Konsepsi Model Kerangka Pikir

56-1711,-1.+. 8 8 8 8 1499 1499 1499 1499 5 5 5 5 -1.01 -1.01 -1.01 -1.01 + + + + 0-1. 0-1. 0-1. 0-1. : : : : 1. 1. 1. 1. ; ; ; ; .06 .06 .06 .06

2.1. Kerangka Pikir

Empat komponen utama dalam penyusunan kerangka pikir studi ini adalah 1 konsepsi model, 2 kerangka pembangunan wilayah, 3 kerangka pembangunan koperasi yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan wilayah, dan 4 formulasi model integratif pembangunan koperasi dengan wilayah. Secara teori dan empiris keempat aspek tersebut dijelaskan berturut-turut di bawah ini.

2.1.1. Konsepsi Model

Studi ini merupakan sebuah studi model untuk pemeringkatan daerah dalam pembangunan koperasi. Karena itu yang hendak dihasilkan adalah sebuah model yang terukur setelah melalui uji sahih untuk mendapatkan peringkat daerah dalam pembangunan koperasi. Secara teoritis, sebuah model merupakan abstraksi dari dunia nyata. Begitu kompleksnya dunia nyata karena mengandung sangat banyak indikator dan permasalahan sehingga suatu studi tidak mungkin mampu menyelesaikan semua aspek yang kompleks. Model memberikan solusi atas kekompleksan dunia nyata agar diperoleh hasil yang memadai untuk kepentingan pengambilan keputusan Taha, 1982; Bronson, 1982; Nasendi dan Anwar, 1985; Johnson, 1986; Dimiyati dan Dimiyati, 1987; Makridakis dan Wheelright, 1989; Mulyono, 1999. Menurut Taha 1982, Nasendi dan Anwar 1985, dan Muyono 1999 bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses yang dikembangkan secara bertahap dan sistematis yang bermakna memiliki kriteria yang sistematis melalui prosedur tertentu yang jelas dan teratur. Kriteria yang baik memenuhi tiga syarat, yakni 1 mempunyai ukuran yang jelas, 2 dapat dipergunakan untuk menilai berbagai alternatif pilihan, dan 3 mudah dihitung dan dijabarkan. Untuk proses itu sampai pada pengambilan keputusan, dibutuhkanlah model. Sebagai abstraksi dunia nyata, model memberikan manfaat dalam penentuan optimalisasi penggunaan sumberdaya sehingga pengambilan keputusan bisa menciptakan efisiensi dalam organisasi dan wilayah. Model mencerminkan hubungan fungsional yang langsung atau tak langsung, dan interaksi atau interdependensi antar elemen sehingga membentuk sistem. Itu sebabnya dalam riset operasi, model memegang peranan sentral. 56-1711,-1.+. Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, Nasendi dan Anwar menyatakan bahwa model dibangkitkan dari teori dan fakta atau kenyataan dan hasil prosesnya dipergunakan sebagai Pola Dasar Sistem PDS yang mengandung visi dan misi, landasan, dan azas. PDS melahirkan Strategi dan Kebijakan SK yang merupakan arah dan langkah-langkah apa yang harus dilakukan. Sedangkan SK melahirkan proyekpelaksanaan kebijakan yang mengandung kegiatan. Gambar 1. Peran Model dalam Pengambilan Keputusan Nasendi dan Anwar, 1985 Suatu model yang baik harus memenuhi tiga persyaratan, yakni 1 kesesuaian, model harus mampu merangkum unsur-unsur pokok dari persoalan yang dihadapi, 2 kesederhanaan, model harus sesuai dengan kemampuan dan kepentingan, dan 3 keserasian, model harus mampu mengesampingkan hal-hal yang tak berguna. Berdasarkan tipe, dimensi, fungsi, tujuan, dan tingkat abstraksinya, terdapat tiga jenis model, yakni Model Ikonik, Model Analog, dan Model Matematika. Model Ikonik adalah model yang berdimensi dua atau tiga yang merupakan ikon dari suatu obyek, misalnya fotograf, bumi, dan mobil. Model Analog adalah analogi dari persoalan atau fenomena yang terjadi secara dinamis, misalnya warna peta dan kurva. Model Matematika atau Simbolik adalah merupakan model abstrak karena menggunakan simbol matematika mewakili dunia nyata yang kompleks. Model Matematika terdiri dari dua kelompok yakni model deterministik yang menggunakan data pada kondisi tertentu certainty dan model stokhastik yang menggunakan data dalam kondisi probabilistik. Dengan memperhatikan permasalahan dan tujuan riset, studi ini menggunakan Model Matematika yang bersifat deterministik sebagai dasar analisis. 56-1711,-1.+. Dalam proses pengambilan keputusan dapat menggunakan berbagai macam model, tergantung kepada tujuan pengambilan keputusan. Secara umum model dapat dibedakan atas model kualitatif dan kuantitatif. Model kualitatif pada umumnya menggunakan skala ordinal dan nominal, paling sering dipergunakan dalam ilmu sosial, budaya, dan politik. Misalnya, smoothing factor untuk melakukan peramalan. Model kuantitatif lebih menggunakan skala interval dan rasio dan juga dapat menggabungkan skala ordinal dan nominal. Model yang termasuk dalam kuantitatif adalah ekonometrika dan linear programming. Model ekonometrika biasanya digunakan untuk peramalan atau prediksi dengan tingkat akurasi tinggi. Sementara model linear programming digunakan untuk mengetahui optimalisasi alokasi sumberdaya. Dalam rangka membangun benchmarking kapasitas kreatif suatu entitas negara atau wilayah, Bowen et al., 2006 menerapkan model composite index of the creative economi untuk melihat best practices regional. Berdasarkan pengalaman lembaga internasional dalam pemeringkatan negara- negara dan juga sebagaimana kajian Bowen et al., studi pemeringkatan ini lebih tepat menggunakan model kuantitatif berdasarkan analisis indeks. 2.1.2. Kerangka Pembangunan Wilayah 2.1.2.1.