakyat Indonesia yang berupa jamkesmas tadi itu nanti tahun 2014 akan berubah bentuk menjadi BPJS (Badan Pemelihara jaminan sosial kesehatan). Nah, peralihan atau transformasi dari jamkesmas ke BPJS inilah, maka komisi IX membuat panja juga. Nah, hal itu yang menjadikan saya membutuhkan informasi terkait dengan panja-panja tadi.

4. P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya?

R : Menjawab: Saya merasa bersyukur dan saya merasa terkayakan dengan informasi itu. Karena menurut saya tanpa informasi yang baik, tanpa informasi yang banyak, tanpa informasi yang akurat sesuai dengan topik yang akan kita bahas. Maka, pembahasan atau ide yang kita keluarkan atau masukan yang kita keluarkan atau cara kita mengkritisi pemerintah itu tidak akan baik. Kalau memang informasi itu hanya sekedar permukaan saja tanpa saya memahami betul maksud di balik itu maka saya yakin apa yang saya utarakan, yaitu yang saya sampaikan kepada pemerintah. Pemerintah juga, mereka tidak akan mendapatkan pengawasan apa-apa. Jadi kalau misalnya staf ahli memberikan informasi biasanya nggak cuman langsung dikasih terus dibaca sendiri tapi, biasanya setelah itu kita melakukan diskusi.

Ya, saya tidak mau kerja, mendingan harus ada dulu, mendingan saya nggak usah datang ke kantor/mendingan nggak usah rapat. Saya nggak/tidak punya apa-apa di back mind saya ini, tidak ada peluru buat saya berbicara, peluru untuk melakukan penyerangan, atau tidak mempunyai informasi untuk mengkritisi pemerintah atau membahas suatu rancangan undang-undang karena saya merasa galau, nggak enak, nggak percaya diri. Mending nggak usah ikut. Kalau saya tidak mendapat informasi tepatnya saya tidak merasa percaya diri.


(3)

5. P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari informasi?

R : Menjawab: Karena kita inikan mitranya-kan itu-itu aja kemenkes, kemenakertrans, jamsostek, jadi ya nggak lama waktu untuk mempelajari informasi itu. Karena itu lagi, paling ya beda-beda tipis.

6. P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis?

R : Menjawab: Perpustakaan saya belum pernah selama di DPR ini. Bahkan sampai saat ini saya tidak tahu Perpustakaan disini Karena saya bener-bener link online staf ahli. Memang dimana perpustakaannya?

7. P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran

(Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan

informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa (tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar, diskusi, konferensi, studi banding.)?

R : Menjawab: Sebagai anggota dewan itu kan kita difasilitasi mempunyai 3 staf; 2 Tenaga ahli/TA dan 1 aspri/asisten pribadi atau sekretaris. Nah, jadi biasanya memang informasi itu saya dapatkan melalui staf ahli ini atau tenaga ahli ini, nah kadang-kadang juga saya mencarinya melalui internet, juga kadang-kadang saya mencari melalui literatur, tapi bisa dikatakan 70 persen informasi itu saya dapatkan dari internet. Kalau dari Koran itu juga termasuk; eh iya, biasanya baca kompas, media Indonesia, merdeka, tempo. Acara-acara TV juga menjadi informasi juga, di program-program ataupun berita-berita. Yah, program-program yang menjadikan di lembaga informasi di Metro itu ada Dinas kesehatan kerja sama antara Metro dan Departemen Kesehatan atau juga tentang ada yang metro kerja sama dengan JAMSOSTEK. Tentu program-program yang ada kaitannya dengan mitra kerja kita di komisi IX.

8. P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami

hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami? R : Menjawab: Hambatan kalau biaya nggak. Cuman hambatan itu-kan Anggota dewan kalau TA-nya itu cuman 2. Kalau di Amerika itu seorang anggota dewan itu TA-nya 7. Begitu, karena memang banyaknya yang harus dia baca, banyak yang harus dicari informasi. Sementara TA 2 ini 1 menangani dewan, 1 menangani tentang pekerjaan. Tentang pekerjaan ini banyak aspek yang dilihat, seperti yang tadi saya katakan tentang kerjasama lintas sektoralnya dan bagian dari TKI dan


