Analisis Kata Serapan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab Pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (Tinjauan Makna Leksikal)

(1)

114 Lampiran I

Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

No Kata dalam BI

Arti dalam BI Kata dalam BA

Arti dalam BA Jumlah Kosakata 1. Abadi Kekal; tidak

berkesudahan (Depdiknas, 2007 : 1)

أ /’abadiyun/

ا /mā lā nihāyatu lahu/sesuatu yang tidak binasa (Ma‟luf, 2008 : 1)

1 koskata

2. Adab Kehalusan dan kebaikan budi pekerti

(Depdiknas, 2007 : 6)

ا

/ al-adabu/ /at-tahżību/

pendidikan dan pengajaran

(Ma‟luf, 2008 : 5)

4 kosakata

3. Adat Aturan; cara

yang sudah menjadi

kebiasaan (Depdiknas, 2007 : 7)

/’ādatun/

ا ً

/mā ya’tāduhu al- insānu ay ya’ūdu ilaihi mirārān mutakarriratan/ kebiasaan manusia yang sering dilakukannya (Ma‟luf, 2008: 536)

1 kosakata

4. Adil Sama berat; tidak memihak;

sepatutnya

/’ādilun/

ف أ /anṣafa/menengahi (Ma‟luf, 2008 :


(2)

115 (Depdiknas,

2007 : 8)

491)

5. Akhir Belakang, penghabisan (Depdiknas, 2007 : 20)

خ / akhirun/

ا ض /ḍiddu al-awwali/ lawan dari awal (Ma‟luf, 2008: 5)

2 kosakata

6. Akhlak Budi pekerti; kelakuan

(Depdiknas, 2007 : 20)

اخ /akhlāqun/

, , , ء

/al-mar‟awatu, al -„ādatu, as -sajiyyatu, aṭ -ṭaba‟u/sopan, kebiasaan, cerdas dan tabiat (Ma‟luf, 2008 : 494)

1 kosakata

7. Akibat Sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa;

persyaratan (Depdiknas, 2007 : 20)

/’āqibatun/

أ ء ش خ

/akharu kulli syain al-juz’i bi al -khairi/sesuatu yang terjadi dari sebelumnya baik (Ma‟luf, 2008 : 518)

2 kosakata

8. Alam Segala yang ada di langit dan di bumi

(Depdiknas, 2007 : 25)

/’ālamun/ /al-khalaqu

kulluhu/ ciptaan seluruhnya

(Ma‟luf, 2008 : 527)


(3)

116

9. Alat Benda yang

dipakai untuk mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2007 : 27)

/’alatun/

أ

/mā i’timalat bihi min ‘adatin/segala sesuatu yang dipakai sehari-hari (Ma‟luf, 2008 : 21)

2 kosakata

10. Allah Nama tuhan

dalam bahasa Arab, pencipta alam semesta

yang maha

sempurna, Tuhan yang Maha Esa yang disembah oleh orang yang beriman

(Depdiknas, 2007 : 32)

ه /allahu/

ج

, ج /ismun a - āti al -wājibi al-wujūdi, al-ma‟būdu

muṭlaqan/nama zat yang mempunyai sifat wujud, secara mutlak untuk disembah (Ma‟luf, 2008: 16)

1 kosakata

11. Aman Bebas dari

bahaya;

terlindung atau tersembunyi; tenteram; pasti (Depdiknas, 2007 : 35)

/amanun/ /a

-ṭama’nīnatu/tenang (Ma‟luf, 2008 : 18)

7 kosakata

12. Asas Dasar; hukum

dasar (Depdiknas, 2007 : 70)

أ

/’asāsun/ /aṣlu al-bina’i/asal dari bangunan (Ma‟luf, 2008 : 10)


(4)

117 13. Asasi Bersifat dasar

dan pokok

(Depdiknas, 2007 : 70)

/asāsiyun/

ء /aṣlu al-bina‟i/asal dari bangunan (Ma‟luf, 2008: 10)

6 kosakata

14. Bab Bagian dari buku (Depdiknas, 2007 : 82)

بابلا

/al-bābu/

خ /al- madkhalu/ tempat masuk

16 kosakata

15. Badan Tubuh, Batang tubuh manusia, Sekumpulan orang yang merupakan kesatuan untuk mengerjakan sesuatu (Depdiknas, 2007 : 84)

/badanun/

ا ج /jasadu

al-insāni/jasad manusia (Ma‟luf, 2008 : 29)

10 kosakata

16. Bahas Mempertemukan atau memasang papan dengan memakai baji; selidik atau periksa

(Depdiknas, 2007 : 88)

/baḥṡun/ /at taḥqīqu/ penyelidikan (Ma‟luf, 2008: 27)

3 kosakata

17. Batin Sesuatu yang terdapat dalam hati; sesuatu yang

tersembunyi;

/ bāṭinun/

خ /khafiiyyun/ yang tersembunyi (Ma‟luf, 2008: 42)


(5)

118 semangat dan hakikat;

penghulu adat (Depdiknas, 2007 : 113) 18. Berkat Karunia Tuhan;

do‟a restu dan pengaruh baik; makanan yang dibawa pulang setelah kenduri; mendatangkan kebaikan (Depdiknas, 2007 : 141)

/birkatun/ /as-sa’ādatu/ pertolongan (Ma‟luf, 2008: 35)

1 kosakata

19. Daerah Bagian

permukaan bumi; lingkungan pemerintah; tempat yang terkena peristiwa

yang sama

(Depdiknas, 2007 : 228)

ئ /dā’iratun/

ئ أ /mā a’ḥāṭa bi syai’in/segala yang melingkup sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 229)

50 kosakata

20. Daulat Berkat kebahagiaan; kekuasaan, pemerintahan (Depdiknas,

/daulatun/

ا ا ج /taṭluqu ijmalan ‘ala al-bilādi/ terikat secara keseluruhan atas


(6)

119

2007 : 240) suatu negara

(Ma‟luf, 2008 : 230)

21. Derajat Tingkatan; martabat; gelar yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada mahasiswa yang lulus ujian (Depdiknas, 2007 : 254)

ج /darajatun/

/aṭ-ṭabaqatu wa ar- ratbatu wa al- manzilatu/tingkat, urutan dan pangkat (Ma‟luf, 2008 : 210)

1 kosakata

22. Dewan Majelis atau badan yang terdiri dari beberapa orang anggota yang pekerjaannya memberi nasihat (Depdiknas, 2007 : 260)

/dīwānun/

ف

/mujtami’u aṣ -ṣuḥufi /kumpulan-kumpulan mushaf (Ma‟luf, 2008 : 230)

