Reklamasi tambang dan penutupan tambang lanjutan Mine reclamation and mine closure continued Kesanggupan Kontrak Karya Contract of Work undertaking
Catatan atas Laporan Keuangan Notes to the Financial Statements
PT Vale Indonesia Tbk sebelumnya PT International Nickel Indonesia Tbk PT Vale Indonesia Tbk formerly PT International Nickel Indonesia Tbk
31 Desember 2012 dan 2011 December 31, 2012 and 2011
66
36. Aset dan liabilitas kontinjensi lanjutan 36. Contingent assets and liabilities continued
b. Reklamasi tambang dan penutupan tambang lanjutan b. Mine reclamation and mine closure continued
Manajemen percaya bahwa tidak akan ada dampak material atas ketentuan rehabilitasi atau penutupan tambang yang disebabkan oleh revisi
terhadap rencana. Selain itu, kewajiban mengadakan deposito berjangka tidak akan berdampak signifikan terhadap sumber kas atau posisi
keuangan Perseroan. Management believes that there will be no material impact on rehabilitation
or mine closure provisions as a result of revisions to the plan. Further, the requirement to establish a time deposit will not significantly impact the
Company’s cash resources or financial position.
c. Kesanggupan Kontrak Karya c. Contract of Work undertaking
Wilayah Pomalaa Pomalaa area
Pada 3 Februari 2003, Pemerintah mengindikasikan bahwa pelaksanaan kesanggupan Perseroan untuk membangun pabrik pengolahan di Pomalaa
sebagaimana diatur di dalam Perjanjian Perpanjangan dianggap telah terpenuhi sampai dengan yang lebih akhir antara tanggal 31 Desember
2008 atau pada saat berakhirnya Perjanjian Kerjasama Sumberdaya dengan PT Antam Persero Tbk., dimana setelahnya Perseroan
diharuskan untuk melaporkan kepada Pemerintah evaluasi keekonomian dan kelayakan teknis pembangunan pabrik pengolahan tersebut. Dengan
telah tidak dilanjutkannya Perjanjian Kerjasama Sumberdaya, Perseroan diwajibkan untuk menyiapkan laporan tersebut.
On February 3, 2003, the Government indicated that the Company’s undertaking to construct a production plant in Pomalaa, as stipulated in the
Extension Agreement, will be deemed satisfied until the later of December 31, 2008 or upon the termination of the Cooperative Resources Agreement
“CRA” with PT Antam Persero Tbk., following which the Company will be obliged to report to the Government on the economic and technical
feasibility of constructing such a production plant. As the CRA has been discontinued, the Company was required to prepare such report.
Berdasarkan surat bulan Februari 2003 tersebut, Perseroan mempunyai kesempatan selama 120 hari waktu tunggu terhitung sejak tanggal 31
Desember 2008 untuk melaporkan evaluasi keekonomian dan kelayakan pembangunan pabrik pengolahan di Pomalaa.
Based on the February 2003 letter, there is a 120 day waiting period from December 31, 2008 for the Company to submit a report evaluating the
economic and technical feasibility of constructing a production plant in Pomalaa.
Pada bulan April 2009, Perseroan telah menyampaikan laporan studi kelayakan pembangunan pabrik di Pomalaa kepada KESDM yang
menjelaskan bahwa pembangunan pabrik pengolahan di Pomalaa belum layak secara ekonomis untuk kondisi saat itu. Perseroan meminta waktu
dua tahun untuk mengoptimalkan hasil studi kelayakan dimaksud. Akan tetapi, KESDM meminta Perseroan untuk melaporkan hasil studi kelayakan
terbaru paling lambat pada akhir tahun 2009. Pemerintah daerah, di sisi lain, memberikan waktu kepada Perseroan untuk mengoptimalkan studi
kelayakan hingga 1 Juli 2010. In April 2009, the Company submitted the feasibility report to the MEMR,
explaining that the construction of a production plant in Pomalaa is not currently economically feasible. The Company requested a two-year
waiting period for an optimization of feasibility study. The MEMR requested that the Company submit a new study by the end of 2009. The local
governments, on the other hand, gave the Company a waiting period for the optimization of feasibility study until July 1, 2010.
Sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan oleh pemerintah daerah, pada tanggal 1 Juli 2010, Perseroan mengirimkan revisi studi kelayakan
terbaru ke KESDM menjelaskan bahwa pembangunan pabrik pengolahan di Pomalaa belum layak secara ekonomis untuk saat ini dengan
pertimbangan sebagai berikut:
- Belum cukupnya bukti dari tempat lain atas keberhasilan proyek sejenis
dengan yang diusulkan; -
Potensi harga
nikel jangka
panjang yang
mungkin kurang
menguntungkan akibat potensi kelebihan pasokan; -
Ketidakpastian di sektor pertambangan sehubungan penerapan UU Pertambangan 2009 lihat Catatan 36d dibawah ini.
Namun demikian, Perseroan masih berkomitmen untuk mengembangkan tambang dan membangun pabrik pengolahan di Pomalaa sepanjang
didukung oleh kelayakan ekonomisnya. In accordance with the timeline given by the local governments, on July 1,
2010, the Company submitted the revised study to the MEMR which concluded that the construction of a production plant in Pomalaa is not
currently economically viable, emphasizing the following considerations:
- There is not enough evidence about the success of a similar project
elsewhere; -
Potential for long-term unfavourable nickel price due to potential nickel over supply; and
- Uncertainty in the mining sector due to implementation of the 2009
Mining Law refer to Note 36d below. However, the Company is committed to developing the mine and to
constructing a production plant in Pomalaa subject to economic feasibility of the project.
Perseroan menerima tiga surat resmi dari Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 2 dan 26 Nopember 2010 dan 15 Desember 2010
yang mengharuskan adanya tindakan segera untuk mendirikan fasilitas produksi di Pomalaa atau langkah-langkah hukum akan dilakukan dengan
tujuan agar Perseroan melepaskan area Pomalaa. Beberapa pertemuan dengan aparat provinsi telah dilakukan, beberapa diantaranya pada tanggal
21 Desember 2010 dan 31 Januari 2011, dimana diskusi lebih lanjut telah dimulai untuk penyelesaian secara damai.
The Company received three official letters from the Governor of the Province of Southeast Sulawesi on November 2 and 26, 2010 and
December 15, 2010 which required immediate action to construct a production plant in Pomalaa or legal action will be initiated towards a
relinquishment by the Company of the Pomalaa area. There have been several meetings with Provincial Officials, among others, on December 21,
2010 and January 31, 2011, where further discussions were commenced for an amicable resolution.
Perseroan telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Gubernur Sulawesi Tenggara yang meliputi konsep umum kerjasama potensial dalam
mengembangkan area
Pomalaa. Sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman tersebut, Perseroan sedang melakukan pembahasan
berlanjut dengan Gubernur; untuk mengembangkan lebih lanjut konsep kerjasama yang bersangkutan untuk dapat diimplementasikan dengan
investor potensial yang direkomendasikan dan difasilitasi oleh Gubernur. The Company has signed a Memorandum of Understanding “MoU” with
the Governor of Southeast Sulawesi which covers the general concept of potential cooperation in developing the Pomalaa area. As a follow-up to
the MoU, the Company is currently having continuing discussions with the Governor; to develop the concept for cooperation which can be used with
an investor to be recommended and facilitated by the Governor.
Catatan atas Laporan Keuangan Notes to the Financial Statements
PT Vale Indonesia Tbk sebelumnya PT International Nickel Indonesia Tbk PT Vale Indonesia Tbk formerly PT International Nickel Indonesia Tbk
31 Desember 2012 dan 2011 December 31, 2012 and 2011
67
36. Aset dan liabilitas kontinjensi lanjutan 36. Contingent assets and liabilities continued