Interpretasi Data HASIL PENELITIAN
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadi imam sebagai wahana pelatihan dan pembiasaan, namun jika guru agama berhalangan hadir atau ada
keperluan mendesak saja, maka digantikan oleh guru lain untuk mengawasi atau menjadi imam, dan dalam pelaksanaannya guru agama dibantu oleh guru-guru yang
lain, apalagi guru umum di SDIT Fathona Baturaja ini juga dianggap sebagai guru agama.
3
Sebagaimana salah satu diantara syarat menjadi guru agama itu bukan hanya orang yang berilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga harus beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT, sebab guru agama adalah figur rasulullah bagi umat Islam yang diteladani segala tingkah lakunya. Guru sebagai pembimbing adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik, menjalankan
ibadah dan berprilaku baik, dan memberikan contoh atau keteladanan kepada peserta didik dengan sumber keteladanan yaitu guru.
Peran guru agama sebagai pengajar yaitu untuk pengkajian agama Islam, mayoritas siswa menjawab selalu dengan persentase sebesar 88 guru agama
selalu menjelaskan materi-materi pendidikan agama Islam dengan jelas, 76 guru memberikan pertanyaan tentang pelajaran yang telah lalu, 74 guru memberikan
kesempatan bertanya kepada siswa, 38 siswa bertanya tentang materi pendidikan agama Islam dan 57 lainnya menjawab kadang-kadang dengan alasan karena
mereka telah mengerti dan paham dengan materi yang disampaikan, terbukti dengan persentase sebesar 74 siswa mengerti terhadap materi-materi pendidikan
agama Islam. Hal ini ditunjukan pula dari hasil wawancara bahwa guru agama dalam mengajar sangat memperhatikan kondisi siswa karena hal tersebut sangat
menunjang materi-materi yang akan disampaikan sehingga siswa merasa senang, nyaman, tertarik dan semangat untuk belajar dan dapat mengerti terhadap materi
yang telah dijelaskan oleh guru serta menjadikan siswa aktif dengan melibatkan
3
Syarif Hidayatull ah, Guru Pendidikan Agama…, Baturaja, 09 Desember 2010
mereka secara langsung dalam kegiatan tersebut dengan cara praktek dan dengan memberikan pancingan-pancingan melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Sedangkan dalam kegiatan belajar mengajar itu sendiri guru selain menggunakan kurikulum umum juga ditambah dengan kurikulum khusus seperti
tahfidz juz 30, tahsin dan baca tulis Al-Qur`an serta hafalan doa-doa dan hadits. jadi dalam implementasinya memadukan kedua kurikulum tersebut sehingga
adanya keseimbangan antara pelajaran umum dan agama.
4
Selain itu, hal ini pula menjadi indikasi bahwa pihak sekolah terutama kepala sekolah, memang telah menjalankan tugas dan perannya sebagai pemimpin. Hal ini
dapat dilihat dari bagaimana kepala sekolah betul-betul memperhatikan proses belajar mengajar di SDIT Fathona. Salah satu diantaranya adalah dengan
mengadakan micro teaching antar sesama guru, tiap-tiap guru memberikan kritik dan saran kepada satu sama lainnya tentang bagaimana menyampaikan materi yang
sesuai dengan keadaan anak didik baik dari karakteristik kelas maupun dari segi tingkatannya. Selain itu, dengan melihat kedisiplinan guru seperti kehadiran guru
dalam KBM dan mengevaluasi dengan melihat hasil ujian atau nilai rata-rata kelas siswa dan perkembangan tingkah laku mereka, serta dengan mengadakan sidak atau
supervisi yang dilakukan secara dadakan atau tanpa ada pemberitahuan sebelumnya kepada para guru untuk melihat ada tidaknya kesenjangan antara konsep saat micro
teaching antar sesama guru dengan realitanya saat mengajar di kelas, yang kemudian berdasarkan hasil penilaian tersebut bisa dilakukan pergantian posisi atau
peralihan guru yang disesuaikan dengan pemahaman karakteristik siswa.
