Perihal lingkungan hidup Environmental matters
Catatan atas Laporan Keuangan Notes to the Financial Statements
PT Vale Indonesia Tbk sebelumnya PT International Nickel Indonesia Tbk PT Vale Indonesia Tbk formerly PT International Nickel Indonesia Tbk
31 Desember 2012 dan 2011 December 31, 2012 and 2011
63
36. Aset dan liabilitas kontinjensi 36. Contingent assets and liabilities
a. Perihal lingkungan hidup a. Environmental matters
Kehutanan Forestry
Pada tanggal 4 Februari 2008, Peraturan Pemerintah No 22008 “PP No. 22008” mengenai jenis dan tarif atas jenis penerimaan negara bukan
pajak yang berasal dari penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan dikeluarkan. Penerimaan
negara bukan pajak tersebut dihitung berdasarkan suatu formula tertentu atas tarif-tetap tergantung pada maksud, rencana, penggunaan dan jenis
kawasan hutan yang digunakan dikalikan dengan luasnya kawasan hutan yang digunakan. Tarif tersebut berkisar antara IDR1,2 sampai IDR3 juta
per hektar per tahun. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43Menhut- II2008 tanggal 10 Juli 2008, yang digantikan dengan Peraturan
No.P.18Menhut-II2011 tanggal 4 April 2011 dan terakhir diubah dengan Peraturan No.P.38Menhut-II2012 tanggal 2 Oktober 2012 , mewajibkan
13 pemegang ijin atau perjanjian pertambangan perusahaan tambang termasuk Perseroan untuk mengajukan ijin pinjam pakai. Oleh karena
itu, Perseroan telah mengajukan permohonan ijin pinjam pakai bagi kawasan hutan di dalam wilayah Kontrak Karya Perseroan, tetapi dengan
penegasan bahwa hak-hak Perseroan sebagaimana tertuang dalam Kontrak
Karya Perseroan
tidak diabaikan.
Kontrak Karya
telah memberikan Perseroan semua lisensi dan ijin yang diperlukan untuk
membangun dan menjalankan perusahaannya serta kewenangan yang diperlukan untuk melakukan aktivitas pertambangan di dalam area yang
tercakup dalam Kontrak Karya. On February 4, 2008 Government Regulation No. 22008 “GR No.
22008” regarding the type and tariff of non-tax state revenue from the use of forestry land for non-forestry development was issued. The non-
tax state revenue is calculated based on a specific formula of fixed tariff depending on the purpose of the proposed use and type of forest area
being used, multiplied by the size of forest area being used. The tariffs range from IDR1.2 to IDR3 million per hectare per annum. Regulation of
the Minister of Forestry No. P.43Menhut-II2008 dated July 10, 2008, which was replaced by Regulation No. P.18Menhut-II2011 dated April
4, 2011 and lastly amended by Regulation No. P.38Menhut-II2012 dated October 2, 2012, requires 13 holders of permit or contracts mining
companies including the Company to apply for a lend-use permit. Therefore, the Company has applied for a lend-use permit for forest
areas within its CoW area, but with strong reservation that its rights as provided in the CoW are not abrogated. The CoW provides the Company
with all licences and permits to construct and operate the enterprise as well as all authorizations needed to conduct mining activities in the areas
covered by the CoW.
Perseroan belum menerima ijin pinjam-pakai kawasan hutan di wilayah Kontrak Karya Perseroan. Perseroan telah menerima ijin pinjam-pakai
hanya untuk kawasan hutan untuk Proyek Karebbe di luar wilayah Kontrak Karya, yang saat ini masih dalam proses di Kementerian
Kehutanan. Berdasarkan
Peraturan Menteri
Keuangan No.
91PMK.022009 tanggal 8 Mei 2009 penerimaan negara bukan pajak terhutang berdasarkan area hutan yang tercantum dalam ijin pinjam-
pakai. Oleh karena itu, per tanggal 31 Desember 2011, Perseroan telah melakukan pembayaran pendapatan negara bukan pajak untuk kawasan
hutan yang terganggu di wilayah proyek Karebbe sebesar IDR252 juta setara dengan AS26.5 ribu untuk periode bulan Agustus 2011 –
Agustus 2012. Per 31 Desember 2012, Perseroan telah melakukan pembayaran pendapatan negara bukan pajak untuk kawasan hutan yang
terganggu di wilayah proyek Karebbe sebesar IDR277 juta setara dengan AS29 ribu untuk periode bulan Agustus 2012 – Agustus 2013.
