6-1711,-1.+.
data Miles dan Huberman, 1992. Reduksi atau seleksi data merupakan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Sementara penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan penarikan kesimpulan. Selanjutnya
Miles, dalam Mileong 2000 juga mengungkapkan hal yang sama. Studi ini menggunakan metode deskriptif, kualitatif dan kuantitatif. Metode
deskriptif terdiri dari metode identifikasi yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua informasi dan data terkumpul yang didasarkan atas fokus studi yang telah
disebutkan di atas. Identifikasi sederhana dilakukan berdasarkan point-point penting dan hal-hal yang menarik maupun kesamaan informasi maupun pandangan narasumber.
Metode kategorisasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan hasil identifikasi yang disandingkan dalam sebuah matriks yang didasarkan fokus studi serta sumber informasi.
Kategorisasi juga dilakukan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja logis. Metode interpretasipenafsiran, yang dilakukan setelah pengaitan antar data, interpretasi juga
dilakukan dengan disertai teori yang relevan. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif, melalui metode analisis yang dipilih, tim peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat
mempunyai kekuatan argumentasi didasarkan data yang diperoleh di lapangan. Memperhatikan ruang lingkup pemeringkatan yang merupakan upaya untuk
mengetahui posisi daerah dalam pembangunan koperasi, studi ini menggunakan metode kuantitatif berdasarkan skala rasio dalam bentuk indeks. Berdasarkan pengalaman
berbagai lembaga nasional dan internasional, pemeringkatan selalu menggunakan metode indeks Bowen et al., 2004.
3.5. Indikator Pembangunan
Indikator yang digunakan dalam kajian ini merupakan representasi mikro pada level koperasi dan agregat pada level regional dan nasional. Pengelompokan indikator
dilakukan terlebih dahulu dari diskusi dan tulisan sebelumnya oleh Asdep Urusan Penelitian Koperasi pada awal tahun 2007. Kebijakan pengembangan koperasi oleh Kementerian
Negara KUKM juga selalu menonjolkan aspek kelembagaan dan usaha untuk melihat keberadaan dan statistik perkoperasian. Dalam studi ini digunakan kelompok indikator awal
tersebut. Indikator-indikator tersebut dikelompokkan atas indikator-indikator pembangunan koperasi dan pembangunan wilayah dan nasional.
3.6. Prinsip Pemeringkatan Daerah
Sebagai upaya untuk mengetahui posisi daerah, studi pemeringkatan daerah ini mencakup beberapa prinsip, yakni :
6-1711,-1.+.
3.6.1. Hubungan Integratif
Adanya hubungan integratif antara pembangunan koperasi daerah dengan nasional, pembangunan daerah dengan pembangunan nasional, pembangunan koperasi
dengan pembangunan daerah dan nasional.
3.6.2. Transparansi dan Obyektifitas
Tranparansi dan obyektifitas dalam assesment pemeringkatan, dengan pengertian bahwa dilakukan secara terbuka, jelas, rasional, dan dapat dipertanggung-jawabkan secara
ilmiah dalam pengukuran indikator.
3.6.3. Berbasis Daerah
Produk pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi berbasis daerah. Artinya, proses dan hasilnya merupakan kepentingan daerah, gerakan koperasi, dan
masyarakat setempat.
3.6.4. Tidak Bersifat Tetap
Tingkat peringkat dari satu daerah tidak bersifat tetap, melainkan dapat berubah sesuai dengan perkembangannya, karena peringkat suatu daerah akan ditentukan oleh
kinerja daerah itu sendiri.
3.6.5. Terukur
Upaya pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi juga dimaksudkan sebagai alat monitoring dan evaluasi. Prinsip dasar dalam monitoring dan evaluasi adalah
keterukuran setiap indikator. Oleh karena itu indikator dalam pemeringkatan ini harus terukur measurable.
3.7. Mekanisme Pelaksanaan
Sesuai dengan output dan outcome pekerjaan yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja maka mekanisme pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut
Gambar 6.
3.7.1. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan pembahasan dan penyempurnaan kerangka acuan, serta penyusunan dan pembahasan Desain Kajian. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah
melakukan mobilisasi tenaga ahli. Selanjutnya, Team Leader dan para Tenaga Ahli melakukan diskusi untuk dapat memahami lingkup yang menjadi tugas pekerjaan ini.
6-1711,-1.+.
