unsur dari luar. Kedua, diserap secara langsung atau utuh tetapi belum sepenuhnya menjadi milik bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.
D. Kata-kata Istilah, Pengulangan reduplikasi, dan Imbuhan afiksasi
1. Kata Istiliah
Sebagaimana telah diterangkan sebelumnya, dalam penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda dibedakan menjadi dua, yaitu :
unsur serapan yang belum sepenuhnya diserap ke dalam kedua bahasa dan unsur serapan yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia dan bahasa Sunda. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.
15
Kata-kata istilah yang khususnya dari bahasa Arab tentang istilah keagamaan digolongkan pada unsur serapan jenis pertama, yaitu belum
sepenuhnya diserap ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Berikut beberapa contohnya:
Bahasa Arab Bahasa Indonesai Bahasa Sunda
al-marhûm
ﻮ ﺮﻤﻟا م
al-marhum al-marhum
Ustâdz
ذﺎﺘ أ
ustadz ustad
’A żân
ناذأ
adzan adan
15
Harimurti Kridalaksana, op.cit., h. 67
2. Pengulangan reduplikasi
Reduplikasi adalah proses morfologi yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian maupun dengan perubahan bunyi.
16
Contoh kata ulang seluruhnya adalah aba menjadi aba-aba. Contoh kata ulang sebagian
seperti berkata menjadi berkata-kata dan contoh kata ulang sebagian dengan perubahan bunyi seperti muda-mudi atau bolak-balik. Reduplikasi berfungsi
sebagai alat fonologis atau gramatikal dalam sebuah proses pengulangan satuan bahasa.
17
Dalam bahasa Sunda proses reduplikasi ini dinamakan rajekan.
18
Pada kedua bahasa, Indonesia dan Sunda, gejala reduplikasi hampir mirip, yakni,
reduplikasi dwipurwa, dwilingga dwimurni, dwilingga salin swara dwiréksa , dwiwasana, kombinasi binarung rarangkén dan trilingga.
Berikut adalah contoh reduplikasi ke dua bahasa: 1.
Dwipurwa pengulangan suku pertama pada kata Ind. :
tetangga, lelaki Sund. :
kokolot, pupuhu Ada perbedaan sedikit dalam pengulangan suku kata, pada bahasa
Indonesia terjadi pelemahan vokal, sedang pada bahasa Sunda tidak.
2. Dwilingga Dwimurni pengulangan kata
Ind. : rumah-rumah, makan-makan
Sund. : jalma-jalma, nini-nini
16
Abdul Chaer, Op. cit., h. 182
17
Ibid, h. 31
18
Sudaryat, Yayat, Tata Bahasa Sunda Kiwari, 2009, Bandung, Yrama Widya cet. Ke-2, h. 57
3. Dwilingga Salin Swara dwiréksa pengulangan kata dengan variasi
pada fonem Ind. :
mondar-mandir, corat-coret
Sund. : sura-seuri, curat-corét
4. Dwiwasana pengulangan bagian belakan dari kata
Indo. : pertama-tama, perlahan-lahan
Sund. : saalus-alus,
5. Kombinasi Binarung Rarangkén pengulangan yang berimbuhan
Ind. : men- cakar-cakar, turun- te-murun, tumbuh-tumbuh -an
Sund. : pa-huleng-huleng, kukuda-an, aprak-aprak-an
6. Trilingga pengulangan onomatope tiga kali dengan variasi fonem
Ind. : dag-dig-dug, dar-der-dor
Sund. : balg-blig-blug, dar-dér-dor
Namun reduplikasi tersebut tidak terdapat dalam bahasa Arab. Yang ada dalam bahasa Arab adalah kata-kata yang bermakna tunggal mufrad, bermakna
dua mutsana dan bermakna banyak Jama yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi proses afiksasi. Berikut ini beberapa contoh diantaranya :
Bentuk tunggal mufrad
بﺎﺘآ
kitâb artinya buku Bentuk bermakna dua mutsanna
نﺎ ﺎﺘآ
kitâbân artinya dua buku Bentuk bermakna banyak jama
ﺘآ
kutub artinya buku-buku Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa bentuk pengulangan dari
kata seperti ulama-ulama, sehat-sehat dan sarat-sarat bukan bentuk kata bahasa Arab. Pengulangan kata itu terjadi setelah kata dasar dari bahasa Arab diserap ke
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Setelah itu kata-kata serapan tersebut dianggap sebagai warga kata bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Dengan
demikian, kata-kata tersebut dapat diulang seperti kata-kata bahasa Indonesia asli. Dengan kata lain, dalam bahasa arab tidak ada pengulangan. Pengulangan pada
bahasa Indonesia dan bahasa Sunda lebih banyak digunakan untuk menyatakan bentuk jamak banyak dari suatu kata.
3. Imbuhan Afikasasi