dapat melemahkan Allah, dan Sesungguhnya Allah menghinakan orang-orang kafir.
2. Ku kituna, pek maranéh musrikin geura ngalalana di ieu bumi opat
bulan, jeung sing nyaho yén saéstuna maranéh moal bisa lésot tina siksaan Allah jeung sing nyaho yén Allah téh ngahinakeun jalma-
jalma kapir.
Pada ayat kedua ini, ditemukan kata kafir dalam bahasa Indonesia dan kapir dalam bahasa Sunda. Kata tersebut diserap dari kata
ﺮ ﺎآ
kâfir yang mengandung makna ‘pelaku.’ Sedangkan dalam bahasa Indonesia dan Sunda
menjadi kata sifat saja. Pada bunyi, kata kafir dalam bahasa Indonesia tidak mengalami penyesuaian fonem. Tetapi pada bahasa Sunda, fonem
ف
menjadi p. Makna tidak berubah. Pada bahasa Arab kâfir bermakna ‘yang tidak beriman
kepada Allah.’
1
Pada bahasa Indonesia kafir bermakna ‘orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya.’
2
Pada bahasa Sunda kapir bermakna ‘orang yang tidak percaya pada wahyu Allah yang disampaikan oleh para rasulnya.’
3
Berbeda dengan kata musyrikin dan muslimin di atas yang diserap secara utuh dari bentuk jamak kata
ﻦﻴآﺮﺸ
musyrikîn dan kata
ﻦﻴﻤ
muslimîn, kata kafir dan kapir tidak demikian, melainkan diserap dari bentuk tunggalnya
ﺮ ﺎآ
kâfir.
1
Munawir, A, W, h. 1309
2
Departemen Pendidikan Nasional, h. 489
3
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 213
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat kedua: Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
ﺮ ﺎآ
kâfir kafir
kapir
×β≡sŒruρ š∅ÏiΒ
« ÿ⎯ÏÎθß™u‘uρ
’nΠĨ¨Ζ9
tΠöθtƒ Ædkptø:
Îy9ò2F{ ¨βr
© Ö™ü“Ìt
z⎯ÏiΒ t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9
…ãèθß™u‘uρ 4
βÎsù öΝçFö6è?
uθßγsù ×öyz
öΝà6©9 βÎuρ
öΝçGøŠ©9uθs? þθßϑn=÷æsù
öΝä3¯Ρr çöxî
“Ì“Éf÷èãΒ «
3 ÎÅe³o0uρ
t⎦⎪Ï© ρãxx.
Ux‹yèÎ AΟŠÏ9r
∩⊂∪
3.
Dan inilah suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa Sesungguhnya
Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu kaum musyrikin bertaubat, Maka bertaubat
itu lebih baik bagimu; dan jika kamu berpaling, Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. dan beritakanlah
kepada orang-orang kafir bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih.
3. Jeung ieu téh wawaran ti Allah jeung Rasul-Na ka manusa dina hiji poé haji akbar, yen saéstuna Allah jeung Rasul-Na megatkeun
hubungan ti kaom musrikin. Ku kituna, upama maranéh tobat, nya hadé pisan pikeun maranéh, jeung upama maranéh ngabalieur, nya sing
nyaho yen maranéh moal bisa lesot tina siksaan Allah; jeung geura bejakeun ka jalma-jalma kapir perkara siksaan anu kacida nyerina.
Pada ayat ketiga, kata serapan yang dipergunakan tidak jauh berbeda dengan ayat sebelumnya. Pada ayat ini muncul kata serapan yang baru dalam
terjemahan bahasa Indonesia, yaitu, permakluman, haji akbar dan bertaubat. Sedangkan pada terjemahan bahasa Sunda hanya muncul kata haji akbar dan
tobat.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat ketiga: Bahasa Arab
Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
مﻮ
ma’lûm maklum ma’lum
ﺮ آﻷا ﺤﻟا
al-hajj al-akbar haji akbar
haji akbar
ﺔ ﻮ
taubah taubat tobat
Kata maklum, diambil dari kata
مﻮ
ma’lûm yang bermakna ‘yang dikenal.’
