56-1711,-1.+.
ProvinsiKabupaten Kota Koperasi. Permen nomor 062006 dikeluarkan untuk menyemarakkan peringatan Hari
Koperasi setiap tanggal 12 Juli. Kebijakan ini lebih merupakan kontes antar koperasi yang juaranya diberikan Koperasi Award. Permen 032007 bertujuan untuk meningkatkan peran
pemerintah daerah dalam pemberdayaan koperasi. Dari sisi tujuannya, kebijakan ini secara normatif cukup menjanjikan peningkatan peran, tetapi esensi kebijakan ini lebih
pada kontes antar daerah untuk memperoleh award juga. Permen 032007 telah mengatur penilaian sebanyak 19 variabel, yakni kelembagaan koperasi, keanggotaan koperasi,
penyerapan tenagakerja, penyebaran koperasi aktif per kecamatan, penilaian koperasi berprestasi, koperasi berkualitas, modal sendiri, volume usaha, sisa hasil usaha, modal luar
koperasi, asset, struktur permodalan, kesehatan KSPUSP, kontribusi koperasi dalam PAD, animo dan peran serta masyarakat berkoperasi di desa tertinggal, kontribusi koperasi
terhadap pengembangan kualitas lingkungan, representasi perempuan dalam manajemen, kerjasama antar koperasi dan badan usaha lain, dan akses pembiayaan koperasi pada
bank pembangunan. Kebijakan tersebut kalau untuk tujuan kontes cukup memadai. Namun untuk
kepentingan pembangunan, secara prinsip dan metodologis masih perlu dipertanyakan. Kelemahan penilaian terletak pada tujuan, variabel, model, dan metode. Tujuan penilaian
lebih pada kontes untuk memperoleh penghargaan. Variabel lebih pada dimensi mikro, belum pada dimensi makro yang mencerminkan pembangunan, skor merupakan penilaian
nominal, dan modelnya tidak integratif. Oleh karena itu penilaian yang mencerminkan keterkaitan pembangunan koperasi dengan daerah masih perlu dikembangkan sehingga
diperoleh kondisi yang merangsang kompetisi antar daerah.
2.1.4. Pilihan Model Pembangunan Koperasi dan Wilayah
Bahasan teori-teori dan empiris baik terhadap pembangunan dan pertumbuhan wilayah maupun pembangunan koperasi yang dijelaskan di atas menghasilkan variabel
atau indikator-indikator pada masing-masing bidang. Variabel atau indikator tersebut merupakan sebuah unit yang digunakan untuk mengukur perkembangan dan kontribusi dari
masing-masing bidang. Selain itu bahasan teori menghasilkan model-model pembangunan wilayah dan koperasi dan strategi serta kebijakan yang dapat diimplementasikan dalam
dunia nyata. Berdasakan bahasan teori dan empiris tersebut, berikut ini diberikan model teoritis pembangunan koperasi dan pembangunan wilayah sebagai sebuah kerangka
berpikir untuk menemukan variabel atau indikator-indikator terukur dalam model pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi.
1. Teori Ekonomi
2. Teori Bisnis Teori dan Prinsip
Koperasi
• Lembaga • Usaha
• Ekonomi Kelembagaan
Koperasi Indikator Utama
• Anggota • Lembaga
• Volume usaha • Permodalan
• Kesempatan
kerja
56-1711,-1.+.
Gambar 4. Model Kerangka Pikir Pembangunan Koperasi
Gambar 5. Model Kerangka Pikir Pembangunan Wilayah 2.1.5. Tinjauan Arti Penting Pemeringkatan
Informasi menyangkut pemeringkatan telah menjadi kebutuhan penting tidak hanya bagi pemerintah tetapi juga swasta. Hal ini terjadi karena perubahan tatanan
perekonomian dunia dewasa ini yang ditandai oleh globalisasi. Implikasi ekonomi dari globalisasi adalah kompetisi. Baik negara maupun perusahaan harus mampu
meningkatkan kemampuan kompetisi agar mampu memainkan peran lebih tinggi dalam perekonomian. Kemampuan negara, perusahaan, dan individu meningkatkan kompetisi
1. Klasik
2. Neo Klasik
3. Keynesian
4. Basis Ekspor
5. Sektoral
6. Struktural
7. Kausasi
Kumulatif 8.
Lokasi dan Aglomerasi
9. Tempat
Sentral 10. Growth Pole
Teori Pembangunan
Wilayah • Model I
• Model II • Model III
• Model IV Model
Pembangunan Wilayah
Indikator Utama • Pendapatan
agregat PDB, PDRB
• Pertumbuhan ekonomi
• Kesempatan kerja • Ekspor
• Investasi • Pemerataan
• Sumberdaya
manusia • Kesehatan
pendidikan • Penduduk
• Dunia usaha • Infrastruktur
• Pembangunan prasarana • Pembangunan seimbang atau
tak seimbang • Keseimbangan daerah
• Orientasi ke dalam dan ke luar • Kebutuhan pokok.
Strategi :
56-1711,-1.+.
sangat tergantung pada pengetahuan menyangkut posisi masing-masing dalam interaksinya baik secara global, nasional, regional, maupun lokal.
Dalam rangka itu pula berbagai upaya pemeringkatan telah dilakukan oleh lembaga internasional dan nasional. The International Management Development IMD
yang berkedudukan di Lausanne, Swiss, setiap tahunnya menerbitkan rating dan pemeringkatan dayasaing negara-negara. The Political and Economic Risk Country PERC
selalu menerbitkan posisi negara-negara dalam hal resiko. The Standard Poor SP dan Moody di Hongkong selalu menerbitkan rating negara-negara dalam bidang finansial.