70 kosakata

23. Dunia Alam kehidupan; pembicaraan mengenai perkawinan, bumi dengan segala sesuatu yang terdapat diatasnya

/dunyā/

ض /al-ḥayātu al -ḥaḍiratu/kehidupan

yang nyata

(Ma‟luf, 2008 : 226)


(7)

120 (Depdiknas,

2007 : 276)

24. Fakir Orang yang

sangat

berkekurangan; orang yang terlalu miskin; orang yang sengaja

membuatnya menderita kekurangan (Depdiknas, 2007 : 312)

ف /faqīrun/

غ ض /ḍiddu

istaghnā/lawan dari mampu (Ma‟luf, 2008 : 590)

1 kosakata

25. Hadir Ada; datang

(Depdiknas, 2007 : 380)

ض /ḥāḍirun/

غ ض /ḍiddu ghāba/lawan dari ghaib (Ma‟luf, 2008 : 139)

5 kosakata

26. Hajat Maksud; keinginan; kehendak (Depdiknas, 2007 : 381)

ج /ḥājatun/

ف /aṭlubuha ḥajā/keperluan sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 160)

1 kosakata

27. Hak Milik;

kewenangan; derajat, benar (Depdiknas, 2007 : 381)

/ḥaqqun/

ض /ḍiddu al-bāṭili wa al ḥazzi/lawan batil dan beruntung (Ma‟luf, 2008 : 144)


(8)

121

28. Hakim Orang yang

mengadili

perkara; juri (Depdiknas, 2007 : 383)

/ḥākimun/

ض /al-qāḍī wa al -manfuzu al- ḥukmu/

orang yang

mengadili (Ma‟luf, 2008 : 146)

14 kosakata

29. Hal Keadaan atau

peristiwa;

perkara; urusan; tentang

(Depdiknas, 2007 : 383)

/ḥālun/

ئش /ṣifatun sya’in wa hay’atuhu wa kayfiyatu/sifat, bentuk dan cara sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 163)

9 kosakata

30. Hasil Sesuatu yang diadakan oleh usahaha;

pendapatan; akibat

kesudahan; pajak (Depdiknas, 2007 : 391)

/ḥāṣilun/

خ

/mā khalaṣa min al-fiḍḍati min ḥijāratu al-ma‟dani/sesuatu yang bersih dari logam perak dan dari batu logam (Ma‟luf, 2008: 138)

4 kosakata

31. Hikmah Kebijaksanaan; sakti ; makna (Depdiknas, 2007 : 401)

/ḥikmatun/

ف ا

/al-kalāmu al -‘awāfiqu al-ḥaqqu

wa

al-filsafatu/kalam yang sesuai dengan


(9)

122

kebenaran dan filsafat (Ma‟luf, 2008 : 146)

32. Hormat Menghargai; perbuatan yang menandakan rasa khidmat atau takzim

(Depdiknas, 2007 : 408)

/ḥurmatun/

ا

/mā lā yaḥillu intihākahu wa a

-immata wa al -muhābata/tidak melakukan pelanggaran,

perlindungan dan penghormatan (Ma‟luf, 2008 : 30)

9 kosakata

33. Hukum Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah, undang-undang (Depdiknas, 2007 : 410)

/ḥukmun/

ء /al-qada’u/ undang-undang (Ma‟luf, 2008 : 146)

19 kosakata

34. Ibadah Perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah yang didasari ketaatan mengerjakan

/’ibādatun/

خ /khada’a wa żalla wa ṭā’a lahu/ tunduk,

merendahkan diri dan taat kepada


(10)

123 perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Depdiknas, 2007 : 415)

Allah (Ma‟luf, 2008 : 483)

35. Ihwal Hal; perihal (Depdiknas, 2007 : 418)

/iḥwālun/

ئش /ṣifatun sya‟in wa hay‟atuhu wa kayfiyatu/sifat, bentuk dan cara sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 163)

1 kosakata

36. Ilmu Pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem

menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk

menerangkan gejala tertentu di bidang itu (Depdiknas, 2007 : 423)

/’ilmun/

ئ ف /udrāka asy-syai‟u biḥaqīqatihi wa al -ma‟rifati/sesuatu yang diketahui dengan

kebenarannya dan pengetahuan

(Ma‟luf, 2008: 725)

2 kosakata

37. Iman Kepercayaan, ketetapan hati, keteguhan batin (Depdiknas,

/īmānun/ /at-taṣdīqu muṭlaqan/

kepercayaan secara


(11)

124

2007 : 425) mutlak (Ma‟luf,

2008: 18) 38. Jasmani Tubuh; badan

(Depdiknas, 2007 : 461)

ج

/jasmānī/ /al-badanu/badan (Ma‟luf, 2008 : 96)

1 kosakata

39. Jawab Sahut; balas (Depdiknas, 2007 : 463)

ج /jawābun/

خ

/ar-raddu ‘alā su’alin wa khiṭābin wa

risālatin/menjawab soal, percakapan dan surat (Ma‟luf, 2008 : 108)

5 kosakata

40. Jenis Yang

mempunyai ciri khusus;

klasifikasi kata yang

bersangkutan dengan kelamin, mutu

(Depdiknas, 2007 : 469)

ج /jinsi/

ا ف

ف /mā hayyatu tuḥimmu anwā’an muta’addidun ka al-ḥayawāniyyatu fī al-insāni wa fī al -farsi/sesuatu zat yang banyak macamnya seperti hewan dalamnya terdapat manusia dan kuda (Ma‟luf, 2008 : 105)


(12)

125 41. Jumlah Banyaknya

tentang bilangan (Depdiknas, 2007 : 480)

ج /jumlatun/

/mā tarkabu min musnadin wa musnadin ilaihi/ sesuatu yang tersusun dari

musnad dan

musnad ilaih (Ma‟luf, 2008 : 102)

11 kosakata

42. Khianat Perbuatan tidak setia; tipu daya; perbuatan yang bertentangan dengn janji (Depdiknas, 2007 : 564)

خ /khiyānatun/

ف /u‟tuminu falam yanṣaḥ/menyampai kan kepada kita yang tidak benar (Ma‟luf, 2008: 201)

4 kosakata

43. Khusus Khas, istimewa, tidak umum (Depdiknas, 2007 : 565)

خ /khuṣūṣun/

ا /al-infirādu wa yuqābiluhu al -„umumi/ sendiri dan diterima secara umum (Ma‟luf, 2008: 181)

