proses ini akan dipercepat dengan adanya logam-logam yang bersifat katalisator seperti Zn, Cu. Soedarno Girindra, 1988
2.7.1 Titrasi Iodometri
Pada titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I- iodide untuk menghasilkan I
2
. I
2
yang terbentuk secara kuantitatif dapat dititrasi dengan larutan tiosulfat. Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah
dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titrant hal ini
disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodide. Oleh sebab itu titrasi kembali merupakan proses titrasi yang
sangat baik untuk titrasi yang melibatkan iodida.
Senyawaan iodida umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I
2
. I
2
yang terbentuk adalah equivalent dengan jumlah oksidator yang akan ditentukan. Jumlah I
2
ditentukan dengan menitrasi I
2
dengan larutan standar tiosulfat umumnya yang dipakai adalah Na
2
S
2
O
3
dengan indikator amilum jadi perubahan warnanya dari biru tua kompleks amilum I
2
sampai warna ini
Universitas Sumatera Utara
tepat hilang. Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut :
IO
3 -
+ 5 I
-
+ 6H
+
→ 3I
2
+ H
2
O I
2
+ 2S
2
O
3 2-
→ 2I
-
+ S
4
O
6 2-
Setiap mmol IO
3 -
akan menghasilkan 3 mmol I
2
dan 3 mmol I
2
ini akan tepat bereaksi dengan 6 mmol S
2
O
3 2-
1 mmol I
2
tepat bereaksi dengan 2 mmol S
2
O
3 2-
sehingga mmol IO
3 -
ditentukan atau setara dngan 16 mmol S
2
O
3 2-
Kita menitrasi langsung antara tiosulfat dengan analit, alasannya adalah karena analit yang bersifat
sebagai oksidator dapat mengoksidasi tiosulfat menjadi senyawaan yang bilangan oksidasinya lebih tinggi dari tetrationat dan umumnya reaksi ini tidak stoikiometri.
Alasan kedua adalah tiosulfat dapat membentuk ion kompleks dengan beberapa ion logam seperti BesiII.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan titrasi Iodometri adalah sebagai berikut: Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang
akhir titrasi, dimana hal ini ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda dari oranye sampai coklat akibat terdapatnya I
2
dalam jumlah banyak, alasannya kompleks amilum- I
2
terdisosiasi sangat lambat akibatnya maka banyak I
2
yang akan terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi, alasan kedua
adalah biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis amilum. Titrasi harus dilakukan dengan cepat untuk
meminimalisasi terjadinya oksidasi iodida oleh udara bebas. Pengocokan pada saat melakukan titrasi iodometri sangat diwajibkan untuk menghindari penumpukan
tiosulfat pada area tertentu, penumpukkan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Terbentuknya reaksi
ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid tampak keruh oleh kehadiran S.
S
2
O
3 2-
+ 2H
+
→ H
2
SO
3
+ S
Universitas Sumatera Utara
Pastikan jumlah iodida yang ditambahkan adalah berlebih sehingga semua analit tereduksi dengan demikian titrasi akan menjadi akurat. Kelebihan iodida tidak
akan mengganggu jalannya titrasi redoks akan tetapi jika titrasi tidak dilakukan dengan segera maka I
-
dapat teroksidasi oleh udara menjadi I
2
. http:kimiaanalsa.web.id115
2.7.2 Natrium Tiosulfat