Peran Guru Pendidik GURU PENDIDIK

Keberadaannya sebagai pendidik merupakan sumber konsep pendidikan yang kebenarannya direkomendasikan Allah Swt. 10 Kebanyakan para pendidik berpendapat bahwa tanggung jawab yang terpenting itu adalah : 1. Tanggung jawab pendidikan iman. 2. Tanggung jawab pendidikan akhlak. 3. Tanggung jawab pendidikan fisik. 4. Tanggung jawab pendidikan intelektual. 5. Tanggung jawab pendidikan psikis 6. Tanggung jawab pendidikan sosial. 7. Tanggung jawab pendidikan seksual. 11 Peran seorang guru dalam proses balajar-mengajar antara lain adalah : 1. Guru sebagai pengawas Agar belajar dalam masing-masing kelompok kecil berjalan lancar dan mencapai tujuannya, disamping sebagai sumber informasi maka guru pun harus bertindak sebagai pengawas dan penilai didalam proses belajar mengajar lewat formasi diskusi. Dengan kata lain, dalam formasi diskusi ini guru menentukan tujuannya dan prosedur untuk mencapainya. 2. Guru sebagai Motivator Terutama bagi siswa – siswa yang belum cukup mampu untuk mencerna pengetahuan dan pendapat orang lain maupun merumuskan serta mengeluarkan pendapatnya sendiri maka agar formasi diskusi dapat diselenggarakan dengan baik, guru masih perlu membantu dan mendorong setiap anggota kelompok untuk menciptakan dan mengembangkan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin. 12 10 Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2007, Cetakan ke-1, h. 1. 11 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Terj. Dari Tarbiyatul Aulad fil Islam Edisi Bahasa Arab Juz I oleh Saifullah Kamalie Dan Hery Noer Ali, Semarang: Asy-Syifa, 1981, Cetakan ke-3, h. 149 12 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, edisi revisi, h. 171. 3. Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik, dan lingkungannya. Oleh Karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. 4. Guru sebagai Innovator Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimilikinya. 13 5. Guru sebagai Mediator dan Fasilitator Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. 6. Guru sebagai Evaluator Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. 14 Guru memainkan peranan yang penting dalam menggalakkan murid-murid cintakan pelajaran. Dia harus mempunyai sifat-sifat yang boleh dipercayai untuk memikul tugas menjadi guru. Di samping mempunyai kebolehan tentang mata pelajaran yang diajar. Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai kecintaan yang sungguh-sungguh terhadap kerjanya. Dia harus mempunyai hasrat yang benar-benar ikhlas ingin menolong murid- muridnya. Kemajuan murid-murid tidak syak lagi mempunyai hubungan rapat dengan guru dan sekolah. Suasana disekolah mempunyai kesan yang besar terhadap kejayaan murid. Sekolah adalah rumah kedua bagi murid-murid dan 13 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, Cet ke-7, h. 37 14 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009, Cet. Ke-23, h. 9 guru adalah ibu bapak kedua kepada mereka. Memang sudah menjadi tanggung jawab seorang guru itu untuk menaikkan taraf muridnya agar menjadi insan yang berguna kepada agama, Negara dan bangsa. 15