Belum terdapat akrual atas pembayaran untuk pendapatan negara bukan pajak sebagaimana diatur dalam PP No. 22008 untuk area dalam wilayah
Kontrak Karya dikarenakan ijin pinjam pakai untuk area tersebut belum dikeluarkan. Hal ini konsisten dengan perlakuan yang diterapkan pada
kebanyakan perusahaan tambang yang ada di Indonesia. The Company has not yet received a lend-use permit for the forest areas
within the Company’s CoW area. The Company has received a lend-use permit only for the forestry areas for the Karebbe Project that are outside
of the CoW area, which is currently in the extension process at the Ministry of Forestry. Based on Regulation of the Minister of Finance No.
91PMK.022009 dated May 8, 2009 the non-tax state revenue is payable for forest areas covered by valid lend-use permit. Therefore, as
at December 31, 2011, the Company made the payment of non-tax state revenue for the affected area in the Karebbe Project in the amount of
IDR252 million equivalent to US26.5 thousand for the August 2011 – August 2012 period. As at December 31, 2012, the Company made the
payment of non-tax state revenue for the affected area in the Karebbe Project in the amount of IDR 277 million equivalent to US29 thousand
for the August 2012 – August 2013 period. No accrual has been made for the non-tax state revenue regulated by GR No. 22008 for areas
within the CoW area, as lend-use permits have not been issued. This is consistent with the treatment being adopted by most mining companies
in Indonesia.
Berdasarkan hasil analisa, Perseroan berkeyakinan bahwa pendapatan negara bukan pajak tahunan untuk area hutan yang ijin pinjam pakainya
belum diterbitkan adalah sekitar AS2 juta per tahun. Based on the result of the analysis, the Company believes the annual
non-tax state revenue payable for forest areas for which lend-use permits have not yet been issued would be approximately US2 million
per annum. Pada tanggal 1 Februari 2010, Peraturan Pemerintah No 242010 “PP
No. 242010” terkait dengan penggunaan area kehutanan diterbitkan, yang telah diubah melalui PP No. 612012. Peraturan tersebut mengatur
penggunaan area kehutanan baik untuk tujuan komersial maupun non komersial harus dilakukan berdasarkan ijin pinjam pakai. Untuk
penggunaan kawasan dimana luas kawasan hutan adalah 30 atau kurang, pemegang ijin pinjam pakai diharuskan untuk menyediakan
kompensasi lahan dengan rasio 1:1 untuk tujuan non komersial dan 1:2 untuk tujuan komersial. Untuk penggunaan kawasan dimana luas
kawasan hutannya adalah lebih dari 30, pemegang ijin pinjam pakai diharuskan membayar pendapatan negara bukan pajak dan melakukan
rehabilitasi untuk area yang terganggu dengan rasio 1:1 untuk tujuan non komersial dan sedikitnya 1:1 untuk tujuan komersial. Pemegang ijin
pinjam pakai dapat melakukan aktivitas pembukaan lahan namun, selain itu, harus membayar kompensasi dalam bentuk iuran tetap, provisi
sumber daya hutan dan atau dana reboisasi. On February 1, 2010, Government Regulation No 242010 “GR No.
242010” regarding the use of forestry areas was issued, as amended by GR No. 612012. The regulation requires that any use of forestry
areas whether it is for commercial or non-commercial usage must be based on a lend-use permit. For the use of an area where 30 or less is
covered by forest, the holder of a lend-use permit is required to provide land compensation in a ratio of 1:1 for non commercial use and 1:2 for
commercial use. For the use of an area with more than 30 covered by forest, the holder of a lend-use permit is required to pay non-tax state
revenue and perform rehabilitation of the affected area in a ratio of 1:1 for non-commercial use and at least 1:1 for commercial use. The holder
of a lend-use permit may perform deforestation activities but, in addition, must pay compensation in the form of a fixed fee, a charge for forest
resources andor reforestation funds.
Catatan atas Laporan Keuangan Notes to the Financial Statements
PT Vale Indonesia Tbk sebelumnya PT International Nickel Indonesia Tbk PT Vale Indonesia Tbk formerly PT International Nickel Indonesia Tbk
31 Desember 2012 dan 2011 December 31, 2012 and 2011
64
36. Aset dan liabilitas kontinjensi lanjutan 36. Contingent assets and liabilities continued