makanan, sehingga dapat diasumsikan dalam penelitian ini sikap negatif adalah sikap yang harus ditanamkan dalam diri masyarakat
terhadap penggunaan bahan toksik boraks. Dengan adanya sikap negatif pada diri seseorang akan membuat dirinya menjauhi atau
tidak menggunakan boraks yang dampaknya dapat merugikan orang lain. Sesuai dengan teori Notoatmodjo 2003 yang mengatakan
sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan
suatu perilaku.
Hal ini
menunjukkan semakin baik sikap seseorang maka akan semakin baik juga tindakannya. Tindakan yang diharapkan adalah tidak
menambahkan boraks pada makanan agar terhindar dari dampak negatif yang akan dihasilkan dari tindakan tersebut.
Menurut PERMENKES RI No. 33 Tahun 2012 boraks merupakan salah satu dari jenis bahan tambahan makanan yang
dilarang digunakan dalam produk makanan. Oleh karena itu, sikap yang dimiliki oleh sebagian besar responden dianggap baik karena
telah menghindari atau menjauhi penggunaan bahan toksik boraks pada makanan.
6.2.3 Praktik Pengelolaan Bakso Terhadap Penggunaan Bahan
Toksik Boraks
Tindakan atau praktik adalah respon atau reaksi konkret seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam
bentuk tindakan action yang melibatkan aspek psikomotor atau
seseorang telah mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapi Notoatmodjo, 1993.
Pengukuran praktik pengelolaan bakso
ini dilakukan dengan menggunakan pengukuran perilaku secara tidak langsung. Menurut
Notoatmodjo 2003, pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah dengan mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan kuesioner, sehingga hasil yang didapatkan dari
variabel praktik berasal dari pengakuan responden. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah terdapat 27
responden 79,6 yang melakukan praktik yang baik, sedangkan terdapat 7 responden 20,6 melakukan praktik yang tidak baik.
Hal ini berarti sebagian besar responden dalam melakukan praktik pengelolaan bakso tidak menggunakan boraks. Praktik yang mereka
lakukan merupakan kebiasaan yang mereka lakukan setiap harinya. Praktik dapat terjadi karena adanya sebuah sikap yang
didukung oleh adanya faktor lain, yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana Notoatmodjo, 2005. Sikap pada sebagian besar
responden pada penelitian ini menunjukkan 7 responden memiliki sikap positif terhadap penggunaan bahan toksik boraks, yaitu sikap
kecenderungan untuk mendekati, menyenangi dan menghadapkan objek tertentu. Hal ini sejalan dengan fakta yang ditemukan di
lapangan bahwa hanya 7 responden yang melakukan praktik
menggunakan boraks pada bakso. Hal ini terjadi dikarenakan adanya fasilitas yang mempermudah pengelola bakso untuk mendapatkan
boraks. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 7 responden yang menyatakan bahwa boraks dapat dengan mudah ditemukan di pasar
terdekat. Selain itu, harganya yang terjangkau juga merupakan salah satu faktor pendukung responden menggunakan boraks sebagai
bahan tambahan pada pengelolaan baksonya. Harga boraks menurut responden adalah berkisar antara Rp1000
– 5000 per bungkusnya. Murahnya harga boraks dapat semakin menarik para pengelola bakso
untuk menggunakan bahan bahaya tersebut dikarenakan harganya yang terjangkau. Karena hanya dengan bermodalkan uang sebesar itu,
mereka dapat mengawetkan makanan yang dijualnya serta dapat menarik pembeli.
6.2.4 Pencemaran Bahan Toksik Boraks pada Bakso