Identifikasi Masalah HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Simpanan non saham Rp 791.834.460.114 dan; 5 Jumlah pinjaman beredar sebanyak Rp 1.865.877.600.438 Robert M.Z. Lawang 2007. Secara kualitatif menurut hasil penelitian dijelaskan bahwa Koperasi kredit cukup pesat perkembangannya dilihat dari pertumbuhan dan usahanya karena Kopdit dapat bertahan dan berkembang terus bahkan dianggap berprestasi walaupun pada masa krisis. Isu strategis pembangunan koperasi dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi pembangunan koperasi tergantung pada partisipasi aktif berbagai pihak, yaitu kalangan koperasi sendiri, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat. Pada sisi lain, bagaimana membangun pemahaman yang sama tentang tujuan, sasaran, dan pengukuran serta kriteria penilaian keberhasilan pembangunan itu. Membangun pemahaman yang sama sampai saat ini masih belum merata dan meluas. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan tidak optimalnya dukungan pihak terkait dan tidak terjadi sinergi positif dalam pemberdayaan koperasi. Karena itu, perlu dibangun suatu instrumen yang dapat mempengaruhi sejauhmana kemajuan yang diperlukan sesuai yang diharapkan. Kiat dimaksud diharapkan akan mempermudah bagi siapapun yang memiliki kepedulian dalam pembangunan koperasi, khususnya dari pemerintah, untuk mengetahui kondisi koperasi, mengukur kemajuan ataupun kekurangan untuk disempurnakan lebih lanjut. Pemurnian jatidiri koperasi melalui implementasi prinsip-prinsip koperasi dengan benar, merupakan upaya dalam rangka membangun koperasi yang lebih maju, besar, dan menjaga kemurnian jatidirinya.

1.2. Identifikasi Masalah

Fungsi dan peran koperasi sebagaimana Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada 5 khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Tentu saja dalam konteks pembangunan fungsi dan peran koperasi itu tidak lain ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota koperasi dan masyarakat lokal. Sementara itu dengan adanya kebijakan Otonomi Daerah, terbuka peluang bagi pemberdayaan koperasi secara lebih baik sehingga sebutan koperasi sebagai penggerak ekonomi rakyat di daerah diharapkan benar-benar akan terwujud. Bilamana fungsi dan peran koperasi yang dicita-citakan pada satu sisi dan pemberdayaan koperasi melalui kebijakan Otonomi Daerah terlaksana dengan tepat pada sisi lainnya maka akan ada sinergis dimana koperasi memberikan kontribusi besar dalam pembangunan. Sesuai landasan hukumnya, koperasi telah dianggap sebagai suatu gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha yang berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Koperasi perlu membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip-prinsip dan jati diri koperasi sehingga mampu berperan sebagai soko guru perekonomian nasional. Landasan hukum ini telah menjadikan koperasi sebagai pilar ekonomi nasional. Karena itu, sebagai pilar ekonomi, pengembangan koperasi baik pada waktu sekarang maupun pada waktu yang akan datang adalah hal yang mutlak dan masih diperlukan. Beberapa landasan penting yang tertuang dalam Undang - undang Nomor 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa a koperasi , baik sebagai gerakan ekonom i rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju , adil dan makmur ber l andaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomia n nasional yang d i susun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokras i ekonomi ; dan b koperasi perlu 6 membangun dirinya untuk menjadi kuat dan mandiri berdasarkan pr i nsip Koperasi seh i ngga mampu berperan sebagai sokoguru perekonom i an nasiona l . Landasan ini memberikan kedudukan yang kuat bagi Koperasi Indonesia sebagai p i la r p embangunan ekonom i n as i onal . Untuk mewuju d kan kedudu k an sent r al koperasi tersebut adalah dengan m elak s anakan fungsi s ecara nyata sebag ai satu - satunya kunci bagi kesuksesan koperasi d i dalam pe r ekonomian nasional . Salah satu fu ng si dan peran penting koperas i d i dalam Undang - undang Nom o r 25 T ahun 1992 tentang Perkoperasian adalah membangun dan mengembangkan potensi dan k em ampua n ekonom i anggota pada k hususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk men i ng k at k a n keseja h te ra a n ek o nomi dan sosialnya . Fungsi dan pe r a n tersebu t memperl i hatkan bahwa ada kete rkaita n a nt a ra p ot e n s i dan kemampuan ekon o m i yan g d i m i l ik i p ara anggotanya ya n g pe r l u dikemb angka n d e n ga n potensi da n ke ma m pua n y ang d im i lik i k op er a si ya ng m ewada hi mer e k a . Keterkaitan terse b ut dihara p kan d apa t t er j a l i n d i antara Ko pe r asi - k operasi S ek un d er da n Kope r as i -k op e ras i P rimer s e baga i anggo ta n y a . Menindaklanjuti hal di atas, telah ada program-program pemerintah untuk membangun swadaya masyarakat dalam perkoperasian, antara lain peningkatan kualitas sumbedaya manusia, penciptaan iklim kondusif, bantuan langsung, dan perkreditan. Dalam konteks pembangunan wilayah, program pemerintah dimaksud semestinya dilaksanakan secara transparan, penuh kompetisi, dan berorientasi masyarakat, sehingga menghasilkan koperasi yang tumbuh dan berperan secara mikro dan makro. Sebagai wujud nyata peran koperasi dalam pembangunan, indikator dan variabel harus terlihat jelas dan terukur sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan performa koperasi dalam pembangunan koperasi. 7 Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mengetahui performa pembangunan koperasi. Pada awal pengenalan KUD awal tahun 1980-an pemerintah telah menetapkan kriteria KUD Model dan Klasifikasi Koperasi. Kemudian pada awal tahun 1990-an pergantian Menteri yang menangani pembangunan koperasi juga mengganti program pembangunan koperasi dengan mengeluarkan kebijakan KoperasiKUD Mandiri. Upaya pada era Orde Baru tersebut ternyata tidak menunjukkan kualitas koperasi yang sebenarnya. Pada era reformasi pemerintah juga mengeluarkan kebijakan yang menghasilkan Program Koperasi Berkualitas, yang sampai saat ini masih berlaku dan sebagai dasar dalam menentukan koperasi yang berprestasi. Berdasarkan masalah di atas, perlu dianalisis seberapa jauh pemurnian jatidiri koperasi, melalui implementasi prinsip-prinsip koperasi sebagai pencerminan koperasi yang memegang teguh fisolofiideologi genuine cooperatives. Hal ini diduga implementasi prinsip-prinsip koperasi memiliki intensitas yang beragam, baik pada jenis maupun skala usaha dan cakupan luas wilayah kerja koperasi.

1.3 Rumusan Masalah