5
Pada umumnya anak-anak pada umur sekolah dasar sedang dalam pertumbuhan kecerdasan cepat, khayal dan fantasinya sedang subur dan
kemampuan untuk berpikir logis sedang dalam pertumbuhan. Oleh karenya, yang harus diperhatikan juga oleh seorang guru adalah sifat khas pada anak seperti
4
Syarif Hidayatullah, Guru Pendidikan …, Baturaja, 09 Desember 2010
5
Erlinda, Kepala SDIT Fathona, Wawancara Pribadi, Baturaja: 09 Desember 2010
ketidaktahuan dan kurang pengalaman, untuk itu sekurang-kurangnya yang harus dipelihara oleh guru secara terus-menerus adalah suasana keagamaan, kerjasama,
rasa persatuan, dan perasaan puas pada murid terhadap pekerjaan dan kelasnya. Dengan terjaganya pola hubungan dan pengelolaan yang baik, maka guru akan
lebih mudah mempengaruhi murid di kelasnya dalam rangka pendidikan dan pengajaran agama Islam khususnya.
6
Peran guru agama sebagai pengelola kelas yaitu untuk mengelola kelas, mayoritas siswa menjawab selalu dengan persentase sebesar 69 guru mengawasi
pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam shalat berjamaah, 48 guru mengawasi pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam membaca al-Qur`an, dan
95 siswa senang belajar pendidikan agama Islam. Demikian pula dari hasil wawancara membuktikan bahwa guru agama ketika sebelum memulai pelajaran,
guru menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa semangat dalam belajar yang selanjutnya cukup membantu dalam memberikan
pemahaman materi kepada siswa, dan sesudah penyampaian materi guru memberikan pertanyaan kepada siswa, jika siswa tersebut bisa menjawab
pertanyaan dengan baik dan benar maka diberikan reward seperti pujian, tepuk tangan, penulisan bintang di bukunya atau pun nilai tambah. Dan bagi siswa yang
dinilai belum mengerti terhadap materi pendidikan agama Islam, maka dilakukan pendekatan secara intensif baik itu kepada siswanya maupun dengan orang tua
siswa dengan menggunakan buku penghubung atau pun di panggil ke sekolah, setelah itu baru diberikan pelajaran atau bimbingan khusus yang dilaksanakan
setelah jam pelajaran selesai bahkan sampai siswa tersebut dikarantinakan.
7
Pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang agamis dengan menanamkan akidah
keimanan, amaliah dan budi pekerti, untuk menjadi manusia yang bertakwa kepada
6
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1995, h. 265-268
7
Syarif Hidayatullah, Guru Pendidikan Agama..., Baturaja, 09 Desember 2010
Allah SWT. Untuk tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa perlu diperhatikan cara-cara penyajian
pembelajaran agama Islam pada siswa, serta strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengajaran pendidikan agama Islam lebih banyak ditekankan pada suatu
model pengajaran “seruan atau ajakan” yang bijaksana, sehingga anak didik menjadi senang terhadap pelajaran pendidikan agama islam.
Peran guru agama sebagai pengelola kelas yaitu untuk penggunaan dan pemeliharaan fasilitas, siswa menjawab selalu dengan persentase sebesar 31 guru
agama mengajar pendidikan agama Islam dengan menggunakan alat peraga, 41 siswa menjawab kadang-kadang, serta sebesar 28 siswa menjawab tidak pernah.
Hal ini membuktikan dari hasil wawancara bahwa untuk penggunaan fasilitas yang ada di SDIT Fathona Baturaja terutama fasilitas ibadah seperti mushallah bahkan
ruang lab dan kelas, Al-Qur`an serta kartu-kartu kecil yang berisikan doa sehari- hari dan hadits-hadits sudah dimanfaatkan secara maksimal. Dalam pemeliharaan
fasilitas tersebut sudah dilaksanakan dengan baik, yaitu kartu-kartu kecil yang berisikan doa sehari-hari dan hadits-hadits sudah dicetak menjadi buku dan ditata
rapih di lemari kaca, mushalah serta ruang kelas dan lab dijaga kerapihan dan kebersihannya. Namun untuk alat peraga dalam pembelajaran masih kurang.