4 kosakata

44. Kuat Banyak

tenaganya; tahan; tidak mudah goyah; ketat;

mampu dan

/quwwatun/

ف ض ض /diḍḍu

ḍa‟ufa/lawan dari lemah (Ma‟luf, 2008: 664)


(13)

126 kuasa

(Depdiknas, 2007 : 604) 45. Lisan Lidah; kata-kata

yang diucapkan (Depdiknas, 2007 : 678)

/lisānun/

/alatu an-nuṭqi wa aż- żauqi wa al -bala’i/alat untuk bicara, perasa dan menelan (Ma‟luf, 2008 : 721)

1 kosakata

46. Mahkamah Badan tempat memutuskan hukum atas suatu perkara;

pengadilan (Depdiknas, 2007 : 696)

/maḥkamatun /

/majlisu al- ḥukmi/ majelis hukum (Ma‟luf, 2008 : 146)

18 kosakata

47. Majelis Dewan yang mengemban tugas tertentu mengenai

kenegaraan (Depdiknas, 2007 : 699)

/majlisun/

ء

/al-makānu al

-ma’īnu lil

qaḍa’i/tempat menentukan untuk memutuskan

(Ma‟luf, 2008 : 98)

24 kosakata

48. Makmur Banyak hasil; banyak

penduduk dan sejahtera; serba kecukupann (Depdiknas,

/ma’mūrun/

/sakīnatun wa aqāmun/ sejahtera dan maju (Ma‟luf, 2008 : 529)


(14)

127 2007 : 703)

49. Maksud Yang

dikehendaki, tujuan, niat; arti (Depdiknas, 2007 : 704)

/maqṣūdun/ /ayyu al-makānu alla i

iqṣidahu/suatu keadaan yang dikehendaki

(Ma‟luf, 2008: 832)

1 kosakata

50. Manfaat Guna; laba (Depdiknas, 2007 : 710)

/manfa’atun/

ئ ش /kullu sya’in yantafi’u

bihi/setiap sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain (Ma‟luf, 2008 : 827)

3 kosakata

51. Martabat Tingkat harkat kemanusiaan; harga diri (Depdiknas, 2007 : 717)

/martabatun/

/al-manzilatu wa al- maqāmu al ‘ālī/ pangkat dan tempat yang tinggi (Ma‟luf, 2008 : 247)

5 kosakata

52. Milik Kepunyaan; peruntungan; nasib baik (Depdiknas, 2007 : 744)

/milkun/

ا ف /mā yamlikuhu al-

insanu wa

yattaṣarifu

bihi/sesuatu yang


(15)

128

dimiliki manusia dan bisa hilang dari manusia (Ma‟luf, 2008 : 774)

53. Miskin Tidak berharta; berpenghasilan sangat rendah (Depdiknas, 2007 : 749)

/miskīnun/

ئش ا /al lażī lā syai’un

lahu yakfī

‘ibālahu/yang tidak mempunyai sesuatu apapun (Ma‟luf, 2008 : 342)

1 kosakata

54. Mungkin Tidak atau belum tentu; barangkali; boleh jadi; dapat terjadi

(Depdiknas, 2007 : 764)

/mumkinun/

ا /lā yastab‟adu ḥudūṡahu/tidak

jauh dari

kejadiannya

(Ma‟luf, 2008: 960)

1 kosakata

55. Musyawarat Pembahasan bersama dengan maksud

mencapai

keputusan atas penyelesaian masalah; perundingan; perembukan (Depdiknas, 2007 : 768)

/musyawarat un/

ج /dallahu „alā wajhi aṣ

-ṣawābi/menentukan atas pihak yang benar (Ma‟luf, 2008: 408)


(16)

129 56. Nasihat Nasihat; ajaran

atau pelajaran baik, ibarat yang terkandung dalam sebuah cerita

(Depdiknas, 2007 : 775)

/ naṣīḥatun/

اخإ /al-ikhlāṣu wa at- taṣfiyatu/petuah dan ikhlas (Ma‟luf, 2008 : 812)

1 kosakata

57. Pasal Bagian dari bab ; perkara ; pokok; sebab

(Depdiknas, 2007 : 832)

ف /fasala/

/qiṭ’ahu wa abānuhu/memutusk an dan bagiannya

72 kosakata

58. Pikir Akal budi;

ingatan; angan-angan; kata dalam hati; pendapat; kira (Depdiknas, 2007 : 872)

ف /fikrun/

/turaddadu al-khāṭiri bi at-ta‟ammuli wa at -tadabbaru bi ṭalabi al-ma‟anī/ buah pikiran dengan harapan dan memikirkan untuk menuntut sebuah maksud (Ma‟luf, 2008: 591)

3 kosakata

59. Rahmat Belas kasih; karunia

(Depdiknas, 2007 : 921)

/raḥmatun/

ش

/raqqun lahu wa syafaqun ‘alaihi/ kasihan kepadanya


(17)

130

dan menaruh kasihan kepadanya (Ma‟luf, 2008 : 253)

60. Rakyat Penduduk suatu negara; pasukan; anak buah atau bawahan

(Depdiknas, 2007 : 924)

/ra’yatun/

/’āmmatu an-nasi al lażīna ‘alaihim rā’un/kumpulan manusia yang didalamnya ada seorang pemimpin (Ma‟luf, 2008 : 268)

92 kosakata

61. Resmi Sah; ditetapkan oleh pemerintah atau instansi; formal

(Depdiknas, 2007 : 952)

/rasmiyyun/

/mā yantasabu ilā ad-daulati/lazim (Ma‟luf, 2008: 939)

1 kosakata

62. Rohani Berkaitan

dengan roh (Depdiknas, 2007 : 960)

/rūḥānī/

/mā bihi ḥayatu an-nafsi yazkuru wa yu’annasu/segala kehidupan yang bernafas baik dia laki-laki dan perempuan

(Ma‟luf, 2008 :


(18)

131

286)

63. Saat Waktu (yang

pendek sekali) (Depdiknas, 2007 : 973)

/sā’atun/

غ /taṣghīrun/waktu yang pendek (Ma‟luf, 2008 : 363)

1 kosakata

64. Sah Dilakukan

menurut hukum, tidak batal, berlaku, benar, nyata dan tentu (Depdiknas, 2007 : 977)

/ṣaḥḥun/

/ṡabata wa ṭābaqa al-wāqi‟i/sesuatu yang sesuai dengan kejadian (Ma‟luf, 2008: 416)

5 kosakata

65. Sebab Hal yang

menjadikan timbulnya

sesuatu; oleh karena; terjadi karena

(Depdiknas, 2007 : 1006)

