Peran Guru Agama Hakekat Guru Agama 1. Pengertian Guru Agama

a. Guru Sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaannya. Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai murid. Dalam hal ini sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh guru secara terus menerus adalah suasanan keagamaan, keja sama, rasa persatuan, perasaan puas murid terhadap pekerjaan dan kelasnya. Dengan terjadinya pengelolaan yang baik, maka guru akan lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama Islam khususnya. 29 Peran guru dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Tugas guru dalam layanan bimbingan di kelas: Peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses belajar mengajar, sebagaimana berikut: a Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. b Mengusahakan agar siswa dapat memahami dirinya, kecakapan- kecakapan, sikap, minat dan pembawaan. c Mengembangkan sikap-sikap dasar baga tingkah laku sosial yang baik. d Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh hasil yang lebih baik. e Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat. 30 Di samping tugas-tugas tersebut, dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajarannya yaitu melaksanakan kegiatan diagnostis kesulitan-kesulitan belajar dan dapat memberikan 29 Zakia Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:Bumi Aksara, 1995, h. 266-268 30 Soetjipto Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta,2007, Cet. III, h.107 bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi. 2. Tugas guru dalam operasional bimbingan di luar kelas. Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain: a Memberikan pengajaran perbaikan b Membeerikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa c Melakukan kunjungan rumah d Menyelenggarakan kelompok belajar. 31 Jadi guru sebagai pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konsoling terhadap sejumlah peserta didik, serta dapat memberikan motivasi dalam hal belajar, menjalankan ibadah dan prilaku baik, dan memberikan contoh atau keteladanan kepada peserta didik dengan sumber keteladanan yaitu guru. b. Guru Sebagai Pengajar Menurut Raflis Kosasi sebagaimana yang dikutif oleh Nasyiruddin bahwa, mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa dapat belajar, yaitu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan adanya perubahan tingkah laku pada diri anak. Selain itu Nasyiruddin juga mengutarakan pendapat Nasution bahwa mengajar merupakan usaha untuk mengatur dan mengorganisir lingkungan sehingga dapat tercipta suatu situasi dan kondisi yang baik bagi siswa dalam belajar. Dengan demikian anak dapat belajar secara aktif dan guru berperan sebagai pembimbing dan pengorganisir terhadap kondisi belajar anak. Pembelajaran ini disebut dengan Pupil Centered dan peran guru disebut Manajer of Learning. 32 31 Soetjipto Raflis Kosasi, Profesi Keguruan ,……h. 110 32 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002, Cet. 1 h. 19-21 Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah kelas. Ia menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikannya. Selain dari itu Ia juga berusaha agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dll melalui pengajaran yang diberikannya. Guru juga merupakan personal sekolah yang memiliki kesempatan untuk bertatap muka lebih banyak dengan siswa dibandingkan dengan personil lainnya sehingga guru dapat leluasa dalam melaksanakan perannya. Mengingat lingkup pekerjaan guru, seperti yang dilukiskan diatas, maka tugas guru itu meliputi; pertama tugas pengajaran atau sebagai pengajar, kedua tugas bimbingan dan penyuluhan termasuk juga didalamnya guru sebagai motivator, dan ketiga tugas administrasi atau guru sebagai ”pemimpin” manajer kelas. 33 Jadi dapat disimpulkan bahwa, mengajar adalah usaha bagaimana mengatur lingkungan dan adanya interaksi subjek anak dengan lingkungannya sehingga terciptalah kondisi belajar yang baik. Ketiga tugas tersebut dilaksanakan secara seimbang dan serasi. Tidak boleh ada satupun yang terabaikan, karena semuanya fungsional dan saling berkaitan dalam menuju keberhasilan pendidikan sebagai suatu kepaduan yang tidak terpisahan. c. Guru Sebagai Pengelola Kelas Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan yang baik dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, dan kepuasan dalam mencapai tujuan. 34 33 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam …, h. 265 34 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional …, h.10 Tujuan pengelolaan kelas ini adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik. sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat- alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, Serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan. 35 Sebagai pengelola kelas guru bertanggungjawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar di dalam kelasnya. Jadi pengolahan kelas yang baik adalah mengadakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga mampu mambimbing kegiatannya sendiri dan tidak lupa pula menciptakn lingkungan belajar yang baik serta dapat menggunakan fasilitas yang ada secara optimal begitu pula dengan memeliharanya. d. Guru Sebagai Evaluator Dalam UUSPN 202003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pada Bab XVIEvaluasi pada Pasal 57 ayat 1 dan 2 yaitu: 1 Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan; 2 Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. 36 Di dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yaitu guru dapat mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan. Penguasaan siswa terhadap pelayanan serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar, guru mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang 35 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional …, h.10 36 Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003…, h. 31 baik dan memuaskan, atau sebaliknya. Guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik feedback terhadap proses belajar mengajar. 37 Guru hendaknya mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. Dan materi yang sudah disampaikan itu tepat sehingga mendapatkan hasil yang optimal pula. Adapun tujuan dan fungsi evaluasi hasil pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam empat katagori: 1. Untuk memberikan umpan balik feedback kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar. 2. Untuk menentukan angka kemajuanhasil belajar masing-masing murid yang menjadi bahan pertimbnagan untuk menentukan kenaikan kelas dan penentuan lulus atau tidaknya murid. 3. Untuk menempatakan murid dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki murid. 4. Untuk mengenal latar belakang psikologi, fisik, dan lingkungan murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan- kesulitan tersebut. 