(4)

kelayakannya. Jadi memang TA ini harus banyak membaca. Nah untuk 1 rapat biasanya kita ini dikasih agenda rapat itu sehari sebelumnya atau 2 hari sebelumnya artinya mereka mempersiapkan. Jadi kadang-kadang karena waktu sangat pendek atau kadang-kadang dari pemerintahnya sendiri memberikan bahan rapatnya baru sehari sebelumnya. Jadi besok rapat dikasihnya baru siang ini. Artinya kita musti ngebahas yang dia kasih, itukan musti dibahas di TA gitu-kan. TA dibahas baru kemudian dibicarakan dengan saya, didiskusikan dengan saya. Nah, Kadang-kadang datangnya siang, dia juga belum bikin, saya baru dapat e-mail-nya malam. Jadi pagi-pagi baru diskusi kadang-kadang tidak sempet diskusi dah langsung rapat gitu. Kadang-kadang bisa seperti itu. Jadi Kendalanya memang adalah bahan rapat yang diberikan oleh pemerintah itu kadang-kadang sangat dadakan dengan schedule [jadwal] rapat atau kadang-kadang juga schedule yang dibuat oleh sekretariat untuk rapat itu juga kadang dadakan itu juga jadi membuat informasi yang kami/saya dapatkan itu menemui hambatan. Tapi, sekali lagi itu tidak terlalu signifikan begitu. Karena tadi kita sudah mempunyai pengalaman kan dengan rapat-rapat terdahulu.

9. P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi?

R : Menjawab: Nggak pernah ya selalu ada saja. Karena ini tinggal TA saya menghubungi saya luar biasa gitu. Ga ada itu yang mentok, selalu ada saja yang bisa di bahas.

10. P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi menghambat mencari informasi?

R : Menjawab: Saya tahulah buka google. Maksudnya teknologi bukan, saya tidak gapteklah. Bahkan saya dulu kan Saya pake I-Pad, saya kan pernah ke luar negeri. I-Pad kan berat ya. Akhirnya tuch saya beli Samsung/galaxy note tuch. Karena saya pikir kalau ke luar negeri enak bawa galaxy note tuch lebih kecil. Jadi sekali lagi memang teknologi itu

memang sangat membantu daripada bawa hardcopy mending bawa


(5)

Responden/Informan : Ingrid Maria Palupi Kansil, S.Sos

Jabatan : Anggota DPR RI dan Anggota Badan Legislasi

Waktu Wawancara : 16.35 WIB

Hari/Tanggal : Senin, 30 Juni 2013

Tempat : Gedung Nusantarara 1 Lantai 09 Ruang 0917

Keterangan : R = Informan, P = Peneliti

1. P : Dapatkah anda ceritakan informasi apa yang sedang anda butuhkan? R : Menjawab: Saya biasanya membutuhkan segala macam informasi, baik

itu sosial budaya, ekonomi, sosial maupun perkembangan politik terkini dan isu-isu nasional lainnya.

2. P : Apa tujuan dari informasi tersebut?

R : Menjawab: Memperbarui informasi & digunakan sebagai database.

3. P : Selama pencarian informasi berlangsung, pertanyaan-pertanyaan apa

saja yang muncul dan ingin ditemukan?

R : Menjawab: Saya terbiasa menggunakan metode : kejadian apa, mengapa bisa terjadi, dimana kejadian tersebut terjadi, alasan-alasan terjadi kejadian, dan akibat yang ditimbulkan.

4. P : Apa yang anda rasakan ketika persoalan tersebut muncul dan apa yang anda rasakan setelah anda mendapatkan jawabannya? Gimana perasaan anda kalau tidak mendapatkan jawabannya?

R : Menjawab: Seperti kebanyakan orang, saya akan merasa gelisah dan merasa ada sesuatu yang salah. Dan ketika saya menemukan jawabannya saya akan merasa sedikit lega dan bersiap mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya.

5. P : Biasanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencari

informasi?


(6)

6. P : Apakah anda pernah ke Perpustakaan dan Pengkajian dan Analisis? R : Menjawab: Ya

7. P : Paling suka mencari informasi dengan menggunakan saluran

(Formal: perpustakaan, dan Pengkajian dan analisis (PAIS); dan

informal: rekan sejawat, tv, koran, radio, dll.) dan sumber informasi apa (tercetak: buku, koran, majalah, jurnal; dan tidak tercetak: seminar, diskusi, konferensi, studi banding.)?

R : Menjawab: Media elektronik. Media massa, & literatur (perpustakaan).

8. P : Dalam melakukan pencarian tersebut, apakah anda mengalami

hambatan, hambatan-hambatan apa yang anda temukan atau alami? R : Menjawab: Hambatan : ketidaksediaan waktu yang cukup untuk menggali lebih dalam mengenai hal yang sedang di cari.

9. P : Apa yang menghambat anda, sehingga berhenti mencari informasi?

R : Menjawab: Rutinitas/kesibukan sehari-hari dan jadwal pekerjaan.

10. P : Apakah ketidaktahuan akan sumber dan saluran informasi menghambat mencari informasi?

R : Menjawab: Tidak, dengan perkembangan teknologi semuanya menjadi mudah.