Hal tersebut di atas dikarenakan memang masih minimnya fasilitas yang ada disekolah. Oleh karena itu, guru harus lebih kreatif untuk mengamati dan
memanfaatkan alam sekitar. Selain itu, siswa lebih tertarik jika mereka terlibat secara langsung dalam kegiatan tersebut dengan mempraktekkannya. Hal ini
ditunjukkan dengan kurangnya antusiasi siswa dalam mengikuti PBM saat disajikan film dan gambar-gambar sebagai alat peraga dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam.
8
Demikian juga selaras dengan apa yang diutarakan oleh kepala SDIT Fathona bahwa untuk fasilitas masih sangat terbatas dan boleh
dikatakan belum puas dengan fasilitas yang ada, hal ini karena selain umur sekolah
8
Syarif Hidayatullah, Guru Pendidikan Agama …, Baturaja: 09 Desember 2010
masih baru juga masih dalam tahap pembangunan dan pengembangan khususnya untuk di lokasi yang baru. Jadi untuk alat peraga bisa diatasi dengan kreatifitas guru
seperti dengan menggunakan atau memanfaatkan alam sekitar atau dengan praktek langsung.
9
Peran guru agama sebagai evaluator yaitu untuk mengevaluasi, siswa menjawab selalu dengan persentase sebesar 69 bahwa siswa belajar pendidikan
agama Islam di rumah, 57 siswa membaca buku-buku tentang pendidikan agama Islam. Demikian pula hasil wawancara membuktikan bahwa guru agama
melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pendidikan itu berdasarkan kerajinan dan kemampuan serta akhlak siswa yang juga ditunjukkan dengan kebiasaan guru
agama untuk selalu memberikan tugas-tugas latihan dan pertanyaan-pertanyaan secara lisan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya kepada siswa setiap
hendak pulang sekolah. Setelah berdoa bersama bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan tersebut dipersilahkan meninggalkan ruang kelas terlebih dulu dan bagi
yang belum bisa menjawab pertanyaannya harus menunggu sampai siswa tersebut bisa menjawab pertanyaan yang diajuan oleh guru.
10
Demikian juga yang diutarakan oleh Islaini, Salah seorang wali murid kelas IV SDIT Fathona Baturaja.
Perlu diingat bahwa anak-anak sampai umur 12 tahun, belum mampu berpikir abstrak, oleh karena itu agama harus diberikan dalam jangkauannya yaitu
sesuai dengan kehidupannya. Disinilah letak pembiasaan-pembiasaan dalam pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama pada khususnya, seperti
pembiasaan dalam melaksanakan ibadah, pembiasaan dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah dan lain sebagainya.
11
9
Erlinda, Kepala SDIT Fathona…, Baturaja: 09 Desember 2010
10
Syarif Hidayatullah, Guru Pendidikan Agama …, Baturaja: 09 Desember 2010
11
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2009, Cet. XVII, h. 69-70
Dari penjelasan di atas, secara garis besar peran guru agama dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SDIT Fathona Baturaja Kabupaten Ogan
Komering Ulu Sumatera Selatan dapat dikatan sudah baik dalam menajalankan berbagai tugas dan tanggungjawabnya sebagai pembimbing, pengajar, pengelola
kelas, dan sebagai evaluator. Namun masih ada sebagian hal dari peran tersebut belum optimal, dimana masih ada nilai hasil persentase tersebut masih rendah. Hal
ini harus diantisipasi dengan diadakan control serta evaluasi, baik secara langsung oleh kepala sekolah dan guru agama maupun melalui rapat secara berkala demi
peningkatan mutu kegiatan belajar mengajar pada umumnya maupun dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam pada khususnya.
Selain peningkatan kualitas teknis, keberadan sarana dan prasarana utama maupun sarana pendukung perlu diperbaiki. Misalnya kerapihan dan kebersihan
ruang kelas, fasilitas yang masih kurang perlu diadakan. Begitu pula keberadaan sarana penunjang seperti alat atau media pembelajaran yang masih minim sehingga
tidak mengandalkan alam dan daya kreatifitas guru saja.
73