Sesudah dipahami maksud dan tujuan pekerjaan ini, pada tahap ini akan dilakukan juga pengembangan metodologi pekerjaan Desain Kajian, yang diikuti dengan
menyusun jadwal pelaksanaan pekerjaan, menyusun persiapan untuk melakukan survey lapang, focus group discussion FGD, serta tahapan lainnya. Seiring dengan hal tersebut,
juga sudah dimulai proses koleksi data, mengkaji literatur tahap awal serta proses penyusunan Desain Kajian. Pada tahap ini juga dilakukan pembahasan dan
penyempurnaan Kerangka Acuan Kerja TOR, serta pembahasan Desain Kajian.
+,-.011.21-1311, +,41..1.
6-17
6-1711,-1.+.
Gambar 6. Mekanisme Pelaksanaan Studi Model Pemeringkatan Daerah dalam Pembangunan Koperasi
TAHAP PERSIAPAN TAHAP PERSIAPAN
TAHAP SURVEY LAPANGAN TAHAP SURVEY LAPANGAN
INVENTARISASI DATA, FGD, ANALISIS INVENTARISASI DATA, FGD, ANALISIS
ANALISISEVALUASI ANALISISEVALUASI
UJICOBA UJICOBA
ANALISIS ANALISIS
EVALUASI EVALUASI
+,- .,-,,
012 +,-
.,-,, 012
3,-4 52-467
3,-4 52-467
73816 ,6923
73816 ,6923
6:3,-46,,;,- 6:3+,83=
+ +
, -,
. ,
-, .
,01234 ,01234
,01234 54-
54- 54-
7:-4.75,-1,, 7:-4.75,-1,,
7:-4.75,-1,, 6? :?
6 7+?,??
:? -.01 3?
, ? 7?1? -
7+?,?? 6? :?
6 7+?,??
:? -.01 3?
, ? 7?1? -
7+?,??
1,, -+
-4 640
+, 1,,
1,, -+
-+ -4
-4 640
640 +,
+, +-,
+,+ -
6,37 +-,
+-, +,+
+,+ -
- 6,37
6,37 0.+80
,77 0.+80
,77
7? 2? 7??
7?? 7++?
7?? . 7??
7? 2? 7??
7?? 7++?
7?? . 7??
3?2?? 2? 7??
3?2?? 7++?
3?2?? . 7??
3?2?? 2? 7??
3?2?? 7++?
3?2?? . 7??
+, +,
6+-3 64
-7-36 640
+, 6+-3
64 -7-36
640 +,
060, -+
3 640
-7-36 -4
++6 060,
-+ 3
640 -7-36
-4 ++6
903 903
LAPORAN RISET DISAIN :03
:03 9;03
9;03 =;03
=;03 LAPORAN INTERIM KEMAJUAN
KONSEP LAPORAN AKHIR LAPORAN AKHIR
6-1711,-1.+.
3
3.7.2. Tahap Survei
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan bahan-bahan baik pada tingkat pusat maupun daerah. Dalam tahapan ini juga sudah termasuk laporan interim atau
kemajuan pekerjaan. a. Pengumpulan Data Instansional
Tahapan ini untuk mengumpulkan informasi makro dari instansi-instansi Kementerian Negara KUKM, Dinas Koperasi dan UKM, serta instansi-instansi
lainnya yang terkait Dekopin Propinsi, Kadin, gerakan koperasi. b. Pengumpulan Data Observasi
Survai lapangan dilaksanakan terutama dalam rangka pengumpulan data primer. Karena lingkup studi adalah propinsi maka sumber data adalah Kementerian
Negara KUKM, Dinas KUKM Propinsi, Bappeda, dan BPS. Pengumpulan data primer tersebut akan dilakukan dengan wawancara dengan bantuan kuesioner.
3.7.3. Tahap Uji Coba
Tahap uji coba disebut juga uji sahih adalah mekanisme untuk menguji indikator dan model.
3.7.4. Tahap Analisis dan Evaluasi
Tahap analisis dan evaluasi ini mencakup hasil uji coba terhadap indikator dan model.
3.8. Proses Penyelesaian Studi
Pekerjaan ini dilaksanakan berdasarkan pendekatan proses. Tahapan proses tersebut terdiri dari studi kepustakaan, pra survei, temu pakar, focus group discussion
FGD, dan uji sahih.