4
Pada penyerapan kepada bahasa Indonesia, terjadi penyesuain konsonan. Yakni, konsonan …‘… menjadi konsonan k. Sedangkan pada
bahasa Sunda tidak. Kemudian, makna tidak berubah. Kata permakluman pada terjemahan bahasa Indonesia adalah hasil perubahan kelas kata, dari kata kerja
menjadi kata benda. Perubahan tersebut karena imbuhan yang digunakan adalah imbuhan gabungan pembetuk kata benda dari kata kerja pe-an. Sehingga, makna
menjadi menjadi bergeser, dari ‘paham; mengerti; tahu’ menjadi ‘pemberitahuan.’
5
Keputusan mengambil kata maklum atau permakluman untuk padanan kata
ناذأ
’a żân kurang tepat. Sebab, makna yang dikehendaki adalah
‘pemberitahuan’ atau berita. Berbeda dengan terjemahan bahasa Sunda yang menggunakan kata wawaran yang berarti ‘pemberitahuan.’
Haji akbar tidak ada masalah secara makna atau proses penyerepan. Sebab kata haji akbar adalah kata istilah atau idiom untuk suatu ibadah umat Islam,
yakni, ibadah haji dengan hari wukuf di Padang Arafah jatuh pada hari jumat.
6
4
Atabik Ali, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta; 1998, h. 905
5
Departemen Pendidikan Nasional, h. 702
6
Idem, h. 381
Kata taubat dan tobat, diserap dari kata
ﺔ ﻮ
taubah. Penyesuaian yang terjadi adalah pada bahasa Sunda, diftong au pada bahasa Arab diganti dengan
vokal o pada bahasa Sunda sedangkan pada bahasa Indonesia tidak. Kemudian, konsonan ta marbutah
ة
diganti dengan konsonan t pada ke dua bahasa.
ωÎ š⎥⎪Ï©
Ν›?‰yγ≈tã z⎯ÏiΒ
t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9 §ΝèO
öΝs9 öΝä.θÝÁàΖtƒ
\↔ø‹x© öΝs9uρ
ρãÎγ≈sàムöΝä3ø‹n=tæ
Y‰tnr þθ‘ϑÏ?rsù
öΝÎγøŠs9Î óΟèδy‰ôγtã
4’nÎ öΝÍκÌE£‰ãΒ
4 ¨βÎ
© =Ïtä†
t⎦⎫É−Gßϑø9 ∩⊆∪
4.
Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah Mengadakan
Perjanjian dengan mereka dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun dari isi perjanjianmu dan tidak pula mereka membantu seseorang
yang memusuhi kamu, Maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaqwa.
4. Kajaba maranéhna, anu maranéh geus nalikeun jangji jeung jalma-jalma
musrikin sarta satuluyna maranehna henteu cidra kana jangjina saeutik oge jeung maranéhna hanteu ngabantu jalma-jalma anu ngamusuh ka
maranéh saurang ogé, nya geura tedunan ka maranéhna jangjina nepi ka béak waktuna, karana Allah micinta jalma-jalma anu takwa.
Pada ayat keempat ini muncul kata taqwa untuk bahasa Indonesia dan takwa untuk bahasa Sunda. Keduanya diserap dari kata
ىﻮ
taqwâ. Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat:
Bahasa Arab Bahasa Indonesia Bahasa Sunda
ىﻮ
taqwâ taqwa takwa
Penyesuaian yang terjadi pada proses penyerapan adalah, pada bahasa Indonesia terjadi pada vokal â menjadi a begitu juga untuk bahasa Sunda. Pada
bahasa Sunda, terjadi penyesuain konsonan, yakni konsonan q menjadi k. Kemudian, makna di antara bahasa Indonesia dan bahasa Sunda tidak jauh
berbeda yakni, ‘keadaan terpelihara dan kesiapan diri untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’
7
Sedangkan dalam bahasa Sunda, takwa bermakna ‘menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.’
