Nilai-nilai Koperasi dan Prinsip Koperasi sebagai Mekanisme Pelaksanaaanya

18 menjadi landasan untuk menyusun mekanisme dalam operasionalnya yang bertumpu pada skema pemilik dan pelanggan. Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pelanggan atau pengguna jasa koperasi, merupakan bentuk partisipasi anggota yang substansial dalam koperasi dan merupakan operasionalisasi dari tujuan koperasi yaitu mempersatukan usaha anggota untuk mencapai skala ekonomi yang layak dan pangsa pasar sehingga memiliki posisi tawar untuk mempengaruhi harga bagi kepentingan anggota dan masyarakat. Partisipasi tersebut dibuktikan dengan adanya transaksi jual beli antara anggota dengan koperasi. Skema tersebut dianut dalam ketentuan UU, dan karenanya wajar muncul pertanyaan apabila ada anggota yang tidak menjadi pelanggan koperasi apakah masih memenuhi syarat keanggotaan dan dapat diberi sanksi terhadapnya dikeluarkan dari keanggotaan. Masalahnya menjadi rancu sekarang ini karena mungkin banyak anggota yang tidak memanfaatkan jasa koperasi. Oleh karena itu reposisi koperasi untuk menghadapi tantangan di masa mendatang harus dilakukan berdasarkan pemilik dan pelanggan yang intinya adalah partisipasi anggota yang tertuang dalam jati diri koperasi.

2.4. Nilai-nilai Koperasi dan Prinsip Koperasi sebagai Mekanisme Pelaksanaaanya

Dalam kehidupan manusia, nilai-nilai merupakan sumber peradaban yang dilahirkan oleh budayanya. Nilai-nilai juga merupakan dasar keyakinan untuk menciptakan sesuatu keadaan yang lebih baik. Daya tahan dan kekuatan batiniah yang dimiliki oleh koperasi disebabkan karena nilai-nilai yang dimiliki yang built in dalam sistem koperasi itu sendiri. Dengan demikian pada koperasi, nilai nilai tidak hanya melekat pada orang-orangnya anggota-anggota tetapi juga pada sistemnya sendiri. Hal ini berbeda dengan perkumpulan modal dimana nilai-nilai 19 memang melekat pada orang-orangnya pemegang saham tetapi tidak melekat pada sistemnya yang bebas nilai. Koperasi memang memiliki persepsi yang berbeda dalam kehidupan. Paham ekonomi kapitalis maupun reduksionisme Marxisme mempunyai persepsi yang serupa tentang homo economicus sebagai pelaku ekonomi; yang pertama menganggapnya sebagai individu yang bersikap rasional semata dan kedua menafsirkan tingkah laku sosial individu dari sudut ekonomi semata. Koperasi melihat individu sebagai sosok yang utuh sebagai mahluk budaya yang menurut Prof. Hans Jurgen Seraphim disebut sebagai homo cooperativus dan oleh Bung Hatta sebagai insan koperasi . Secara umum harus diakui bahwa dalam gerakan koperasi nilai-nilai ini mengalami erosi dan me1emah oleh geseran-geseran yang terkait dengan meningkatnya kadar individualisme dan materialisme dalam persepsi budaya masyarakat yang oleh sementara fihak disebabkan oleh mengglobalnya dan dominasi paham kapitalisme apalagi setelah komunisme yang merupakan penghalang utamanya terpuruk. Bagi bangsa-bangsa Timur masalah nilai yang merupakan inti dari budaya yang dianutnya memperoleh tempat yang lebih penting dari pada bangsa-bangsa Barat yang sifatnya lebih pragmatis. Indonesia menerima koperasi yang lahir di Barat sebagai organisasi ekonomi yang mengandung nilai-nilai berwatak sosial yang dapat dipadukan dengan kerjasama sosial seperti gotong- royong dan kekeluargaan sebagai bagian dari budaya suku-suku bangsa di Indonesia. Jepang sendiri menyatakan mengapa koperasi disana dapat berkembang dengan kuat karena koperasi mengandung nilai serasi dengan budaya Jepang. Prinsip-prinsip koperasi sebagai unsur ketiga jatidiri koperasi merupakan pedoman dalam melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam 20 praktek. Hal ini menunjukkan betapa esensialnya nilai-nilai dalam kehidupan perkoperasian dimana