3.8.1. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dimaksudkan untuk mengetahui teori perkoperasian dan pembangunan daerah supaya dapat dibangun kerangka analisis, khususnya indikator dan
model. Studi pustaka desk study merupakan suatu metode pengumpulan data berupa laporan-laporan studi terdahulu, paper atau makalah, serta data sekunder yang dibutuhkan
dalam mendisain riset, serta menganalisis hasil studi. Studi pustaka terkait dengan berbagai sumber informasi tentang pembangunan koperasi serta latar belakang teoritis yang
mendasari pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi.
6-1711,-1.+.
4
3.8.2. Pra Survei
Pra survei dilaksanakan untuk mengetahui kondisi lapangan sebelum dilaksanakan survei, agar dapat disusun rancangan studi yang lebih tepat, mengkoordinasi lapangan
dengan pihak-pihak terkait untuk mendapatkan informasi awal. Pra survei dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu Makassar dan Medan.
3.8.3. Temu Pakar
Agar pelaksanaan pekerjaan ini dapat menghasilkan keluaran seperti yang diharapkan, Tim Studi mengupayakan mendapatkan masukan dari pakar yang terkait
dengan pekerjaan ini. Temu pakar melibatkan unsur perguruan tinggi, lembaga pemerintah, gerakan koperasi, pengamat dan peneliti perkoperasian. Temu pakar diaksanakan pada
tanggal 24 Juli 2007 yang antara lain dihadiri oleh Drs. Revrisond Basir, M.Sc Pusat Pengkajian Ekonomi Kerakyatan UGM Jogyakarta, Drs. Oentarto Sindung Peneliti
Otonomi Daerah, Departemen Dalam Negeri Jakarta, Drs. Suprianto, M.Sc Badan Pusat Statistik Jakarta.
3.8.4. Focus Group Discussion
Tahap ini merupakan tahapan akhir seleksi untuk menentukan indikator pemeringkatan, dan pembobotan indikator. FGD diikuti oleh 35 orang pemangku
kepentingan yang berasal dari Gerakan Koperasi INKUD, IKPRI, IKPI, IKSP, INKOPPOL, KOPINDO, INKOPINKRA, INKOPPAS, KSP KODANUA, Lembaga Pemerintah Kemenneg
KUKM Jakarta, Dinas KUKM Daerah Banten, Bogor, Depok, DKI Jakarta, BPS, Depdagri Jakarta, Perguruan Tinggi IPB, UIN, UI, IKOPIN, Peneliti, Pemerhati Koperasi, dan
Lembaga Koperasi lainnya lihat Lampiran 3.
3.8.5. Uji Sahih
Hasil pembahasan pada proses sebelumnya menghasilkan indikator dan model pemeringkatan wilayah dalam pembangunan koperasi. Uji sahih juga dilakukan untuk
mengetahui kesiapan daerah mencakup data, kesiapan dinas dan lembaga terkait dalam pelaksanaan pemeringkatan, kebijakan dan peraturan yang mendukung, dan kendala-
kendala yang dihadapi. Indikator dan model dalam studi ini diujisahihkan di lima propinsi, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.
56-1711,-1.+.
8 8
8 8
149: 149:
149: 149:
; ;
; ;
1,41-1. 1,41-1.
1,41-1. 1,41-1.
,, ,,
,, ,,
4.1. Perkembangan Koperasi Nasional
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah, salah satu bidang yang diharapkan dapat memberikan kontribusi positif adalah koperasi.
Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang telah mendapat tempat sebagai salah satu pilar ekonomi, diharapkan dapat memenuhi harapan tersebut. Pemerintah baik pusat
maupun daerah dalam upaya mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan, terus mendorong pemberdayaan ekonomi rakyat melalui koperasi.
Dalam upaya memberdayakan koperasi, pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah telah berupaya mendapatkan dukungan
ketersediaan data yang akurat dan aktual yang menggambarkan kondisi yang sebenarnya dilapangan. Secara nasional, beberapa data tentang perkembangan perkoperasian di
Indonesia disajikan pada Tabel 1. Data tersebut menunjukkan bahwa secara nasional jumlah unit usaha koperasi
cukup besar dengan jumlah anggota 27.04 juta orang, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 307.648 orang. Jika jumlah koperasi terus bertumbuh dan penyerapan
tenagakerja terus meningkat maka harapan pengurangan pengangguran dan pengentasan kemiskinan masyarakat yang diemban koperasi dapat terwujud.