8
Yang membedakan atas keduanya adalah kelas kata. Pada bahasa Indonesia, taqwa menempati kelas kata benda, sedankan pada bahasa Sunda, takwa
menempati kelas kata kerja. Makna asal dari bahasa arab sendiri adalah ‘keadaan kuat, menjadi kuat, taqwa, ketaqwaan’
9
dan menempati kelas kata masdar atau kata benda.
Pada kata ini, juga terjadi terjadi perluasan makna bahkan total. Makna yang baru untuk kata taqwa dan takwa adalah ‘baju model cina yang biasa dipakai
oleh kaum lelaki atau sekarang lebih dikenal dengan nama baju koko.’
10
’
11
Pada terjemahan bahasa Indonesia, kata yang digunakan adalah bertaqwa, kata jadian dari taqwa setelah mendapat imbuhan ber- pembuat kata kerja dari
kata benda. Sehingga makna yang muncul adalah ‘menjalankan taqwa.’
7
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
8
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
9
Atabik Ali, h. 79
10
Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda, h. 501
11
Departemen Pendidikan Nasional, h. 1126
sŒÎsù y‡n=|¡Σ
ãåκô−F{ ãΠãçtø:
θè=çGøsù t⎦⎫Ï.Îô³ßϑø9
ß]ø‹ym óΟèδθßϑ›?‰y`uρ
óΟèδρä‹äzuρ öΝèδρçÝÇômuρ
ρ߉ãèøuρ öΝßγs9
¨≅à2 7‰|¹ósΔ
4 βÎsù
θçs? θãΒsruρ
nο4θn=¢Á9 âθs?u™uρ
nο4θŸ2¨“9 θ=y⇐sù
öΝßγn=‹Î;y™ 4
¨βÎ ©
Ö‘θàxî ÒΟ‹Ïm§‘
∩∈∪
5.
Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, Maka bunuhlah orang- orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, Maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
5. Nya upama bulan-bulan haram geus lastari, prak geura paéhan kaom musrikin teh di mana wae maranéhna kapanggih ku maraneh sarta prak
geura boyong maranéhna, jeung prak geura dodoho maranéhna dina tempat-tempat pangintipana. Tapi, upama maranehna tobat jeung
ngadegkeun salat sarta nyumponan jakat mah, nya bebaskeun waé maranéhna teh sina merdeka; karana saéstuna Allah Maha Jembar
Pangampura, Maha Asih.
Pada ayat ini muncul lagi kata serapan yang lain, yakni haram, shalat, dan zakat untuk bahasa Indonesia dan haram, solat, dan jakat untuk bahasa Sunda.
Di bawah ini adalah kata serapan yang terdapat pada ayat keempat: Bahasa Arab Bahasa Indonesia
Bahasa Sunda
ماﺮ
harâm haram haram
ﻮ ﺻ ة
shalât shalat solat
ο4θŸ2¨
ز
zakât zakat
jakat
Ke tiga kata di atas merupakan kata istilah untuk hal peribatan dalam Islam. Sehingga, makna yang ingin dicapai atau disampaikan adalah makna yang
disimpulkan dari apa yang diperbuat dari kata tersebut. Maka pergeseran dari makna asal pun terjadi, tetapi tidak pada makna sasaran.
÷βÎuρ Ó‰tnr
z⎯ÏiΒ š⎥⎫Ï.Îô³ßϑø9
x8u‘yftFó™ çνöÅ_rsù
4©®Lym yìyϑó¡o„
zΝ≈n=x. «
¢ΟèO çμøóÎ=ör
…çμuΖtΒùtΒ 4
y7Ï9≡sŒ öΝåκ¨ΞrÎ
×Πöθs ω
šχθßϑn=ôètƒ ∩∉∪
6.
Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta
perlindungan kepadamu, Maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.
6. Jeung upama salah saurang ti antara musrikin menta panangtayungan