nilai-nilai yang dianutnya harus benar- benar tercermin dalam praktek perkoperasian. Hakekat koperasi ditentukan oleh konsistennya pelaksanaan prinsip-prinsip ini. Meskipun jatidiri koper as i s e c a ra utuh merupakan pembeda terhadap bangun p e rusahaan yang lain , akan te t ap i prinsip - p r insip koperasi yang m e rupakan bagiannya merupakan sar ana yang praktis untuk mengenal benar a t a u tidakn ya koperasi. Pr i nsip-prinsip koperas i ada lah pedoman k e rja sehari - hari dari koperasi yang sekaligus penjabar dan pe nterj e m a h da ri nil a i-ni lainya . Da ri pelaksana an pri nsip- pr insi p te rs ebut k ita m engetahui bahwa kope rasi adalah l embaga yang tidak bebas nilai dan penerapan prin sip-prinsi p sekal i gus juga pe l aksanaan n i la i- n i la i te rs eb ut . Gambar 3 di bawah ini menunjukkan kerangka analisis dari model yang dibangun prinsip-prinsip koperasi menjadi jatidiri. Gambar 3. Prinsip Koperasi Menjadi Jatidiri Kepedulian terhadap masyarakat JATI DIRI KOPERASI KSPKOPDIT Partisipasi anggota dlm kgt ekonomi Otonomi dan kemandirian Kerjasama antarkoperasi Pendidikan, pelatihan, dan penerangan Pengawasan demokratis oleh anggota Keanggotaan yang sukarela dan terbuka 21 Da l am kenyataannya memang ti dak selalu m u dah dal a m pengeterapan p r insip - pr i nsip te r sebut, t i da k hanya di Indonesia , tetapi juga di se lu r u h dunia. Ka la u kita mencoba membuat deretan koperasi - koperasi di dunia dalam pembandingan pengeterapan prinsip-prinsip t e rsebut , maka negara-negara berkemb a ng , termasuk Indonesia , berada dalam posisi yang buruk . Me s k i p un tidak semua pr i nsip dapat d i laksanakan sama int e nsnya, ak a n tetapi koperas i koperas i di negara maju telah m elak s a na k an dengan kesadar a n yang mendekati kondisi y a ng ideal proximity , tanpa mengu r angi kenyataan bahwa diant a ra koperasi-kope r as i yang ada , te r jadi pula penyimpang a n - penyimpangan . Ku l tur ilmiah , tingkat pendidikan , semangat untuk maju , etos kerja , tatanan sosial yang d e mokratis , sarana hukum d an b i ro k ras i yang mantap telah membuat sistem kope r a si be r fungs i dalam tata ekonomi yang ada d i Indone si a mi sa l nya , si stem kope r asi da pat dikata , kan t i dak be r fungsi dengan baik , karena kon d i si seper ti di negara maju belum k i ta mil i k i . Sebenarny a dengan kondisi-kondis i eksternal yang ada pada waktu lalu mau, pun sekarang i n i, sistem koperasi sebenarnya d ap a t dibuat berfungsi , anda i kata para pemilik dan peman gku kepenti ngan stakeholders seperti gerakan koperasi, pe mer i ntah, lembaga-lembaga dan tokoh masyarakat, per gur uan tinggi bers e dia berbuat sesuatu dengan komitmen un tuk mem ba ng un koperasi secara baik dan benar . Lan gk ah -l angkah ke a r ah itu memang sudah ada , akan tetapi s if atnya pada um u mnya masih terbatas pada wacana den gan substansi makro yang seringkali berwarna politik, ta npa dilengkapi dengan pembangunan institusi maupun ka pasitas nya . Per lu disadari bahwa koperasi pada hakikatn ya ad alah lem baga mikro . Seperti yang telah diketahui , Prinsip-prinsip Koperasi adalah garis- garis penuntun bagi pelaksanaan nilai-nilai koperasi . Untuk mencegah jangan sampai Prinsip-prinsip Koperasi sebagai garis-garis penuntun 22 atau pemandu kegiatan koperasi larut dan hilang dalam proses itu, maka Prinsip - prinsip Koperasi harus digunakan sebagai metode mekanisme katalistik sebagaimana diusulkan oleh Sonja Navkovic . Dalam hubungan itu, maka prosesnya harus berjalan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai koperasi harus merupakan inti tujuan jangka panjang organisasi, kalau koperasi ingin survive sebagai koperasi . Tujuan jangka panjang ini harus mencakup maksud pada waktu koperasi didirikan , ialah tujuan bersama dari para anggota, apakah itu kebutuhan-kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya . Karena Prinsip- prinsip Koperasi merupakan garis pemandu untuk melaksanakan nilai - nilai, maka p r insip - prins i p tersebut harus dipegang teguh dan digunakan secara konsisten dalam menjalankan perusahaan. 