38 Pelaksanaan fungsi pertama dan kedua lebih ditekankan kepada guru sebagai pengajar, sedangkan pelaksanaan fungsi ketiga dan keempat lebih merupakan tanggung jawab bimbingan dan penyuluhan. Sehubungan dengan keempat fungsi yang dikemukan di atas, evalusi hasil belajar dapat digolongkan atas empat jenis pula: 37 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 11-12 38 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta, PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000, Cet. 1, h. 75-76 1. Evaluasi Formatif Evaluasi formatif adalah evalusi yang dilaksanakan untuk keperluan memberi umpan balik feedback kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan melaksanakan pelayanan khusus bagi siswa. Hal ini lebih ditujukan untuk keperluan menyempurnakan proses belajar- mengajar yang dalam prosedur pelaksanaannya cenderung dibatasi pada penilaian terhadap aspek pengetahuan cognitive danatau ketrampilan psychomotor yang dapat diadakan beberapa kali dalam setiap semester dengan menggunakan pendekatan criterien referenced yaitu memberikan informasi tentang apakah seorang siswa telah menguasai tujuan instruksional yang diinginkan atau belum, bukan untuk membedakan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Karenanya, pendekatan ini cocok untuk keperluan: a Menilai efektifitas suatu program pengajaran yang diberikan. b Menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan di dalam suatu program tertentu yang merupakan persyaratan untuk dapat mengikuti program selanjutnya. 2. Evaluasi Sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan memberikan angka kemajuan belajar siswa yang sekaligus dapat digunakan untuk memberikan laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas, dan sebagainya yang lebih ditujukan untuk keperluan memberikan angka. Dalam prosedur pelaksanaannya tidak terbatas hanya pada penialaian terhadap aspek pengetahuan cognitive danatau ketrampilan psychomotor saja, tetapi juga ranah nilaisikaprasa yang diadakan diakhir dalam setiap semester, dengan menggunakan pendekatan norma referenced yaitu menggambarkan kemampuan seorang murid dibandingkan dengan teman- temannya yang lain dalam kelas yang sama norma kelompok. Dengan pendekatan ini, test disusun untuk dapat membedakan siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam hal penguasaan mereka terhadap materibahan pelajaran. Karenanya, pendekatan ini lebih tepat diterapkan untuk keperluan pemberian angka, kenaikan kelas, ataupun seleksi. 3. Evaluasi Penempatan Evaluasi penempatan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan menempatkan siswa pada situasi belajar- mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. 4. Evaluasi Diagnostik Adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengenal latar belakang psikologi, fisik, dan lingkungan murid yang mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah 39 Adapun dalam penjelasan Slameto, guru memiliki peran atau tugas yang meliputi diantaranya: 1. Sebagai perencana pengajaran, guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar yang efektif. Untuk itu, guru harus menguasai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya. 39 Abdul Rachman Shaleh , Pendidikan Agama dan Keagamaan…, h. 76-77 2. Sebagai pengelola pengajaran, guru harus mampu mengelola situasi dan kondisi kegiatan belajar-mengajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. 3. Sebagai motivator, guru harus mampu menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. 4. Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, guru diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok sehingga guru dapat membantu permasalahan siswa dengan memberikan bimbingan yang tepat. 40 Menurut Mohammad Surya dalam kutipan Tohirin bahwa guru memiliki peranan yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai aspek, tidak hanya terbatas pada peranannya di sekolah. Adapun peranan guru tersebut antara lain: 1. Dari aspek lingkungan a Di sekolah, guru berperan sebagai pendidik, pengajar, perancang dan pengelola pengajaran serta hasil pembelajaran siswa. b Di keluarga, guru berperan sebagai family educator. c Di masyarakat, guru berperan sebagai social developer Pembina masyarakat, social motivator pendorong masyarakat, social innovator penemu masyarakat dan sebagai social agent agen masyarakat. 2. Dari segi dirinya pribadi self oriented, guru memiliki peranan sebagai seorang pengabdi masyarakat, pelajar yang senantiasa belajar dari pengalaman-pengalamannya guna pengembangan keilmuannya, suri tauladan dan pengganti orang tua yang memberikan rasa aman bagi anak didiknya. 40 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: RINEKA CIPTA, 1995, Cet III, h. 98-100. 3. Dari segi aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, guru memiliki peranan sebagai pengambil inisiatif, seorang ahli dalam bidangnya, wakil masyarakat di sekolah, penegak disiplin, administrator, pemimpin generasi muda dan penerjemah kepada masyarakat. 4. Dari segi psikologis, peran guru meliputi sebagai pakar psikologi belajar, komunikator yang baik, inovator, memiliki kreatifitas yang tinggi dan petugas kesehatan mental guna memahami kondisi kejiwaan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan bimbingan. 41 Menurut Muhaimin, tugas guru PAI adalah berusaha secara sadar untuk membimbing, mengajar dan atau melatih siswa agar dapat: 1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. 2. Menyalurkan bakat dan minatnya dalam mendalami bidang agama serta mengembangkannya secara optimal, sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain. 3. Memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahannya dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menangkal dan mencegah pengaruh negatif dari kepercayaan, paham, atau budaya lain yang membahayakan dan menghambat perkembangan keyakinan siswa. 5. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. 6. Menjadikan ajaran Islam sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 41 Tohirin, Psikologi Pembelajaran …, h. 165-167. 7. Mampu memahami, mengilmui pengetahuan agama Islam secara menyeluruh sesuai dengan daya serap siswa dan keterbatasan waktu yang tersedia. 42 Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya ”Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah ” menjelaskan bahwa guru agama berbeda dengan guru-guru bidang studi lainnya. Guru agama selain melaksanakan tugas pengajaran dalam menyampaikan ilmu-ilmu agama dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak didiknya, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, seperti membentuk kepribadian dan pembinaan akhlak anak didiknya. 43 Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa betapa guru agama mempunyai andilperan yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, baik itu di lembaga pendidikan formal maupun non formal terutama tugasnya sebagai pembimbing. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada peserta didik di depan kelas, tetapi juga merupakan tenaga profesional yang mempunyai kualifikasi akademik, selain memperhatikan aspek kognitif, juga aspek afektif dan psikomotorik pada anak didik agar timbul dan terbina secara utuh sebagai manusia berkepribadian utuh agar maksud mendidik untuk mengantarkan peserta didik menuju kedewasaan dapat tercapai. Serta untuk seoptimal mungkin mengarahkan peserta didik agar mereka memperoleh pengalaman dalam rangka meningkatkan kompetensi yang diinginkan melalui proses belajar tersebut. Ringkasnya guru agama dengan berbagai perannya tersebut dituntut untuk dapat menumbuhkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 42 Muhaimin, et al, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet. III, h. 83. 43 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV Ruhama, 1995, Cet. II, h. 99.

