5373
statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan. Dalam
literatur perilaku organisasi, berbagai penelitian mengindikasikan bahwa motivasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Listianto dan Setiaji 2007 mengenai
“Pengaruh Motivasi,
Kepuasan, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus di Lingkungan Pegawai Kantor PDAM
Kota Surakarta”, diperoleh hasil bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Di samping itu, hubungan antara Motivasi dan Kinerja karyawan juga dikemukakan pada
penelitian Andre Wijaya dan Suhaji 2012 mengenai ”Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap
Kinerja
Karyawan”.
3.2. Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan
Organisasi haruslah menjadi alat atau sarana untuk memenuhi kebutuhan individu. Meskipun demikian, organisasi didirikan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan perseorangan, tetapi juga
berhubungan dengan kelangsungan hidup organisasi tersebut melalui produktivitas. Pencapaian produktivitas digabungkan dengan pemenuhan kebutuhan karyawan hendaknya menjadi perhatian semua
organisasi. Dalam hal ini, peranan motivasi adalah penting bagi para manajer karena dengan adanya motivasi
ini, diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antutias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi. Oleh karenanya, kemampuan untuk memotivasi bahwa merupakan keterampilan manajerial
yang perlu dikuasai oleh setiap manajer organisasi, dan manajer sendiri sebenarnya mempunyai tanggungjawab untuk membantu bawahannya untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Akan
tetapi manajer tidak akan dapat mempengaruhi bawahan apabila ia tidak memahami apa yang menjadi kebutuhan para karyawan. Dengan demikian, keberhasilan untuk mendorong bawahan dalam rangka
mencapai produktivitas kerja melalui pemahaman motivasi kerja yang ada di luar diri pekerja akan sangat membantu dalam mencapai produktivitas kerja secara optimal.
Karyawan yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja akan memberikan prestasi kerja yang baik, sedangkan bagi karyawan yang memiliki motivasi yang rendah tidak akan memberikan prestasi sebaik
karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi. Semua itu tercermin melalui sikap karyawan dalam menghadapi pekerjaannya, antara lain ditandai dengan turunnya semangat kerja, cepat merasa bosan, sering
absen, terlambat datang dan sebagainya yang pada akhirnya semua berdampak pada penurunan kinerja karyawan.
Sudarwan 2004 : 140 menyatakan bahwa motivasi rendah akan merugikan produktivitas kelompok. Perilaku anggota yang hanya ingin memenuhi kebutuhan atau kepentingan diri sendiri akan
mengurangi rasa kepuasan anggota lainnya, karena itu akan timbul konflik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif antra produktivitas dengan keinginan mementingkan diri
sendiri. Susana kerja adalah salah satu faktor penentu produktivitas kelompok. Dengan adanya pemberian motivator yang efektif diharapkan perilaku sumber daya manusia yang
mengacu pada peningkatan produktivitas tenaga kerja bisa dibentuk. Oleh karena itu, motivasi kerja menjadi subjek yang sangat penting karena secara fungsional dianggap mempunyai kaitan dengan
produktivitas sumber daya manusia melalui peningkatan kinerja karyawan. 4. Penutup
Sebuah perusahaan harus mampu memfasilitasi tumbuhnya budaya organisasi serta memahami pentingnya menjadikan sumber daya manusia yang dimiliki bisa dikelola dengan baik. Budaya merupakan
implementasi dari sikap atau perpaduan antara nilai-nilai yang ditanamkan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Budaya organisasi dan karyawan menjadi kriteria penting dalam menentukan pertumbuhan
5374
dan kesuksesan suatu perusahaan. Adanya budaya organisasi yang baik dapat meningkatkan kinerja karyawan.
Disamping budaya organisasi, kinerja juga dipengaruhi oleh motivasi karyawan. Karyawan yang memiliki motivasi tinggi dalam bekerja akan memberikan prestasi kerja yang baik, sedangkan bagi karyawan
yang memiliki motivasi yang rendah tidak akan memberikan prestasi sebaik karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi. Semua itu tercermin melalui sikap karyawan dalam menghadapi pekerjaannya, antara lain
ditandai dengan turunnya semangat kerja, cepat merasa bosan, sering absen, terlambat datang dan sebagainya
yang pada akhirnya semua berdampak pada penurunan kinerja karyawan.
Daftar Pustaka Danim, Sudarwan. 2004.
Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok
. PT Rineka Cipta, Bengkulu. Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo 2003.