UNCTAD di Genewa dalam laporan tahunannya dalam buku the World Investment Report WIR memeringkat negara-negara dalam menarik investasi asing FDI setiap tahunnya.
Business Monitor International BMI di Singapura menerbitkan pemeringkatan negara- negara dalam hal resiko ekonomi dan politik. Para pengamat dan pakar juga berupaya
menerbitkan analisis menyangkut posisi perusahaan. Pada tahun 2006, dalam majalah semi ilmiah “Infokop”, Johnny W. Situmorang dkk., telah berupaya memperkenalkan
prototipe model pemeringkatan koperasi berdasarkan cooperative membership dignity di Kabupaten Bandung serta memeringkat propinsi dan sektor perekonomian dalam menarik
PMDN dan PMA berdasarkan Regional Investment Performance Index RIPI. Tidak hanya dalam bidang ekonomi, pemeringkatan dalam bidang politik dan
sosial juga telah menjadi sumber informasi bagi pemangku kepentingan. The Transparency International TI menerbitkan peringkat negara-negara dalam hal korupsi dan transparansi.
Lembaga sumberdaya manusia menerbitkan indeks pembangunan sumberdaya manusia. Lembaga Survei Indonesia LSI menjadi rujukan dalam melihat arah perkembangan politik
dalam pemilihan kepala daerah di Indonesia. Lembaga riset Danareksa dRI juga berusaha menerbitkan rating kinerja perusahaan di Indonesia.
Hasil publikasi setiap lembaga pemeringkat sangat mempengaruhi proses pembangunan. Misalnya, IMD menempatkan Indonesia pada posisi ke-47 dari 49 negara
pada tahun 2002 dalam dayasaing global. BMI menempatkan Indonesia pada peringkat ke-88 dari 131 negara dalam resiko ekonomi serta peringkat ke-87 dari 125 negara dalam
hal resiko politik. Pada tahun 2003, TI menempatkan Indonesia pada posisi ke-122 dari 133 negara dalam hal korupsi. Lembaga dRI menerbitkan rating Indonesia yang lemah
berdasarkan Indeks Kinerja Perusahaan IKP. Para pengambil keputusan segera berreaksi dan mengevaluasi kembali kebijakannya apabila hasil pemeringkatan menunjukkan
posisinya rendah. Disamping itu pula citra negara dan bangsa atau lembaga yang menjadi obyek pemeringkatan sangat terpengaruh oleh hasil pemeringkatan. Bank Mandiri dengan
bangga mempublikasikan hasil pemeringkatan layanan prima oleh MRI Marketing Research Indonesia selama tahun 2003-2006 melalui iklan di Harian Media Indonesia 1
Mei 2007. Peringkat Bank Mandiri naik dari posisi ke-16 tahun 2003 menjadi posisi ke-12
56-1711,-1.+.
tahun 2004, ke-3 tahun 2005, dan ke-2 tahun 2006. Manajemen Bank Mandiri menyatakan bahwa naiknya peringkat Bank Mandiri merupakan persembahan kepada konsumen untuk
selalu memperbaiki dan menyempurnakan layanan kepada nasabah. Hasil pemeringkatan menjadi salah satu faktor penting yang menjadi perhatian bagi negara, perusahaan, dan
lembaga internasional dalam membangun hubungan dengan negara atau lembaga tertentu. Hal itu terlihat jelas pada setiap pertemuan dalam the World Economic Forum WEF dan
the World Social Forum WSF juga dalam forum WTO dan multilateral lainnya, seperti IMF, Bank Dunia, dan forum kerjasama regional.
Kekuatan dari pemeringkatan sangat tergantung pada metodologi. Indikator dan model analisis menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam upaya pemeringkatan. Indikator
tidak hanya menyangkut ekonomi tetapi juga non-ekonomi dan semua indikator harus terukur. Pada umumnya dengan banyaknya indikator yang digunakan dalam
pemeringkatan, metode penentuan akhir yang lazim digunakan adalah metode indeks. IMD misalnya, menggunakan empat indikator yakni aspek bisnis, ekonomi, birokrasi, dan
infrastukrur. Pembangunan sumberdaya manusia, konsumen retensi, cooperative membership dignity, dan lainnya juga menggunakan metode indeks.
Dengan memperhatikan TOR, sangat jelas tercantum dalam masalah dan tujuan studi bahwa indikator dan rumusan model menjadi output dari studi ini. Oleh karena itu
pengembangan indikator yang menyangkut pembangunan koperasi harus sudah jelas terlihat dalam studi ini.
2.2. Ruang Lingkup
Sejalan dengan TOR, ruang lingkup kegiatan mencakup kegiatan itu sendiri, waktu pelaksanaan, dan tahapan kajian. Lingkup kegiatan mengenai inventarisasi pembangunan
ekonomi dan wilayah adalah data dan inventarisasi informasi pembangunan regional dan nasional menurut teori dan praktek pembangunan ekonomi. Menyangkut gambaran
administrasi pemerintahan dan pembangunan adalah informasi kebijakan dan praktek pemerintahan dan pembangunan. Menyangkut perkoperasian adalah informasi mengenai
perkembangan koperasi berdasarkan data agregat propinsi. Menyangkut teknik penetapan peringkat daerah dalam pembangunan adalah dalam proses penetapan indikator dan
model yang melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan. Lingkup kegiatan dikaitkan dengan lokasi maka sesuai dengan perumusan dan
penetapan indikator dan bobotnya, akan dilakukan dua tahapan operasional kegiatan. Tahap Pertama adalah menjaring, menentukan, dan menetapkan indikator dan bobot
indikator dengan cara Focus Group Discussion FGD yang dilaksanakan di Jakarta. Para pemangku kepentingan dari sisi swasta adalah gerakan koperasi, pengamat pembangunan