B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Mengenai pengertian pendidikan agama Islam ini, penulis mencoba memaparkan dari berbagai pendapat para tokoh pendidikan, diantaranya: Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup way of life. 44 Pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yan terpuji untuk menjadi manusia yang takwa kepada Allah SWT. 45 Menurut Muhaimin, Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidikan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way of life pandangan dan sikap hidup seseorang. 46 Abdul Madjid dan Dian Andayani mendefinisikan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 47 Menurut Sahilun A. Nasir mendefinisikan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam membimbing anak didik yang beragama Islam dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam pribadinya, dimana ajaran- 44 Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan..., h. 86. 45 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam...,h. 4 46 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006, Edisi I, h. 5. 47 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004, Cet I, h. 132. ajaran menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mentalnya. 48 Sedangkan menurut H.M Arifin, dalam ”Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum, adalah usaha pembinaan dan pengembangan pendidikan agama dimana dititik beratkan pada internalisasi nilai iman, Islam dan Ihsan dalam pribadi manusia muslim yang berilmu pengetahuan luas. 49 Jadi, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha dan upaya pendidikan jasmani dan rohani yang bernafaskan Islam guna menyiapkan peserta didik agar dapat merealisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupannya sehari-hari baik untuk dirinya sendiri atau pun kepada orang lain.

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai landasan dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

a. Dasar YuridisHukum. Dasar pelaksanaan pendidikan agama

berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis tersebut terdiri dari dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Dasar strukturalkonstitusional, yaitu UUD`45 dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1 Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa; 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. 48 Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama..., h. 11-12. 49 H.M Arifin, Kapita Selekta Pendidikan; Islam dan Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 4-5