Perilaku Organisasi,
Terjemahan: Erly Suandy, Edisi Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Listianto, Tony dan Bambang Setiaji, 2007. Pengaruh Motivasi, Kepuasan, dan
Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus di Lingkungan Pegawai Kantor PDAM Kota Surakarta
. http:www.damandiri.or.id. Diakses Tanggal 29 Agustus 2015
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala, 2009.
Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan
. Edisi Kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins, Stephen P., 1996.
Perilaku Organisasi
Jilid II, Alih Bahasa Hadayana Pujaatmaka. Prenhalindo, Jakarta.
Ruky, A.S. 2002.
Sistem Manajemen Kinerja
. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sardiman, A M. 2010.
Interaksi Motivasi Belajar Mengajar
. Penerbit Rajawali Pers: Jakarta.
5375
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN BERWIRAUSAHA TERHADAP INDUSTRI KECIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Mutawaqil Bilah Tumanggor, SE
2
dan M. Dani Habra, SE, M.MA
3
ABSTRAK
Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya dunia wirausaha. Pembangunan akan lebih berhasil jika ditunjang oleh
wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja karena kemampuan wirausahawan yang dapat membuka lapangan kerja di karena kemampuan pemerintah sangat terbatas. Pemerintah tidak mampu menggarap
semua aspek pembangunan karena sangat banyak membutuhkan anggaran belanja, personalia dan pengawasan.
Pendidikan merupakan wahana agar potensi dan kapasitas pribadi yang ada dapat dioptimalkan pengembangannya supaya manusia dapat hidup secara mandiri. Wirausahawan dalam melakukan kegiatan
usahanya bukan dilakukan secara amatir tetapi harus dilakukan secara professional, yang terkait dengan cara berfikir dan dapat melakukan usaha kreatif maupun inovatif dari pengalaman hidup sehari-hari
walaupun sebelumnya belum pernah dipelajari dalam pendidikan formal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1. Pengaruh pendidikan terhadap pengembangan industri kecil di Kabupaten Serdang
Bedagai, 2. Pengaruh pengalaman berwirausaha terhadap pengembangan industri kecil di Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian ini dilakukan terhadap pengusaha industri kecil sebanyak 120 KK yang tersebar di empat kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu di Kecamatan Perbaungan, Teluk Mengkudu,
Pegajahan dan Pentai Cermin yang diperoleh secara acak, metode penelitian yang dilakukan adalah metode survei, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk
mengetahui pengaruh pendidikan dan pengalaman berwirausaha terhadap pengembangan industri kecil menggunakan model regresi linier berganda dengan metode ordinary least square OLS
Kata Kunci : Pengaruh, Pendidikan, Pengalaman, Pengembangan dan Industri Kecil A.
Pendahuluan
Percepatan pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia dibidang Pendidikan merupakan wahana agar potensi dan kapasitas pribadi yang ada dapat dioptimalkan pengembangannya supaya manusia dapat hidup
secara mandiri. Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan ruang gerak yang proporsional kepada para pengusaha kecil dan menengah UKM sekaligus memberdayakannya.
Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa sektor riil yang dikuasai oleh perusahaan konglomerasi yang tidak didukung oleh kinerja yang baik, menyebabkan mereka menjadi bangkrut akibat krisis, yang selanjutnya
dalam skala yang lebih luas menjadikan negara Indonesia terpuruk karena jumlah mereka yang ternyata sedikit. Pengusaha usaha kecil dan menengah UKM di Sumatera Utara ditinjau dari sisi pendidikan pada
umumnya sebagian besar mereka 69 berpendidikan SMP ke bawah. Lemahnya tingkat pendidikan dan kemampuan dari para pengusaha kecil dan menengah memberi berbagai dampak, diantaranya : 1 Rendahnya
inovasi, 2 Lemahnya manajemen usaha, 3 Rendahnya produktivitas, 4 Rendahnya kualitas produk dan 5 Lemahnya kemampuan mengakses modal usaha Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM Nomor 1 Tahun 2006.
Industri rumah tangga merupakan sektor basis berdasarkan sektor pendapatan industri kecil, sektor tenaga kerja dan analisis peranan industri kecil menunjukkan bahwa industri kecil ini memberikan surplus pendapatan,
namun masih berada keadaan decreasing Return to Scale atau produksinya belum efisien disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan keterampilan tenaga kerja.
Kabupaten Serdang Bedagai sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup memadai untuk mengembangkan industri kecil khususnya industri pangan. Hal ini terindikasi dari
banyaknya masyarakat yang melalukan usaha rumah tangga berupa industri pangan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai : “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Berwirausaha Terhadap
Pengembangan Industri Kecil di Kabupaten Serdang Bedagai”.
1. Perumusan Masalah