B. FITRAH DAN BENTUK-BENTUKNYA

1. Pengertian Fitrah

Al-fitrah dalam kamus Al-Munawwir artinya sifat pembawaan yang ada sejak lahir, ciptaan, agama, sunnah dan dalam keadaan menurut fitrahnya. 16 Pada dasarnya, fitrah manusia adalah senantiasa tunduk kepada Zat yang hanif Allah melalui agama yang disyariatkan padanya. Fitrah merupakan anugerah Allah yang telah diberikan-Nya kepada manusia sejak dalam alam rahim. Ketika lahir, potensi anak belum diketahui. Pada masa ini seorang anak hanya membawa insting gharizah, seperti menangis, merasakan haus, lapar dan lain sebagainya. Dengan perangkat fisik dan psikisnya, potensi tersebut bertahap mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik. Proses manusia mengembangkan potensinya secara efektif dan efisien adalah melalui pendidikan. 17 Menurut bahasa fitrah berarti asal kejadian ibda, khalq, kesucian dan agama yang benar. Fitrah manusia menurut ajaran Islam adalah bebas dari noda dan dosa, seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti agama yang benar, yaitu agama Allah, sebagaimana dijelaskan QS. Ar-rum 30 ayat 30:                           15 Amina Noor, Mendidik anak Pintar Cerdas Bermula Dari Alam Rahim…, Kuala Lumpur, Darul Numan, 1995, Cetakan Pertama, h. 133 16 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, Cet ke-14, h. 1063. 17 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual Dan Pemikiran Hamka Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008, Cet.1, h. 122 Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui . fitrah Allah pada ayat diatas maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. 18 Dalam pandangan islam keberagamaan berarti fitrah sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya. 19 Dengan demikian, secara sederhana, fitrah manusia berarti kejadiannya sejak semula, atau bawaannya sejak lahir. Fitrah berarti “terbukanya sesuatu dan melahirkannya” , seperti orang yang berbuka puasa. Dari makna dasar tersebut maka berkembang menjadi dua makna pokok; pertama, fitrah berarti al-insyiqaq atau al-syaqq yang berarti al-inkisar pecah atau belah., kedua, fitrah berarti al-khilqah, al- ijad atau al- ibda’ penciptaan.

2. Struktur Dan Komponen Fitrah

Berdasarkan uraian diatas tersebut, dapat segera diketahui bahwa struktur fitrah manusia paling kurang mencakup 5 sebagai berikut : Pertama, fitrah beragama yang bertumpu pada keimanan sebagai intinya. Faktor keturunan psikologis heriditas kejiwaan orang tua anak merupakan salah satu aspek dari kemampuan dasar manusia. Kedua, fitrah dalam bentuk bakat mahabib dan kecenderungan qabiliyat yang mengacu kepada keimanan kepada Allah Swt. Dengan demikian, fitrah mengandung komponen psikologis yang berupa keimanan tersebut. Hal tersebut terjadi, karena iman bagi seorang mukmin merupakan 18 Ahsin w. Al-hafidz, Kamus Ilmu Al-quran, Jakarta: Amzah Sinar Grafika Offset, 2008, Cet-3, h. 78. 19 M. Quraish Shihab, Wawasan Al- qur’an Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: PT. Mizan Pustaka,2005, cet XVI, h.375. daya penggerak utama elan vital dalam dirinya yang memberi semangat untuk selalu mencari kebenaran hakiki dari Allah Swt. Ketiga, fitrah berupa naluri dan kewahyuan revilasi, yang keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang logam; keduanya saling terpadu dalam perkembangan manusia. Mata uang itulah yang dapat diibaratkan fitrah. Yakni dari satu sisi ia adalah potensi, dan dari sisi lain ia adalah wahyu. 20 Keempat, fitrah berupa kemampuan dasar untuk beragama secara umum, yakni tidak terbatas pada agama islam saja, melainkan pada agama lainnya. Dan dengan dasar kemampuan inilah manusia dapat dididik menjadi orang Yahudi, Nasrani atau Majusi, namun tidak dapat di didik menjadi ateis anti tuhan. 21 Sebuah sabda Nabi Saw yang populer, yang banyak disitir oleh para ulama’ antara lain sebagai berikut: Artinya:“Dari Abu Hurairah ra., berkata: Rasulullah bersabda : “setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani dan Majusi”. H.R. Bukhari dan muslim Hadits di atas mengandung pengertian bahwa setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi. Baik atau buruknya potensi yang dikeluarkannya kemudian tergantung kepada lingkungannya. Untuk itu proses pendidikan sangat menentukan pengembangan potensi tersebut. maka kata fitrah berarti kecendrungan beragama yang terdapat dalam diri manusia. Kecendrungan beragama tersebut dapat terwujud menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi, amat bergantung pada lingkungan dan proses pendidikan yang 20 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986, c. I, h. 5. 21 Abuddin Nata, “Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran”, Jakarta, Kencana, 2009, c. I, h. 79.