3.
Shower gel
Sabun dengan kandungan emulsi berupa cocamide DEA, lauramide DEA, linoleamide DEA, dan oleamide DEA ini berfungsi sebagai substansi pengental untuk
mendapatkan tekstur gel. Sabun jenis ini memang belum terlalu populer dan biasanya lebih sering digunakan oleh wanita yang hobi berendam karena menghasilkan busa
yang cenderung lebih banyak. 4.
Sabun antisepik Mengandung bahan aktif antibacterial, seperti triclosan, triclocarban
trichlorocarbamide, yang berguna untuk membantu membunuh bakteri dan mikroba, namun tidak efektif untuk menonaktifkan virus.
http:www.femina.co.idcantikbeauty.newskomposisi.dan.jenis.sabun002001113
2.1.5 Cara Kerja Sabun Sebagai Penghilangan Kotoran
1. Sabun di dalam air menghasilkan busa yang akan menurunkan tegangan
permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap lebih cepat kepermukaan kain.
2. Molekul sabun akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul
kotoran. Proses ini disebut emulsifikasi karena antara molekul kotoran dan molekul sabun membentuk suatu emulsi.
Sedangkan bagian kepala molekul sabun didalam air pada saat pembilasan menarik
molekul kotoran keluar dari kain sehingga kain menjadi bersih. Pratiwi, 2013
2.1.6 Pembuatan Sabun dalam Industri
1.
Saponifikasi Penyabunan
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi
Universitas Sumatera Utara
tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi proses emulsi kedua
reaktan tadi, menyebabkan suatu percepatan pada kecepatan reaksi.
Proses reaksi saponifikasi adalah proses mereaksikan minyak dan NaOH pada reaktor pada suhu ± 1250C dengan bantuan pemanas steam. Komposisi antara minyak
dan NaOH dengan perbandingan 3 : 1, jika tidak maka akan didapati reaksi yang tidak setimbang sehingga akan didapat sabun yang kurang sempurna. Reaksi dilakukan
selama 10 menit dengan bantuan agitator dan recycle pompa ke reaktor. Minyak dan NaOH yang berada dalam storage tank tangki penyimpanan diumpankan ke reaktor
lalu diinjeksikan steam sebesar 2 bar, selanjutnya ditambahkan larutan garam NaCl brine 22. Hal ini dilakukan guna memperkaya elektrolit sehingga hasil reaksi
antara minyak dan NaOH mudah dipisahkan pada proses selanjutnya.
O CH
2
O C R
1
CH
2
OH R
1
COONa O
CH O C R
2
+ 3NaOH CH OH + R
2
COONa O
CH
2
O C R
3
CH
2
OH R
3
COONa
Trigliserida Natrium hidroksida Gliserol Asam Lemak
Minyak yang direaksikan adalah campuran dari beberapa minyak dalam satuan bb yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun yaitu palm oil,
palm stearine, dan palm kernel oil dengan perbandingan yang berbeda-beda sesuai dengan formulasi yang telah ditetapkan untuk sabun yang akan diproduksi.
Setelah reaksi sempurna maka sabun dipompakan ke static separator untuk memisahkan antara sabun dan gliserol. Gliserol yang didapat hasil proses saponifikasi
ini yang dijadikan sebagai bahan baku untuk proses pembuatan gliserin yang disebut dengan spent lye dengan kemurnian gliserin 20-30.
Dalam static separator ini sabun akan terpisah dengan spent lye dan kemudian dilanjutkan atau dimasukkan ke washing coloumn sambil diumpankan fresh lye, untuk
Universitas Sumatera Utara
memisahkan sabun, half spent lye, magnesium, dan logam-logam lain yang terkandung di dalamnya. Half spent lye yang dihasilkan diumpankan kembali ke
reaktor. Fresh lye larutan pencuci yang akan dimasukkan dicampurkan ke dalam washing coloumn ini terdiri dari larutan NaOH 48, larutan NaCl 22, dan air atau
H2O. PT. Oleochem and Soap Industri, 2010
Minyak dan lemak mempunyai sifat yang berbeda selama proses pembuatan sabun seperti laju penyabunan, jumlah alkali yang dibutuhkan untuk saponifikasi dan
kekuatan elektrolit untuk penggaraman. Keduanya juga mempunyai hasil sabun setengah jadi dan gliserin yang bervariasi.
2. Netralisasi
Setelah sabun telah dipisahkan di washing coloumn selanjutnya dimasukkan ke Centrifuge Cf. Didalam centrifuge ini sabun ini juga dipisahkan antara lye dan neat
soap. Lye yang telah dipisahkan dikembalikan lagi ke washing coloumn sedangkan sabunnya dilanjutkan ke Neutralizer. Didalam neutralizer ini aditif yang dicampur
adalah Palm Kernel Oil PKO dan EDTA Ethylene Diamine Tetra Acetate. PKO ditambahkan dengan tujuan untuk memastikan kandungan kadar NaOH dalam neat
soap sebesar 0,025 - 0,045. dan selanjutnya di transfer ke Crutcher. Didalam crutcher ini neat soap masih dicampur aditif yaitu EDTA dan Turpinal, kemudian
diaduk agar homogen kemudian dilanjutkan ke Feed Tank. PT. Oleochem and Soap Industri, 2010
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali. Jumlah alkali
NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40 MW asam lemak Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan : MW asam lemak = 56,1 x 1000 AV
Universitas Sumatera Utara
Dimana AV angka asam asam lemak paduan = mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak
3. Pengeringan Sabun Setelah feed tank telah terisi maka neat soap direcycle untuk tahap
pengeringan drying dan kemudian direcycle dengan cara dipanaskan melalui Heat Exchanger HE dengan speed VLS 50 dan dengan speed feed tanknya 42 dengan
tekanan 1,5 bar. Disetting secara perlahan-lahan. Setelah semuanya dalam kondisi yang telah disetting maka saatnya diumpankan feeding ke atomizer dengan menjaga
tekanan dan temperatur agar jangan sampai drop. Sabun yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum dan dipindahkan dengan alat
pengerik sehingga jatuh di plodder, yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran yang kemudian disimpan dalam suatu wadah penyimpanan soap noodle
dikenal dengan nama Silo. PT. Oleochem Soap Industri, 2010
Sabun banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi sabun murni yang umumnya dikeringkan dengan vacum spray dryer. Kandungan air pada sabun
dikurangi dari 30-35 pada sabun murni menjadi 8-18 pada sabun butiran atau lempengan. Jenis jenis vacum spray dryer, dari sistem tunggal hingga multi sistem,
semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan sabun. Operasi vacum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun murni melalui pipa heat
exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap yang mengalir pada bagian luar pipa. Dryer dengan mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan
lebih efisien dari pada dryer sistem tunggal. 4. Penyempurnaan Sabun
Dalam pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya ke dalam mixer analgamator. Campuran
sabun ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah campuran tersebut menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan - potongan terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi
Universitas Sumatera Utara
sabun batangan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
Pratiwi, 2013
2.2 Bahan Baku Utama Pembuatan Sabun 2.2.1 Minyak Atau Lemak