/sababun/

غ /a - arī‟atu wa mā yatawaṣṣalu bihi ilā ghairihi/wasilah

dan alasan

membuat suatu hal sampai tujuan (Ma‟luf, 2008: 318)

1 kosakata

66. Sehat Baikseluruhbada nsertabagian-bagiannya

(bebasdari sakit); waras;

(Depdiknas, 2007 : 1011)

ّ

/ṣihhatun/

ا

ا /’adamu i’tilāli al

-jismi wa

salāmatihi/ tidak sakit badannya dan selamat badannya


(19)

132

(Ma‟luf, 2008 : 416)

67. Selamat dari bahaya, malapetaka, bencana;

tercapaimaksud; tidakgagal; doa (Depdiknas, 2007 : 1017)

ا /salāmatun/

أ

فا /al-bar’atu min al- ‘uyūbi wa al-afāti/ terbebas dari cacat dan kerusakan (Ma‟luf, 2008 : 347)

1 kosakata

68. Serikat Perkumpulan; persekutuan; perseroan (Depdiknas, 2007 : 1049)

ش /syirkatun/

ش /naṣībun syarīkun/ sekutu, sekumpulan (Ma‟luf, 2008 : 384)

2 kosakata

69. Sifat Rupa dan

keadaan yang tampak pada suatu benda; ciri khas yang ada pada sesuatu; dasar watak atau tabiat

(Depdiknas, 2007 : 1062)

/ṣifatun/

ض ض

/iḍtiṣṣahu wa arḍāhu bihi/ watak dan tabiat (Ma‟luf, 2008 : 903)

8 kosakata

70. Syarat Segala sesuatu yang perlu atau harus ada, segala sesuatu yang perlu untuk

ش /syarṭun/

ئ /ilzamu asy sya’i /mewajibkan

sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 382)


(20)

133 menyampaikan suatu maksud, janji (Depdiknas, 2007 : 1114) 71. Taqwa Terpeliharanya

diri untuk tetap taat

melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; kesalehan hidup; baju model China leher tertutup tinggi

(Depdiknas, 2007 : 1126)

/taqwa/

ه ف

/makhāfatu allahi wa al-‘amali bi ṭā’atihi/ takut kepada Allah dan taat kepada-Nya (Ma‟luf, 2008 : 915)

1 kosakata

72. Tertib Teratur, menurut aturan, rapi, sopan

(Depdiknas, 2007 : 1185)

/tartībun/

ف

/lam yataḥarrak wa intiṣafa/tenang dan rapi (Ma‟luf, 2008: 247)

2 kosakata

73. Umat Para penganut (pemeluk,

pengikut) suatu agama;

penganutnabi; makhlukmanusia (Depdiknas,

أ /’ummatun/

ج

/jamā’atun wa al -jailu min an-nāsi/ perhimpunan dan suku dari suatu bangsa (Ma‟luf, 2008 : 17)


(21)

134 2007 : 1243)

74. Umum Secara menyeluruh; untuk orang banyak; tersiar ke mana-mana atau diketahui orang banyak (Depdiknas, 2007 : 1244)

/’umumun/

ج /kullu mā ijtima’a wa kaṡṡara/ sesuatu yang dipakai untuk perkumpulam dam oramg banyak (Ma‟luf, 2008 : 528)

23 kosakata

75. Usul Asal; asalmula; dasar

(Depdiknas, 2007 : 1255)

/’uṣūlun/ /mā yuqābilu al -far’a/segala

sesuatu

membandingkan cabang (Ma‟luf, 2008 : 12)

17 kosakata

76. Wajib Harus dilakukan, tdak boleh tidak dilaksanakan, sudah

semestinya; harus (Depdiknas, 2007 : 1266)

ج /wājibun/

ا /al-lazim/lazim (Ma‟luf, 2008: 887)

17 kosakata

77. Wakil Orang yang

dikuasakan menggantikan orang lain (Depdiknas,

/wakīlun/

ف

/al lażī yaḥtāju fī al-‘udwi ilā aḍ -ḍarbi/orang yang


(22)

135

2007 : 1266) diutus (Ma‟luf,

2008 : 916) 78. Waktu Seluruh

rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau

berlangsung; lamanya (saat yang tertentu); kesempatan; tempo; peluang; ketika; saat; hari (Depdiknas, 2007 : 1267)

/waqtun/

/al-miqdāru min az-zamani/bagian dari zaman (Ma‟luf, 2008: 912)

2 kosakata

79. Wilayah Daerah; lingkungan daerah (Depdiknas, 2007 : 1273)

ا /wilāyatun/

ا إ

/al-bilādi allatī yatasalliṭu ‘alaihā al- wālī wa al -khiṭṭatu wa al-‘imaratu wa as -sulṭānu/daerah yang terdapat di dalamnya wali, pedoman kerja, kerajaan kecil atau sultan (Ma‟luf,


(23)

136

2008 : 919) 80. Wujud Rupa dan bentuk

yang dapat diraba

(Depdiknas, 2007 : 1275)

ج /wujūdun/

خ /khalqu al-‘adami/ diciptakan dari tiada (Ma‟luf, 2008 : 888)

2 kosakata

81. Zaman Jangka waktu yang panjang, kala (Depdiknas, 2007 : 1279)

/zamānun/

ا

/al-‘aṣru wa al-waqtu ṭawīlān kāna aw qaṣīrān/massa dan waktu yang panjang atau pendek (Ma‟luf, 2008 : 306)

1 kosakata

82. Masyarakat Penduduk suatu negara; pasukan; anak buah atau bawahan

(Depdiknas, 2007 : 721)

/musyārakatu

n/ /’āmmatu an-nasi al lażīna ‘alaihim rā’un/kumpulan manusia yang didalamnya ada seorang pemimpin (Ma‟luf, 2008 : 268)


(24)

137 Lampiran II

Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMBUKAAN

(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan


(25)

138

rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

UNDANG-UNDANG DASAR BAB I

BENTUK DAN KEDAULATAN Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. BAB II

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT Pasal 2

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat , dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima

tahun di Ibu Kota Negara.

(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang terbanyak.


(26)

139 Pasal 3

(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar.

(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden. (3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden

dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.

BAB III

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA Pasal 4

(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.

(2) Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Pasal 5

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya.

Pasal 6

(1) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta


(27)

140

mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

(2) Syarat-syarat untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden diatur lebih lanjut dengan undang-undang.

Pasal 6A

(1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.

(2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum.

(3) Pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden.

(4) Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden.

(5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang.


(28)

141 Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.

