2.9 Boraks pada Bakso
Pemakaian boraks untuk memperbaiki mutu bakso sebagai pengawet telah diteliti pada tahun 1993. Di DKI Jakarta ditemukan 26
bakso mengandung boraks, baik di pasar swalayan, pasar tradisional dan pedagang makanan jajanan. Pada pedagang bakso dorongan ditemukan 7
dari 13 pedagang menggunakan boraks dengan kandungan boraks antara 0,01
– 0,6. Berikut ini cara pembuatan boraks pada bakso:
1. Daging yang sudah digiling halus oleh mesin penggiling
dimasukkan ke dalam wadah. 2.
Setelah daging tersebut dicampurkan dengan sagu dan bumbu lainnya, pengolah mencampurkan bahan bakso
dengan boraks 3.
Setelah itu bakso dibentuk dan direbus kemudian dikeringkan dan siap untuk dihidangkan Eka, 2013
2.10 Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada
hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Menurut Robert Kwick 1974 dalam Notoatmodjo 2003
menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku manusia
merupakan hasil dari pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Respon ini dapat bersifat pasif berpikir, berpendapat, bersikap maupun aktif melakukan tindakan. Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan
dapat dirumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli
membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
knowledge, attitude, practice Sarwono, 2004.
2.10.1 Pengetahuan
Pengetahuan knowledge merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera
yang dimilikinya. Menurut Notoatmojo 2003, pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya, namun bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah akan mutlak berpengetahuan rendah,
sebab pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan formal
saja melainkan dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
overt behavior. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih melekat dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang
cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu:
1. Tahu Know Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain
menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi serta menyatakan. 2. Memahami Comprehention
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan di
mana dapat menginterprestasikan secara benar.
3. Aplikasi Application Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prisip dalam
konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis Analysis
Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi
masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis Syntesis Sintesis yaitu menunjukan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain
merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi Evaluation Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Nursalam 2003:
1. Faktor Internal a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-
cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan
dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan
seseorang makin
mudah menerima
informasi. Pendidikan seseorang dapat diperoleh secara formal, informal dan non formal. Pendidikan disebut
juga dengan pendidikan prasekolah dan berupa rangkaian jenjang yang telah baku. Misalnya SD, SMP,
SMA dan PT Perguruan Tinggi. Pendidikan non formal lebih difokuskan pada pemberian keahlian dan
skil yang berguna untuk terjun ke masyarakat. Sedangkan pendidikan informal merupakan pendidikan
yang berada disamping pendidikan formal dan non formal. Menurut UU RI No.2 Tahun 1989 ada tiga
jenjang dari pendidikan yaitu pendidikan dasar jika pendidikan ibu SD dan SMP, menengah jika SMA
dan tinggi jika pendidikan ibu PT Perguruan Tinggi.
b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Umur Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok
1998 semakin
cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. 2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di
sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
2.10.2 Sikap
Sikap attitude menurut Sarwono 2003 adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespons sesuatu
baik terhadap rangsangan positif maupun rangsangan negatif dari
suatu objek rangsangan. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas. Akan tetapi sikap merupakan faktor predisposisi bagi
seseorang untuk berperilaku.
Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak langsung
dilihat akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku tetutup.
Menurut Allport 1954 seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo
2005, sikap memiliki pokok, yakni :
a. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek b. Kepercayaan keyakinan, ide, konsep terhadap suatu konsep
c. Kecenderungan untuk bertindak tend to behave Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, antara lain :
a. Menerima b. Merespon
c. Menghargai d. Bertanggung jawab
Pengkategorian sikap terdiri dari: a.
Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, menghadapkan objek tertentu.
b.
Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu Zuriah, 2003.
2.10.3 Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan.
Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : a. Persepsi, merupakan mekanisme mengenal dan memilih
berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.
b. Respon terpimpin, yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme, yaitu dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adopsi, merupakan Suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu telah dimodifikasikan
tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut Notoatmodjo, 2007.
2.11 Pedagang
Pada penelitian ini, pengelola bakso yang dimaksud adalah pengelola yang membuat sekaligus menjajakan bakso, sehingga pengelola dapat
dikategorikan sebagai pedagang.
2.11.1 Definisi Pedagang
Menurut Damsar 1997 pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang dibedakan
menurut jalur distribusi yang dilakukan yaitu:
a. Pedagang distributor tunggal yaitu pedagang yang memegang hak distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.
b. Pedagang partai besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual
kepada pedagang lain. c. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk
langsung kepada konsumen.
2.12 Kerangka Teori
Modifikasi sumber: Winarno, 1994; Notoatmodjo, 2003; Nurmaini, 2001; Mulia, 2005; Sarwono, 2004
Menurut Mulia 2005 foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar.
Pencemaran makanan dapat disebabkan oleh sanitasi makanan yang buruk. Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni; faktor fisik,
faktor kimia dan faktor biologi. Diantara 3 faktor tersebut, boraks masuk ke kategori kimia. Boraks merupakan suatu jenis senyawa kimia yang bersifat
toksik sering digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan Winarno
Gambar 2.1 Kerangka Teori
1994. Adanya bahan toksik dalam makanan mengindikasikan bahwa makanan tersebut telah tercemar. Menurut Nurmaini 2001, penggunaan
bahan toksik boraks pada makanan merupakan pencemaran bahan toksik yang terjadi dengan cara sengaja atau terjadi karena bahan pencemar secara
sengaja diberikan kepada makanan sebagai bahan tambahan. Perilaku menurut Notoatmodjo 2003 merupakan hasil dari pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan pemaparan tersebut maka
terbentuklah kerangka teori seperti demikian.
BAB III 3
KERANGKA KONSEP 3.1
Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Berdasarkan bagan pada kerangka teori dapat terlihat bahwa foodborne
disease disebabkan oleh adanya makanan tercemar dan makanan tersebut dapat tercemar dikarenakan sanitasi yang buruk yang dapat disebabkan oleh
faktor fisik, kimia, dan biologi. Pada penelitian ini, faktor yang akan diteliti adalah faktor kimia sesuai dengan tujuan dari penelitian ini adalah ingin
menganalisis pencemaran boraks pada makanan, dimana boraks merupakan salah satu jenis senyawa kimia yang biasa ditambahkan pada makanan.
Makanan yang dimaksud pada penelitian adalah bakso. Penggunaan bahan toksik boraks pada bakso di penelitian ini dilihat dari dari keberadaan
cemaran boraks pada bakso melalui uji laboratorium. Cemaran toksik
boraks pada bakso Pengetahuan pengelola
terkait bahaya boraks Sikap pengelola terhadap
penggunaan bahan toksik boraks pada bakso
Praktik pengelola terhadap penggunaan
bahan toksik boraks dalam pengolahan bakso