Latar Belakang Pemeringkatan Daerah dalam Pembangunan Koperasi.compressed

56-1711,-1.+. 8888 9 9 9 9 14: 14: 14: 14: + + + + .131. .131. .131. .131.

1.1. Latar Belakang

Membangun koperasi merupakan suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan dan berulang sejalan dengan adanya pergantian generasi, pertambahan jumlah penduduk, dan perkembangan dinamis berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat. Ini berarti dari waktu ke waktu koperasi perlu dibangun, dievaluasi perkembangannya, dan dilakukan perbaikan dalam pembinaannya. Pembangunan koperasi yang merupakan sebuah proses tidak dapat dipisahkan dari pembangunan wilayah atau daerah sesuai semangat desentralisasi dan otonomi daerah yang kini terus bergulir. Dalam semangat desentralisasi dan otonomi daerah peran pemerintah pada tingkat propinsi, kota, dan kabupaten menjadi sangat penting. Namun ini tidak berarti bahwa pembangunan koperasi harus menjadi monopoli pemerintah. Dalam membangun koperasi pendekatan pemberdayaan masyarakat menjadi prioritas. Pemberdayaan ditujukan untuk mengembangkan dan menumbuhkan koperasi dimana koperasi sendiri yang harus didorong untuk secara aktif membangun dirinya. Hal ini tidak berarti pemerintah tidak perlu campur tangan, melainkan campur tangan pemerintah tetap sangat diperlukan untuk menciptakan iklim kondusif yang dibutuhkan oleh koperasi dan mendorong serta menggalang partisipasi positif pihak terkait dalam membangun koperasi. Isu strategis pembangunan koperasi dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi pembangunan koperasi tergantung pada partisipasi aktif berbagai pihak, yaitu kalangan koperasi sendiri, dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat. Pada sisi lain bagaimana membangun pemahaman yang sama tentang tujuan, sasaran, dan pengukuran serta kriteria penilaian keberhasilan pembangunan itu. Membangun pemahaman yang sama sampai saat ini masih belum merata dan meluas. Hal tersebut potensial mengakibatkan tidak optimalnya dukungan pihak terkait dan tidak terjadi sinergi positif dalam pemberdayaan koperasi. Karena itu perlu dibangun suatu instrumen yang dapat mempengaruhi sejauhmana kemajuan yang diperlukan sesuai yang diharapkan. Kiat dimaksud diharapkan akan mempermudah bagi siapapun yang memiliki kepedulian dalam pembangunan koperasi, khususnya dari pemerintah, untuk mengetahui kondisi koperasi, mengukur kemajuan ataupun kekurangan untuk disempurnakan. 56-1711,-1.+. Sejalan dengan kebijakan Otonomi Daerah, sejak tahun 1998 Pemerintah Pusat telah mendelegasikan kewenangan pengelolaan kepada daerah, kecuali urusan agama, pertahanan, keuangan, luar negeri, dan kehakiman, sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Salah satu urusan pemerintahan yang telah dilimpahkan adalah pemberdayaan koperasi yang diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi rakyat di daerah. Sebagai perwujudan dari kepedulian terhadap perkembangan dan pembinaan koperasi, pemerintah terus berupaya untuk merumuskan kebijakan yang tepat dan dapat dengan mudah diterapkan seiring dengan era otonomi yang terus digulirkan. Langkah nyata yang saat ini tengah diupayakan oleh pemerintah adalah pengembangan koperasi yang mampu meningkatkan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan kemandirian. Langkah ini memiliki beberapa keunggulan antara lain lebih fokusnya kebijakan yang diambil, lebih terarahnya distribusi informasi, serta tingkat kompetisi dan efisiensi yang tinggi dari pelaku usaha dan antar daerah. Selama ini, secara statistik telah terlihat perkembangan koperasi secara lokal, regional, dan nasional. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM bahwa sebaran koperasi telah menyeluruh pada 33 propinsi dan 440 kabupatenkota pada tahun 2006. Dari 138.411 jumlah koperasi terdapat 27.042.342 orang anggota koperasi, 29.207 orang manajer, dan 278.441 orang karyawan. Memperhatikan data tersebut, tampaknya tidak ada masalah dengan kehadiran koperasi karena secara kuantitas kehadiran koperasi cukup tinggi. Namun pada sisi lain, dalam pembangunan daerah belum mencerminkan peran sentral koperasi. Jumlah orang miskin di Indonesia masih sangat banyak mencapai lebih dari 37 juta orang, dan posisi daerah dalam konteks keterkaitan pembangunan koperasi dengan daerah dan nasional belum terlihat. Misalnya, apakah daerah di Jawa yang relatif secara nasional berada pada posisi lebih baik dengan daerah luar Jawa sepadan dengan kemampuannya mengembangkan koperasi di daerah masing-masing ? Dalam rangka menumbuh-kembangkan semangat kompetisi masing-masing daerah untuk membangun ekonomi rakyat melalui koperasi, perlu diadakan pemeringkatan daerah yang menggambarkan kinerja sekaligus komitmen dari Pemerintah Daerah untuk pemberdayaan Koperasi dan UKM dalam semangat otonomi daerah. Upaya pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi belum pernah ada. Sebelum diimplementasikan secara luas untuk seluruh daerah propinsi, kabupaten, dan kota, diperlukan kajian khusus baik secara studi literatur, kunjungan lapangan, maupun diskusi dengan para pakar dan praktisi koperasi. Diharapkan kegiatan ini akan menambah semangat persaingan antar daerah dalam membangun ekonomi rakyat melalui koperasi. Selain itu juga untuk memperlancar koordinasi antara pusat dengan daerah. Kementerian Koperasi dan UKM KUKM melalui Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya KUKM, khususnya Asisten Deputi Urusan Penelitian Koperasi, pada tahun 56-1711,-1.+. 2007 mempunyai kegiatan studi pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi. Studi ini merupakan gagasan awal mencari model yang cocok untuk pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi. Kajian ini merupakan hasil dari studi tersebut yang merupakan jawaban atas permasalahan studi menyangkut pemeringkatan.

1.2. Rumusan Masalah