Pasal 7A

Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

Pasal 7B

(1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

(2) Pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum tersebut ataupun telah tidak lagi


(29)

142

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Pengajuan permintaan Dewan Perwakilan Rakyat kepada Mahkamah Konstitusi hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Mahkamah Konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya terhadap Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi.

(5) Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau wakil Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(6) Majelis Permusyawaratan Rakyat wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat tersebut paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut.


(30)

143

(7) Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Pasal 7C

Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 8

(1) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden sampai habis masa jabatannya.

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.

(3) Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya


(31)

144

tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilihPresiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya.

Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat sebagai berikut : Sumpah Presiden (Wakil Presiden) :

“Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa.”

Janji Presiden (Wakil Presiden) :

“Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik – baiknya dan seadil – adilnya, memegang teguhUndang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti, kepada Nusa dan Bangsa”.


(32)

145

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan Mahkamah Agung.

Pasal 10

Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 11

(1) Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.

(2) Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.

Pasal 12

Presiden menyatakan keadaan bahaya.Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahayaditetapkan dengan undang-undang.


(33)

146 Pasal 13 (1) Presiden mengangkat duta dan konsul.

(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

Pasal 14

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah agung.

(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.

.Pasal 15

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang.

Pasal l6

Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya diatur dalam undang-undang.


(34)

147 BAB V

KEMENTERIAN NEGARA Pasal 17

(1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

(4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang.

BAB VI

PEMERINTAH DAERAH Pasal 18

(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

(2) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(3) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

(4) Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.


(35)

148

(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintahan Pusat.

(6) Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

(7) Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 18A

(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota, atau provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Pasal 18B

(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.


(36)

149 BAB VII

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT Pasal 19

(1) Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui Pemilihan Umum. (2) Susunan Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang. (3) Dewan Perwakilan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

Pasal 20

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuanbersama.

(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang.

(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

Pasal 20A

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.


(37)

150

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Pasal 21

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.

Pasal 22

(1) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang.

(2) Peraturan pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.

(3) Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus dicabut.

Pasal 22A

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-undang.


(38)

151 Pasal 22B

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

BAB VIIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH Pasal 22C

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun. (4) Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan

undang-undang.

Pasal 22D

(1) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(2) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan,


(39)

152

pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan agama.

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

(4) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

BAB VIIB PEMILIHAN UMUM

Pasal 22E

(1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.

(2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.


(40)

153

dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

(4) Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah perseorangan.

(5) Pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan umum diatur dengan undang-undang.

BAB VIII HAL KEUANGAN

Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.


(41)

154 Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang. Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang.

BAB VIIIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN Pasal 23 E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

(2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.

(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.


(42)

155 Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur dengan undang-undang.

BAB IX

KEKUASAAN KEHAKIMAN Pasal 24

(1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

(2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.

(3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang.

Pasal 24A

(1) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangan di bawah undang terhadap undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.


(43)

156

(2) Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum.

(3) Calon Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

(4) Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung. (5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta

badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang. Pasal 24 B

(1) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

(2) Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. (3) Anggota Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-undang.

Pasal 24C

(1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga


(44)

157

negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

(2) Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwaklian Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar.

(3) Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.

(4) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakim konstitusi.

(5) Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan, serta tidak merangkap sebagai pejabat negara.

(6) Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara serta ketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undang-undang.

Pasal 25

Syarat-syarat untuk menjadi dan untuk diberhentikan sebagai hakim ditetapkan dengan undang-undang.


(45)

158 BAB IXA WILAYAH NEGARA

Pasal 25

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

BAB X

WARGA NEGARA DAN PENDUDUK Pasal 26

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

(3) Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan undang-undang. Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.


(46)

159 Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

BAB XA

HAK ASASI MANUSIA Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.

Pasal 28 B

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.

(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.

(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.


(47)

160 Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Pasal 28E

(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat.

Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.


(48)

161 Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar


(49)

162

hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.

(2) Setiap orang bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

(5) Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghorsemata-matan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.


(50)

163 BAB XI A G A M A

Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

BAB XII

PERTAHANAN NEGARA DAN KEAMANAN NEGARA Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.


(51)

164

(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, hubungan dan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

BAB XIII

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.


(52)

165 Pasal 32

(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.

BAB XIV

PEREKONOMIAN NASIONAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.


(53)

166 Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

BAB XV

BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih. Pasal 36

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia. Pasal 36A

Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Pasal 36B Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya.

Pasal 36C


(54)

167 Lagu Kebangsaan diatur dengan undang-undang.

BAB XVI

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR Pasal 37

(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.

(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.

(5) Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan.

ATURAN PERALIHAN Pasal I

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.


(55)

168 Pasal II

Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Dasar dan belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.

Pasal III

Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung.

ATURAN TAMBAHAN Pasal I

Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003.

Pasal II

Dengan ditetapkannya perubahan Undang Dasar ini, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.


(56)

111

DAFTAR PUSTAKA

Al-ghulayayni, Syekh Mustafa. 2013. Jami’u al Durus al-‘Arabiah. Beirut: Almaktabatu al-„Asriyyatu

Aminuddin. 2001. Semantik : Pengantar Studi Tentang Makna. Malang : Sinar Baru Alglesindo

Artmanda, Frista. Tt. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Jombang : Lintas Media Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa.Surabaya : Airlangga University Press

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta

. 2006. Leksikologi& Leksikografi Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2 : Pemahaman Ilmu Makna. Bandung : Refika

Fauziah. 2008. Perubahan Makna Kata Pinjaman Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia. Medan: Bartong Jaya

Hidayatullah, Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang :


(57)

112

Husaini, Muhammad Abdul Fatah. 2007. Al mushahibatu lughawiyah wa atsaruha fi tahdidi ad dilalah fi al qur’ani al karim. Kairo : Jami‟ah Al

azhar

Keraf, Gorys. 1987. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia

Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka

Umum

Ma‟luf, Louwis. 2008. Al Munjid Fi al Lughah Wa al A’lam.Beirut : Dar al Masyriqi

Ma‟ruf, Imam. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Semarang : Need‟s Press

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jakarta : Sekretariat

Jenderal MPR RI

Munawwir, A.W & M. Fairuz.2007.Kamus Munawwir Indonesia-Arab Terlengkap.Yogyakarta : Pustaka Progressif

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta Parera, J.D. 1991.Teori Semantik. Jakarta : Erlangga

Ritonga, Budiansyah. 2014. Analisis Kata Serapan Bahasa Arab Ke Dalam

Bahasa Indonesia Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

RI (Skripsi). Medan. USU

Sumarsono. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


(58)

113

Umar, A.M. 1998. `Ilm Ad- dilalah. Mesir: „ulumul kitab

Ullman, Stephen. 1992. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wijana, I Dewa Putu & Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik :Teori dan

Analisis. Surakarta : Yuma Pustaka

Yunus, Mahmud. 2007. Kamus Arab-Indonesia.Jakarta : PT Mahmud Yunus Zuhriah. 2004. Penyimpangan-Penyimpangan Unsur Serapan Bahasa Arab

Dalam Bahasa Indonesia. Volume 2, No. 2,www.unhas.ac.id/sastra

arab/Jurnal/2004_Nov/Indo_Zuhriah.pdf, 11 januari 2015

1stfauzi.blogspot.com/2012/11/kata-serapan.html


(59)

18

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Jumlah Kosakata Serapan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab Pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Berdasarkan data yang peneliti peroleh dari naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, peneliti menemukan sebanyak 82 kosakata dan secara keseluruhannya terdapat 878 kosakata yang diserap dari bahasa Arab.

