56-1711,-1.+.
wilayah itu memainkan peranan sebagai pendukung strategi pembangunan yang berorientasi ke dalam. Landasan penerapan strategi ini adalah kondisi dan potensi wilayah-
wilayah pada umumnya di negara-negara berkembang yang merupakan penghasil produk atau komoditas sektor primer sektor pertanian dalam arti luas, meliputi sub-sub sektor
pertanian tanaman pangan, perkebunan peternakan, perikanan dan kehutanan. Posisinya dalam perdagangan nasional dan internasional menjadi relatif lemah menghadapi
persaingan masuknya barang-barang industri dari luar wilayah. Dalam jangka panjang nilai tukar produk sektor primer lebih rendah dibandingkan produk sektor industri. Harga produk
industri naik lebih cepat dibandingkan produk primer, oleh karena itu perlu dikembangkan pembangunan sektor industri kecil dan menengah untuk menggantikan barang-barang
industri yang didatangkan dari luar wilayah. Strategi pembangunan berorientasi ke dalam disebut pula sebagai strategi substitusi impor import substitution.
Sebaliknya strategi pembangunan yang berorientasi ke luar menganggap bahwa perdagangan ke luar wilayah merupakan motor pertumbuhan. Perekonomian di dalam
wilayah dikembangkan ke arah pembangunan industri kecil dan menengah untuk melayani pasar di luar wilayah. Barang-barang diproduksi dengan biaya murah karena
potensi sumberdaya yang dimiliki relatif besar sehingga wilayah yang bersangkutan mempunyai daya saing yang tinggi. Keuntungan perdagangan ke luar wilayah dapat
digunakan untuk membayar pembelian barang dari luar wilayah.
E. Strategi “Kebutuhan Pokok” Basic Needs Strategy
Strategi kebutuhan pokok muncul karena kegagalan pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan selama sekitar lima dasawarsa yang lalu ternyata tidak berhasil
mengentaskan kemiskinan lapisan masyarakat bawah. Di lain pihak dapat dikemukakan bahwa manfaat pertumbuhan ekononi tidak menetes ke bawah, dan hanya dinikmati oleh
lapisan masyarakat menengah dan atas yang umumnya berada di daerah perkotaan dan pusat pertumbuhan, dan tidak menyebar ke lapisan masyarakat bawah yang berada baik di
daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah dan ke seluruh lapisan
masyarakat miskin dengan menerapkan strategi kebutuhan pokok untuk mencapai sasaran pembangunan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Secara konseptual, kebutuhan pokok meliputi dua unsur utama yaitu 1 kebutuhan minimum keluarga untuk konsumsi pribadi yang meliputi pangan dalam jumlah
yang memadai, sandang, dan papan yang memadai, dan 2 pelayanan penting yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti air bersih, listrik, sanitasi,
pengangkutan umum, kesehatan dan pendidikan.
56-1711,-1.+.
Setiap stratregi pembangunan ekonomi yang diuraikan di atas pada dasarnya menekankan perhatiannya kepada pentingnya pencapaian kemajuan ekonomi untuk
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah dan antar wilayah. Penerapan masing-masing strategi pembangunan tersebut harus disesuaikan dengan potensi kondisi, dan tingkat
perkembangan dari masing-masing wilayah yang bersangkutan.
2.1.3. Kerangka Pembangunan Koperasi
2.1.3.1. Ciri dan Prinsip Koperasi
Koperasi mempunyai ciri khusus yang fungsinya sangat penting dalam kehidupan perkoperasian. Ciri khusus inilah yang membedakan koperasi dengan organisasi
perusahaan lainnya. Pakar koperasi Professor Hans H. Muenkner dari Universitas Philipps, Marburg, Jerman, menyatakan bahwa ciri khusus koperasi menjadi pola hukum
perkoperasian. Menurut Prof. Muenkner 1998, ciri khusus koperasi adalah swadaya, jumlah anggota yang berubah, perusahaan yang dibiayai dan diawasi bersama, dan
tujuannya meningkatkan kepentingan anggota. Ciri swadaya mencerminkan pengelolaan sendiri oleh anggota sehingga setiap anggota berhak ikut serta dalam kepengurusan
koperasi, bertanggungjawab sendiri dalam hal kesinambungan keberadaan koperasi dan akibat yang timbul dari kegiatan koperasi. Jumlah anggota yang berubah mencerminkan
keterbukaan bagi yang memiliki kepentingan yang sama atau altruisti. Ciri perusahaan yang dibiayai dan diawasi bersama mencerminkan ciri pengurusan dan tanggungjawab
bersama. Ciri tujuan peningkatan kepentingan anggota mencerminkan promosi anggota melalui pengurus dan manajer koperasi.
Berdasarkan ciri-ciri khusus koperasi tersebut, koperasi mempunyai prinsip atau azas yang secara universal telah dirumuskan oleh International Cooperative Alliance ICA
pada kongres ICA tahun 1930 di Vienna. Prinsip-prinsip koperasi adalah keanggotaan, sukarela dan terbuka. Kontrol demokratis melalui satu anggota satu suara SASS,
sukubunga terbatas atas kapital, dividen atas pembelian, netral dalam poltik dan agama, pembayaran tunai dalam pembelian dan penjualan, dan memajukan pendidikan. Prinsip-
prinsip ini diadopsi dari koperasi konsumsi Rochdale yang sangat berhasil di Jerman sehingga disebut sebagai Rochdale Pioneers Watkins, 1986. Di berbagai negara prinsip-
prinsip koperasi disesuaikan dengan karakteristik negara. Di Indonesia, prinsip-prinsip koperasi hampir sama dengan Rochdale Pioneer dengan penyesuaian pada suku bunga
terbatas atas modal menjadi pembagian keuntungan koperasi menurut jasa anggota. Atas dasar ciri dan prinsip koperasi, para ahli, pengamat, dan praktisi koperasi
meyakini bahwa koperasi akan mampu menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia untuk mencapai cita-cita kemerdekaan. Ciri dan prinsip koperasi Indonesia mendasari