Perkembangan koperasi pada beberapa tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Namun pada beberapa daerah koperasi mengalami perkembangan yang cepat.
Hal ini menunjukkan pada daerah potensial dimana koperasi dapat tumbuh dan berkembang, peran koperasi makin besar dalam meningkatkan baik produksi maupun
income masyarakat serta memberikan kontribusi nilai tambah dalam ekonomi dan pembangunan wilayah. Untuk melihat bagaimana perkembangan koperasi di daerah, pada
Tabel 2 disajikan data persentase perubahan beberapa indikator utama koperasi tahun 2004 – 2005.
56-1711,-1.+.
Tabel 1. Keragaan Umum Koperasi Berdasarkan Propinsi, Tahun 2005
+,-.0 12314
15 6774
895 1:;
+ +
,-.- 010
+2++ 1+
3 ,-.456
+ 30
11 11
33 785-
22 21
13 95.48
2 2
3033 +
30+ 1
,-.:; 33
2 31
3+ =;? --
+ +3
1 13
5.-? 2
00 0333
2 2+
+ =54;
1 11
++3 2
;785- 1
2+3 22+02
01 95 565
1 13
0+101 03
95456 21
121 33
3001 3
95;? 3
+0 3+11
31+1 ?5
233 010
3 03
958. 30
31 01+30
310 02
1 =5;
1 00
3 12
=58 +
12 102
03+ 23
= +
20+3 12
+ 1
10 30
0+ 32
2 5456
320 011
3+3 5;?
+1 022
003 5:;
3 +31
+3 333
3 58.
3 33+
3+1 30
13 ,--
+ 1+3
01 ,-;?
2 31
3 00
13 1
,-:; 3
1 +0+
3+ ,-65
2 1+
013 03
1+ 65
10 21
00 2
+ ,-456
+ 1
+ 32
5- - 3
132 +
133 3
+5-5 2
13 310
321 3
5- 022
2 32
3+2 33
685=565 +
22 122
2 2
+,-.0 =
? =?
= Sumber: Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2007
56-1711,-1.+.
Tabel 2. Perkembangan Umum Koperasi Berdasarkan Beberapa Indikator Per Propinsi, Tahun 2004 – 2005.
dalam persentase No
Propinsi Jumlah
Kop. Jumlah
Anggota Jumlah
RAT Penye-
rapan TK
Modal Sendiri
Modal Luar
Volume Usaha
SHU 1
N A D 3,62
6,17 12,36
22,18 36,02
16,83 19,79
13,05 2
Sumut 4,18
3,39 4,43
4,05 22,48
83,34 50,88
45,98 3
Sumbar 4,49
0,30 13,33
3,17 78,64
14,92 17,04
9,25 4
Riau 2,22
3,51 3,64
11,09 17,87
8,61 27,76
6,06 5
Jambi 8,31
2,39 13,01
17,13 645,06
4,75 23,24
47,63 6
Sumsel 5,07
24,44 1,00
18,65 40,99
22,35 19,68
88,49 7
Bengkulu 5,02
36,30 30,91
14,47 407,10
123,37 89,48
0,23 8
Lampung 4,18
4,44 6,90
1,57 4,74
3,55 3,09
4,50 9
Babel 30,56
3,89 11,98
0,63 173,44
62,66 293,32
694,17 10
Kep. Riau 6,63
26,34 -
60,32 36,74
33,87 -
53,23 11
DKI Jakarta 0,30
0,02 4,07
0,86 0,08
0,39 29,22
3,79 12
Jabar 4,57
3,81 12,51
12,94 36,22
10,92 19,93
22,33 13
Jateng 3,45
13,97 1,08
12,28 24,93
10,58 6,40
12,31 14
Yogyakarta 2,10
0,27 3,14
6,73 26,86
8,43 41,41
30,44 15
Jawa Timur 1,83
4,60 6,37
15,94 7,66
9,87 5,04
9,08 16
Banten 2,28
4,48 5,06
0,66 3,20
1,94 48,62
27,70 17
Bali 9,46
13,94 33,06
22,57 27,15
112,29 149,43
37,49 18
NTB 3,39
3,12 2,09
6,12 14,50
20,80 0,29
43,91 19
NTT 1,61
0,64 8,34
- 37,23
1,00 44,46
87,55 20
Kalbar 1,33
0,21 26,35
- -
0,00 -
- 21
Kalteng 0,11
1,33 13,68
62,64 19,55
60,07 28,16
9,43 22
Kalsel 4,07
1,57 1,58
1,21 11,80
22,83 39,76
122,01 23
Kaltim 2,63
2,87 4,37
0,82 65,19
6,57 8,72
176,33 24
Sulut 2,75
5,53 33,09
23,31 2,67
4,70 8,86
6,68 25
Sulteng 1,50
4,00 10,86
1,79 1,66
32,40 3,78
5,78 26