2. Koperasi-koperasi yang sudah maju dan mampu memperoleh tempat yang kuat dalam pasar, kekuatan-kekuatan pasar cenderung mendomini r pendekatan berdasarkan nilai - nilai koperasi . Kecenderungan ini terjadi karena adanya trade-off antara tingkat perkembangan koperasi di satu pihak dan jangkauan tekanan pasar di lain pihak. Dalam menghadapi masalah seperti itu, maka koperasi harus mampu membuat Prinsip-prinsip Koperasi menjadi mekanisme katalistik . Dengan demikian dapat tercipta mekanisme wajar , diterima oleh semua anggota dan transparan bagi mereka, dan sekaligus mendorong manajer untuk mendukung aspirasi anggota - anggota serta memantau pelaksanaannya. 3. Proses membangun mekanisme katalistik adalah proses yang terus menerus dan berkelanjutan, harus selalu diperbaharui dan terbuka bagi perubahan sepanjang waktu, membuka kesempatan kepada para anggota untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya tentang tujuan-tuju a n k operasi mereka serta mempertahankan apa yang dianggap sebagai hal yang berharga bagi mereka. Seluruh jajaran organisasi harus mempunyai rasa keterikatan dan 23 kepentingan terhadap tujuan-tujuan organlsasl . 4. Dalam hal mengangkat seorang manajer, pengurus harus secara sungguh-sungguh memilih orang yang tepat dan benar. Koperasi harus berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya dan manajer diharuskan untuk mematuhi proses pemeliharaan prinsip tersebut . Manajer harus mampu memberikan motivasi kepada para anggota , karyawan dan semua harus terlibat dalam upaya mensukseskan koperasi. Pengurus bersama manajer harus membuat supaya proses, penentuan tujuan, dengan membangun dan menyempurnakan mekanisme katalistik kelembagaan. 5. Supaya koperasi sebagai perusahaan dapat berjalan efektif diperlukan langkah-langkah sebaga i berikut : a. Melibatkan anggota - anggota untuk merumuskan mendefinisikan maksud dan nilai-nilai yang diutamakan secara demokrat i s. b. Membahas be r sama Prinsip - Prinsip Koperasi yang disesuaikan dengan persyaratan mekanisme katalistik yang secara otomatis mengantar strategi ke arah pencapaian tujuan - tujuan . c. Melembagakan proses , untuk memastikan adanya kajian ulang secara teratur , misalnya tahunan , dan memberi kesempatan masalahnya berkembang antar - waktu . Mekanisme katalistik harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem built - in , yang me r upakan pemicu otomatis untuk mengawetkan jatidir i , tujuan - tujuan, budaya dan keanggotaan . 6. Koperasi harus menggunakan pengukuran keberhas i lannya sendiri . Sebuah perusahaan m i lik i nvestor uang memiliki mandat tunggal yang pasti : maksimalisasi laba, sedangkan perusahaan koperasi sasarannya adalam multi - dimensional . Oleh karena itu proses untuk menetapkan sasaran-sasaran tersebut yang tidak 24 harus sama bag i semua koperasi, harus menggunakan nila i - n i lai dan tujuan-tujuan organisasi sebagai platformnya . Koperasi tidak dapat mengukur keberhasilannya dengan sekedar menghitung pengembalian menurut aset return on assets atau pengembalian menurut investas i return on investments . Harus ditetapkan unsur- unsur penting sesuai dengan tujuan-tujuan koperasi melaluiproses konsesnsus dalam menyepakati perangkat indicator- indicator yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan koperasi. 2.5. Kerangka Konseptual Pembangunan Koperasi 2.5.1. Peran Strategis