No Kata dalam BI

Kata dalam BA

Jumlah Kosakata Dalam UUD RI

1945

1. Abadi أ

/’abadiyun/

1 koskata

2. Adab ا

/ al-adabu/

4 kosakata

3. Adat

/’ādatun/

1 kosakata

4. Adil

/’ādilun/

29 kosakata

5. Akhir خ

/ akhirun/

2 kosakata

6. Akhlak اخ

/akhlāqun/

1 kosakata

7. Akibat

/’āqibatun/

2 kosakata

8. Alam

/’ālamun/


(60)

19

9. Alat

/’alatun/

2 kosakata

10. Allah ه

/allahu/

1 kosakata

11. Aman

/amanun/

7 kosakata

12. Asas أ

/’asāsun/

2 kosakata

13. Asasi

/asāsiyun/

6 kosakata

14. Bab

بابلا

/al-bābu/

16 kosakata

15. Badan

/badanun/

10 kosakata

16. Bahas

/baḥṡun/

3 kosakata

17. Batin

/ bāṭinun/

1 kosakata

18. Berkat

/birkatun/

1 kosakata

19. Daerah ئ

/dā’iratun/

50 kosakata

20. Daulat

/daulatun/

4 kosakata

21. Derajat ج

/darajatun/

1 kosakata

22. Dewan

/dīwānun/

70 kosakata

23. Dunia

/dunyā/


(61)

20

24. Fakir ف

/faqīrun/

1 kosakata

25. Hadir ض

/ḥāḍirun/

5 kosakata

26. Hajat ج

/ḥājatun/

1 kosakata

27. Hak

/ḥaqqun/

69 kosakata

28. Hakim

/ḥākimun/

14 kosakata

29. Hal

/ḥālun/

9 kosakata

30. Hasil

/ḥāṣilun/

4 kosakata

31. Hikmah

/ḥikmatun/

1 kosakata

32. Hormat

/ḥurmatun/

9 kosakata

33. Hukum

/ḥukmun/

19 kosakata

34. Ibadah

/’ibādatun/

2 kosakata

35. Ihwal

/iḥwālun/

1 kosakata

36. Ilmu

/’ilmun/

2 kosakata

37. Iman

/īmānun/

1 kosakata

38. Jasmani ج

/jasmānī/


(62)

21

39. Jawab ج

/jawābun/

5 kosakata

40. Jenis ج

/jinsi/

1 kosakata

41. Jumlah ج

/jumlatun/

11 kosakata

42. Khianat خ

/khiyānatun/

4 kosakata

43. Khusus خ

/khuṣūṣun/

4 kosakata

44. Kuat

/quwwatun/

2 kosakata

45. Lisan

/lisānun/

1 kosakata

46. Mahkamah

/maḥkamatun/

18 kosakata

47. Majelis

/majlisun/

24 kosakata

48. Makmur

/ma’mūrun/

2 kosakata

49. Maksud

/maqṣūdun/

1 kosakata

50. Manfaat

/manfa’atun/

3 kosakata

51. Martabat

/martabatun/

5 kosakata

52. Milik

/milkun/

10 kosakata

53. Miskin

/miskīnun/


(63)

22

54. Mungkin

/mumkinun/

1 kosakata

55. Musyawarat

/musyawaratun/

24 kosakata

56. Nasihat

/ naṣīḥatun/

1 kosakata

57. Pasal ف

/fasala/

72 kosakata

58. Pikir ف

/fikrun/

3 kosakata

59. Rahmat

/raḥmatun/

1 kosakata

60. Rakyat

/ra’yatun/

92 kosakata

61. Resmi

/rasmiyyun/

1 kosakata

62. Rohani

/rūḥānī/

1 kosakata

63. Saat

/sā’atun/

1 kosakata

64. Sah

/ṣaḥḥun/

5 kosakata

65. Sebab

/sababun/

1 kosakata

66. Sehat ّ

/ṣihhatun/

3 kosakata

67. Selamat ا

/salāmatun/

1 kosakata

68. Serikat ش

/syirkatun/


(64)

23

69. Sifat

/ṣifatun/

8 kosakata

70. Syarat ش

/syarṭun/

16 kosakata

71. Taqwa

/taqwa/

1 kosakata

72. Tertib

/tartībun/

2 kosakata

73. Umat أ

/’ummatun/

2 kosakata

74. Umum

/’umumun/

23 kosakata

75. Usul

/’uṣūlun/

17 kosakata

76. Wajib ج

/wājibun/

17 kosakata

77. Wakil

/wakīlun/

114 kosakata

78. Waktu

/waqtun/

2 kosakata

79. Wilayah ا

/wilāyatun/

2 kosakata

80. Wujud ج

/wujūdun/

2 kosakata

81. Zaman

/zamānun/

1 kosakata

82. Masyarakat

/musyārakatun/

9 kosakata

Tabel 4 Kosakata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab pada Naskah UUD RI 1945


(65)

24

3.2 Jenis-Jenis Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab Pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

Berdasarkan data yang diperoleh dari naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, maka peneliti menemukan 82 kata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Untuk melihat bagaimana makna yang terjadi terhadap kosakata serapan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dalam naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, peneliti menguraikannya sebagai berikut :

3.2.1 Kata Serapan yang Mengalami Perubahan Makna Meluas

(عساو ىنع /ma’na mawāsi’un)

Makna meluas yang dimaksudkan peneeliti adalah berdasarkan makna yang lebih luas di dalam bahasa Indonesia dibandingkan bahasa Arab. Makna tersebut dapat dibandingkan untuk bahasa Indonesia dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas : 2007) dan bahasa Arab dari Kamus Al Munjid Fi al Lughah Wa al A’lam (Ma‟luf, : 2008), peneliti juga menggunakan kamus Arab-Indonesia (Yunus : 2007) untuk menerjemahkan teks bahasa Arab.

Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa kata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab yang mengalami perubahan makna meluas ( /عساوم ىنعمma’na mawāsi’un) pada naskah UUD RI 1945 sebanyak 47 kosakata dan terjadi pengulangan sehingga menjadi 588 kosakata, yaitu :


(66)

25 1. Adat

Dalam UUD RI 1945 terdapat pasal 18B ayat 2 yang berbunyi : “Negara

mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup ...dst”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata adat yang berasal dari bahasa Arab yaitu /’ādatun/.

Kata dalam BI

Arti dalamBI Kata dalam BA

Arti dalamBA

Adat Aturan; cara yang sudah menjadi kebiasaan (Depdiknas, 2007 : 7)

/’ādatun/

ا ً /mā ya’tāduhu al- insānu ay ya’ūdu ilaihi mirārān mutakarriratan/ kebiasaan manusia

yang sering

dilakukannya (Ma‟luf, 2008: 536) Tabel 5 Kata adat

Dilihat dari tabel di atas kata /’ādatun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna ا /mā ya’tāduhu al- insānu ay ya’ūdu ilaihi mirārān mutakarriratan/ ‘kebiasaan manusia yang sering dilakukannya‟ (Ma‟luf, 2008: 536), sedangkan kata Adat dalam bahasa Indonesia mempunyai makna aturan; cara yang sudah menjadi kebiasaan (Depdiknas, 2007 : 7). Jadi, kata /’ādatun/ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna meluas. Kata adat dalam UUD RI 1945 sebanyak 1 kata yakni pada pasal 18B.


(67)

26 2. Adil

Dalam Pembukaan UUD RI 1945 alinea pertamayang berbunyi : “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”.Dalam kalimat tersebut terdapat kata adil yang berasal dari bahasa Arab yaitu /’ādilun/

Kata dalam BI

Arti dalam BI

Kata dalam BA

Arti dalam BA Adil Sama berat; tidak

memihak; sepatutnya (Depdiknas, 2007 : 8)

/’ādilun/

أ ف /anṣafa/menengahi (Ma‟luf, 2008 : 491) Tabel 6 Kata adil

Dilihat dari tabel di atas kata /’ādilun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna ف /anṣafa/ „menengahi‟ (Ma‟luf, 2008 : 491), sedangkan kata adil dalam bahasa Indonesia mempunyai makna kekal,sama berat; tidak memihak; sepatutnya (Depdiknas, 2007 : 8). Jadi, kata /’ādilun/ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna meluas. Kata adil dalam UUD RI 1945 sebanyak 29 kata yakni 5 kata pada pembukaan UUD RI 1945, 3 kata pada pasal 7B, 2 kata pada pasal 9, 1 kata pada pasal 18A, 1 kata pada pasal 22E, 7 kata pada pasal 24, 3 kata pada pasal 24A, 2 kata pada pasal 24C, 2 kata pada pasal 28D, 2 kata pada pasal 28H dan 1 kata pada pasal 28J.

3. Aman

Dalam UUD RI 1945 terdapat pada Pasal 28J ayat 2yang berbunyi : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata


(68)

27

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”.Dalam kalimat tersebut terdapat kata aman yang berasal dari bahasa Arab yaitu /amanun/

Kata dalam BI

Arti dalam BI

Kata dalam BA

Arti dalam BA Aman Bebas dari bahaya;

terlindung atau tersembunyi;

tenteram; pasti (Depdiknas, 2007 : 35)

/amanun/ /aṭ-ṭama’nīnatu/tenang (Ma‟luf, 2008 : 18)

Tabel 7 Kata aman

Dilihat dari tabel di atas kata /amanun/ dalam bahasa Arab mempunyai

makna /aṭ-ṭama’nīnatu/ ‘tenang‟ (Ma‟luf, 2008 : 18), sedangkan kata aman dalam bahasa Indonesia mempunyai makna bebas dari bahaya; terlindung atau tersembunyi; tenteram; pasti (Depdiknas,2007 : 35). Jadi, kata /amanun/ yang

diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna meluas. Kata aman dalam UUD RI 1945 sebanyak 7 kata yakni 1 kata pada pasal 28G, 1 kata pada pasal 28J, dan 5 kata pada pasal 30.

4. Daerah

Dalam UUD RI 1945 terdapat pada Pasal 18 ayat 1 yang berbunyi : “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan


(69)

28

undang-undang”.Dalam kalimat tersebut terdapat kata daerah yang berasal dari bahasa Arab yaitu ئ /dā’iratun/

Kata dalam BI

Arti dalam BI

Kata dalam BA

Arti dalam BA Daerah Bagian permukaan

bumi; lingkungan pemerintah; tempat yang terkena peristiwa yang sama (Depdiknas, 2007 : 228)

ئ /dā’iratun/

ئ أ /mā a’ḥāṭa bi

syai’in/segala yang melingkup sesuatu (Ma‟luf, 2008 : 229)

Tabel 8 Kata daerah

Dilihat dari tabel di atas kata ئ /dā’iratun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna ئ أ /mā a’ḥāṭa bi syai’in/ ‘segala yang melingkup sesuatu‟ (Ma‟luf, 2008 : 229), sedangkan kata daerah dalam bahasa Indonesia mempunyai makna bagian permukaan bumi; lingkungan pemerintah; tempat yang terkena peristiwa yang sama (Depdiknas, 2007 : 228). Jadi, kata ئ /dā’iratun/ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna meluas. Kata daerah dalam UUD RI 1945 sebanyak 50 kata yakni 1 kata pada pasal 2, 14 kata pada pasal 18, 3 kata pada pasal 18A, 1 kata pada pasal 18B, 5 kata pada pasal 22C, 16 kata pada pasal 22D, 5 kata pada pasal 22E, 2 kata pada pasal 23D, 1 kata pada pasal 23F, 1 kata pada pasal 31, dan 1 kata pada pasal 32.