Sulsel 5,74
6,50 9,20
8,34 4,98
3,68 0,41
2,50 27
Sultra 6,89
5,19 7,08
41,11 40,79
16,08 4,96
58,57 28
Gorontalo 4,27
0,42 14,85
0,08 0,04
0,02 0,18
44,89 29
Sulbar 5,37
6,16 11,87
1,76 1,46
11,52 38,65
43,34 30
Maluku 11,72
7,70 10,90
3,87 74,72
48,33 16,63
20,71 31
Papua 1,42
3,28 13,50
1,45 4,47
4,53 15,58
9,61 32
Malut 12,24
4,72 78,43
15,12 13,83
6,98 10,26
18,96 33
Irja Barat 32,05
19,55 -
- 0,31
1,29 -
3,77 Jumlah
3,24 0,86
1,73 6 ,99
23,74 7,59
8,45 1,57
Keterangan : angka menunjukkan perkembangan menurun. Sumber : Bagian Data – Biro Perencaan dan Data, Kementerian Negara KUKM, 2007
Website : www.depkop.go.id
; E-Mail : datindepkop.go.id
56-1711,-1.+.
Data pada Tabel 2 di atas menunjukkan umumnya semua propinsi mengalami peningkatan jumlah koperasi, kecuali Kepulauan Riau dan Sulawesi Selatan. Peningkatan
yang besar terjadi pada propinsi Bangka Belitung dan Irian Jaya Barat masing-masing sebesar 30.56 dan 32.05. Peningkatan jumlah anggota koperasi yang cukup besar
terjadi pada propinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau masing-masing sebesar 36.30 dan 26.34. Kepulauan Riau dan Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan penyerapan
tenagakerja terbesar selama tahun 2004 – 2005 masing-masing sebesar 60.32 dan 41.11. Pada permodalan baik modal sendiri maupun modal luar, beberapa propinsi
menunjukkan peningkatan sangat besar mencapai ratusan persen, diantaranya propinsi Jambi mencapai kenaikan modal sendiri 645.06, Bengkulu naik 407.10 modal sendiri
dan 123.37 modal luar, dan Bangka Belitung naik 173.44 modal sendiri. Perkembangan jumlah outputvolume usaha koperasi pada beberapa propinsi
pada tahun 2004 – 2005 menunjukkan peningkatan yang tinggi. Propinsi Bangka Belitung mengalami peningkatan volume usaha hingga mencapai 293.32, demikian juga Bali
sebesar 149.43. Pada nilai Sisa Hasil Usaha SHU yang menunjukkan sejauhmana produktivitas dari sebuah koperasi, propinsi Bangka Belitung mencapai kenaikan SHU
hingga 694.17, dan Kalimantan Selatan mencapai 122.01. Data ini menunjukkan koperasi pada kedua propinsi tersebut mengalami peningkatan produktivitas sangat besar.
Data pada Tabel 2 di atas secara keseluruhan menunjukkan bahwa koperasi pada masing-masing propinsi masih menunjukkan perkembangan terus meningkat baik jumlah,
anggota, permodalan, penyerapan tenagakerja, volume usaha, maupun SHU. Peningkatan yang mencakup jumlah koperasi, jumlah anggota, dan penyerapan tenagakerja
menunjukkan koperasi makin merakyat sebagai unit usaha yang menghidupi sejumlah besar penduduk. Peningkatan dalam permodalan merupakan wujud bergeraknya bisnis
koperasi menuju penguatan usaha untuk berkompetisi secara terbuka didalam ekonomi nasional menuju efisiensi. Peningkatan pada outputvolume usaha dan SHU menjadi
indikasi peningkatan kinerja dan produktivitas bisnis serta berkontribusi pada peningkatan income masyarakat.
4.2. Perkembangan Koperasi Propinsi Sampel