Pastikan jumlah iodida yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak
akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I
-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I
2
. http:kimiaanalsa.web.id115
2.7.2 Natrium Tiosulfat
Larutan Natrium tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakai belerang akhirnya masuk ke larutan itu, dan proses metaboliknya akan mengakibatkan
pembentukan SO
3 2-
, SO
4 2-
dan belerang koloidal. Belerang ini akan menyebabkan kekeruhan, bila timbul kekeruhan larutan harus dibuang. Biasanya air yang digunakan
untuk menyiapkan larutan tiosulfat dididihkan agar steril, dan sering ditambahkan boraks atau natrium karbonat sebagai pengawet. Oksidasi tiosulfat oleh udara
berlangsung lambat. Tetapi runutan tembaga sering kadang-kadang terdapat dalam air suling akan mengkatalisis oksidasi oleh udara. Tiosulfat diuraikan dalam larutan asam
dengan membentuk belerang sebagai endapan mirip susu. A.L. Underwood, 1986.
Larutan standard yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Lazimnya garam ini dibeli sebagai pentahidrat, Na
2
S
2
O
3
.5H
2
O. Larutan tak boleh distandarisasikan berdasarkan penimbangan langsung, melainkan
harus distandarisasikan terhadap standard primer.
S
2
O
3 2-
+ 2H
+
→ H
2
S
2
O
3
→ H
2
S
2
O
3
+ Ss
Tetapi reaksi lambat dan tak terjadi bila tiosulfat dititrasikan ke dalam larutan iod yang asam, jika larutan diaduk dengan baik. Reaksi antara iod dan tiosulfat jauh
lebih cepat daripada reaksi penguraian.
Iod mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat : 4I
2
+ S
2
O
3 2-
+ 5H
2
O → 8I- + 2SO
4 2-
+ 10H
+
Universitas Sumatera Utara
Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa, oksidasi menjadi sulfat itu tidak terjadi, jika digunakan iod sebagai titran. Banyak zat pengoksid kuat, seperti pereaksi
dichromat, permanganat dan garam serium IV, mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, namun reaksinya tidak kuantitatif. A.L. Underwood, 1986
2.7.3 Kanji Starch
Larutan kanji mudah terurai oleh bakteri, suatu proses yang dapat dihambat dengan jalan sterilisasi atau dengan penambahan suatu zat pengawet. Hasil peruraiannya
memakai iodium dan berubah menjadi kemerah-merahan. Merkurium II iodida, asam borat atau asam furoat dapat digunakan sebagai pengawet. Kondisi yang
menimbulkan hidrolisis atau koagulasi kanji hendaklah dihindari. Kepekaan indikator berkurang dengan
naiknya temperatur dan oleh beberapa zat organik, seperti metil dan etil alkohol.
Warna larutan iod 0,1 N cukup kuat sehingga iodium dapat bertindak sebagai indikator sendiri. Iodium juga memberikan warna ungu atau merah lembayung yang
kuat kepada pelarut-pelarut seperti karbon tetraklorida atau kloroform, dan kadang- kadang hal ini digunakan untuk mengetahui titik akhir reaksi. Akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan dispersi koloid kanji, dari warna biru tua kompleks pati- iodium berperan sebagai uji kepekaan terhadap iodium.
Kepekaan lebih besar dalam larutan sedikit sekali asam daripada dalam larutan netral dan lebih adanya ion iodida. Mekanisme yang tepat dari pembentukan kompleks
itu belum diketahui. Tetapi diduga bahwa molekul iodium diikat pada permukaan β-
amilosa, suatu konstituen- konstituen kanji lain, α-amilosa, atau amilopektin,
membentuk kompleks kemerahan dimana warna tidak mudah dihilangkan. Oleh karena itu, kanji yang mengandung amilopektin sebaiknya tak digunakan. Produk
komersial, “kanji larut” terdiri terutama β -amilosa.
A.L. Underwood, 1986
Universitas Sumatera Utara
2.8 Uji Organoleptik