menggunakan boraks pada bakso. Hal ini terjadi dikarenakan adanya fasilitas yang mempermudah pengelola bakso untuk mendapatkan
boraks. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 7 responden yang menyatakan bahwa boraks dapat dengan mudah ditemukan di pasar
terdekat. Selain itu, harganya yang terjangkau juga merupakan salah satu faktor pendukung responden menggunakan boraks sebagai
bahan tambahan pada pengelolaan baksonya. Harga boraks menurut responden adalah berkisar antara Rp1000
– 5000 per bungkusnya. Murahnya harga boraks dapat semakin menarik para pengelola bakso
untuk menggunakan bahan bahaya tersebut dikarenakan harganya yang terjangkau. Karena hanya dengan bermodalkan uang sebesar itu,
mereka dapat mengawetkan makanan yang dijualnya serta dapat menarik pembeli.
6.2.4 Pencemaran Bahan Toksik Boraks pada Bakso
Hasil penelitian menemukan adanya 10 sampel bakso 29,4 yang mengandung boraks dan sebanyak 24 sampel bakso
70,6 tidak mengandung boraks. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 10 sampel bakso yang tercemar boraks. Boraks merupakan
zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks banyak digunakan masyarakat
sebagai bahan tambahan pada bakso, mie, lontong kerupuk, makaroni, dan ketupat.
Menurut Saparinto 2006, penggunaan bahan toksik boraks pada makanan dapat berdampak buruk pada kesehatan manusia.
Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya pada sistem metabolisme manusia sama halnya dengan zat tambahan makanan
lain yang merusak kesehatan manusia. Senyawa boraks dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan dan pencernaan atau absorbsi
melalui kulit yang luka atau membran mukosa. Saat sampai di
lambung, boraks akan diubah menjadi asam borat, sehingga gejala keracunannya pun sama dengan asam borat. Setelah diabsorbsi, akan
terjadi kenaikan konsentrasi dan ion boraks dalam cairan serebrospinal Hamdani, 2010. Efek yang dapat terjadi antara lain
degradasi mental, gangguan pencernaan, serta gangguan reproduksi. Selain itu, menurut Mujiyanto 2003, boraks juga merupakan
senyawa kimia yang mempunyai sifat karsinogen sehingga dapat menyebabkan timbulnya kanker yang dapat berujung pada kematian.
Dengan adanya efek – efek tersebut, boraks seharusnya tidak lagi
digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Penggunaan bahan toksik boraks sebagai bahan tambahan
pangan sebenarnya tidak diizinkan. Hal tersebut sudah tertera pada PERMENKES RI No. 33 Tahun 2012 yang menyatakan bahwa
boraks merupakan bahan tambahan pangan yang dilarang untuk digunakan dalam produk makanan. Namun, boraks masih ditemukan
di sejumlah wilayah sebagai bahan pengawet. Seperti yang
ditemukan oleh Rusli 2009 pada penelitiannya ditemukan kandungan boraks pada 4 dari 5 sampel mie yang ditemukan di Pasar
Ciputat. Menurut Sultan 2013, boraks yang diberikan pada makanan
terutama pada bakso akan membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama. Dengan begitu, pengelola bakso tidak perlu khawatir
baksonya akan kadaluarsa, dikarenakan adanya boraks tersebut yang dapat meningkatkan daya tahan bakso. Menurut Oktavia 2012,
bakso yang tidak habis terjual pengelola masih dapat menjualnya kembali untuk 3 hari berikutnya jika ditambahkan boraks pada saat
pembuatannya. Hal ini lah yang membuat masih maraknya penggunaan bahan toksik boraks sebagai bahan tambahan pangan.
6.3 Analisis Bivariat