5. Derajat

Dalam UUD RI 1945 terdapat pada Pasal 28G ayat 2 yang berbunyi : “Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari


(70)

29

negara lain”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata derajat yang berasal dari bahasa Arab yaitu ج /darajatun/

Kata dalam BI

Arti dalam BI

Kata dalam BA

Arti dalam BA Derajat Tingkatan; martabat;

gelar yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada mahasiswa yang lulus ujian (Depdiknas, 2007 : 254)

ج /darajatun/

/aṭ-ṭabaqatu wa ar- ratbatu wa al- manzilatu/tingkat, urutan dan pangkat (Ma‟luf, 2008 : 210)

Tabel 9 Kata derajat

Dilihat dari tabel di atas kata ج /darajatun/ dalam bahasa Arab mempunyai makna /aṭ-ṭabaqatu wa ar- ratbatu wa al- manzilatu/ ‘tingkat, urutan dan pangkat‟ (Ma‟luf, 2008 : 210), sedangkan kata derajat dalam bahasa Indonesia mempunyai makna tingkatan; martabat; gelar

yang diberikan oleh perguruan tinggi kepada mahasiswa yang lulus ujian (Depdiknas,2007 : 254). Jadi, kata ج /darajatun/ yang diserap ke dalam bahasa Indonesia mengalami perubahan makna meluas. Kata derajat dalam UUD RI 1945 sebanyak 1 kata yakni pada pasal 28G.

6. Dunia

Dalam UUD RI 1945 terdapat pembukaan alinea pertama yang berbunyi : “Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata


(1)

viii DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Metode Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Pengertian Semantik ... 11

2.2.2 Pengertian Kata Serapan ... 12

2.3 Konsep-Konsep ... 13

2.3.1 Jenis-Jenis Perubahan Makna ... 13

2.3.1.1 Perubahan Makna Meluas ... 14

2.3.1.2 Perubahan Makna Menyempit ... 15


(2)

ix

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

3.1 Jumlah Kosakata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ... ... 18

3.2 Jenis-Jenis Perubahan Makna Kata Serapan Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ... ... 24

3.2.1 Kata Serapan yang Mengalami Perubahan Makna Meluas (عساوم ىنعم/ma’na mawāsi’un) ... 24

3.2.2 Kata Serapan yang Mengalami Perubahan Makna Menyempit ( /ma’na munhasarun) ... 71

3.2.3 Kata Serapan yang Mengalami Perubahan Makna Berubah Total ( ا /tatawwarun dalāliyyun) ... 89

3.2.4 Kata Serapan yang Tidak Mengalami Perubahan ... 106

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 108

4.1 Kesimpulan ... 108

4.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

Lampiran I Kata Serapan Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab Pada Naskah Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 ... 114


(3)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Contoh perubahan makna meluas ... 14

Tabel 2 Contoh perubahan makna menyempit ... 16

Tabel 3 Contoh perubahan makna berubah total... 17

Tabel 4 Kosakata serapan bahasa Indonesia dari bahasa Arab pada UUD RI 1945 ... 21

Tabel 5 Kata adat ... 25

Tabel 6 Kata adil ... 26

Tabel 7 Kata aman ... 27

Tabel 8 Kata daerah ... 28

Tabel 9 Kata derajat ... 29

Tabel 10 Kata dunia ... 30

Tabel 11 Kata hak ... 31

Tabel 12 Kata hakim ... 32

Tabel 13 Kata hajat ... 33

Tabel 14 Kata hukum ... 33

Tabel 15 Kata jasmani ... 34

Tabel 16 Kata mahkamah... 35

Tabel 17 Kata manfaat ... 36

Tabel 18 Kata martabat ... 37

Tabel 19 Kata milik ... 38

Tabel 20 Kata miskin ... 39

Tabel 21 Kata rahmat ... 40

Tabel 22 Kata rakyat ... 41

Tabel 23 Kata selamat ... 42

Tabel 24 Kata syarat... 43

Tabel 25 Kata umat ... 44

Tabel 26 Kata wakil ... 45


(4)

xi

Tabel 28 Kata Akhir ... 47

Tabel 29 Kata bahas ... 48

Tabel 30 Kata batin ... 49

Tabel 31 Kata berkat ... 50

Tabel 32 Kata makmur ... 51

Tabel 33 Kata serikat ... 52

Tabel 34 Kata sifat ... 53

Tabel 35 Kata taqwa... 54

Tabel 36 Kata umum ... 55

Tabel 37 Kata waktu ... 56

Tabel 38 Kata kuat ... 57

Tabel 39 Kata iman ... 58

Tabel 40 Kata pikir... 59

Tabel 41 Kata khianat ... 60

Tabel 42 Kata musyawarat ... 61

Tabel 43 Kata wajib ... 62

Tabel 44 Kata maksud ... 63

Tabel 45 Kata khusus ... 64

Tabel 46 Kata hadir ... 65

Tabel 47 Kata fakir... 66

Tabel 48 Kata resmi ... 67

Tabel 49 Kata ilmu ... 68

Tabel 50 Kata mungkin ... 69

Tabel 51 Kata masyarakat ... 70

Tabel 52 Kata alam ... 72

Tabel 53 Kata alat ... 73

Tabel 54 Kata hikmah ... 74

Tabel 55 Kata jawab... 75

Tabel 56 Kata lisan... 76

Tabel 57 Kata nasihat ... 77


(5)

xii

Tabel 59 Kata sehat ... 79

Tabel 60 Kata wilayah ... 80

Tabel 61 Kata zaman ... 81

Tabel 62 Kata ibadah ... 82

Tabel 63 Kata allah ... 83

Tabel 64 Kata tertib ... 84

Tabel 65 Kata sah ... 85

Tabel 66 Kata sebab ... 86

Tabel 67 Kata akhlak ... 87

Tabel 68 Kata hormat ... 88

Tabel 69 Kata akibat ... 90

Tabel 70 Kata asas ... 91

Tabel 71 Kata dewan ... 92

Tabel 72 Kata hal ... 93

Tabel 73 Kata jenis... 94

Tabel 74 Kata jumlah ... 95

Tabel 75 Kata majelis... 96

Tabel 76 Kata pasal ... 97

Tabel 77 Kata rohani ... 98

Tabel 78 Kata usul ... 99

Tabel 79 Kata wujud ... 100

Tabel 80 Kata bab ... 101

Tabel 81 Kata daulat ... 102

Tabel 82 Kata adab... 103

Tabel 83 Kata asasi ... 104

Tabel 84 Kata ihwal ... 104

Tabel 85 Kata hasil... 105


(6)

xiii DAFTAR SINGKATAN

1. UUD : Undang – Undang Dasar 2. IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab 3. FIB : Fakultas Ilmu Budaya

4. Depdiknas : Departemen Pendidikan Nasional

5. No. : Nomor

6. HMI : Himpunan Mahasiswa Islam 7. RI : Republik Indonesia

8. SAW. : Sallallahu Alaihi Wassalam 9. SKB : Surat Keputusan Bersama 10.SWT. : Subahana Wa Ta ala

11.USU : Universitas Sumatera Utara 12.dst : dan seterusnya

13.BA : Bahasa Arab 14.BI : Bahasa Indonesia