Paparan Kualitatif Selama Proses Belajar Menggunakan Simulasi
secara mandiri dan
juga dapat disimulasikan
fenomena yang tidak mungkin dilihat secara langsung oleh indra manusia misalkan adanya aliran muatan
saat terjadi arus.
Dengan proses belajar seperti ini tampak jelas bahwa metode inquiry berbasis media simulasi PhET memudahkan siswa dalam
belajar memahami konsep Hukum Ohm dan bisa mengembangkan pemahaman konsep tentang kelistrikan atau bermain-main dengan
membuat rangkaian yang lain sesuai keingintahuan siswa. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan selama
proses belajar, seperti siswa tidak memiliki skill motorik mengenai cara melakukan pengukuran menggunakan alat ukur listrik sebagaimana alat
dan rangkaian yang sesunggungnya.
C. Perbedaan antara Metode Eksperimen di Laboratorium dengan Metode Inquiry Berbasis Media Pembelajaran Simulasi PhET
Penelitian ini bertujuan juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan antara metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET
Circuit Construction Kit dengan metode eksperimen di laboratorium dengan alat yang terbatas dan belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika
yang memadai. Untuk itu pertama-tama, skor tes awal yang diperoleh kedua kelompok perlu diuji dengan statistik T-test independent. Hasil uji t-test untuk dua
kelompok yang independent menggunakan program SPSS 16 confidence interval 95, sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil T-Test Tes Awal
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 8 diperoleh besar t = 1,213 dan besar probabilitas = 0,229. Besar probabilitas p = 0,229
= 0,05 maka tidak signifikan. Berarti tidak ada perbedaan rerata untuk tes awal kedua kelompok. Hal
tersebut memberikan gambaran bahwa kedua kelompok memiliki pemahaman yang sama tentang materi Hukum Ohm sebelum kedua kelompok diberi treatment
dengan metode yang berbeda. Selanjutnya skor tes akhir yang diperoleh kedua kelompok diuji dengan
statistik T-test independent. Hasil uji t-test untuk dua kelompok yang independent menggunakan program SPSS 16 confidence interval 95, sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil T-Test Tes Akhir
Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 9 diperoleh besar t = -2,053 dan besar probabilitas 0,044. Besar probabilitas p = 0,044
= 0,05 maka signifikan. Berarti ada perbedaan skor rerata untuk tes akhir kedua kelompok.
Kedua kelompok tersebut sebelumnya telah memiliki pengetahuan awal tentang konsep Hukum Ohm yang sama sehingga perbedaan ini disebabkan oleh
penerapan metode yang berbeda. Tampak dapat dilihat pada Gambar 4 besar skor rerata post-test
kelompok Kelas Simulasi lebih tinggi daripada skor rerata post-test kelompok Kelas Laboratorium maka dapat disimpulkan bahwa metode inquiry berbasis
media pembelajaran simulasi PhET Circuit Construction Kit lebih baik daripada metode eksperimen di laboratorium dengan alat yang terbatas dan belum
terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai dalam hal
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu tentang materi Hukum Ohm.
Gambar 4. Grafik rerata skor yang diperoleh kelompok Kelas Laboratorium dan kelompok Kelas Simulasi.
Metode inquiry berbasis media pembelajaran simulasi PhET lebih baik daripada metode eksperimen di laboratorium dengan alat yang terbatas dan
belum terstandarisasi sebagai peralatan laboratorium fisika yang memadai dalam hal meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Pangudi Luhur Sedayu tentang
materi Hukum Ohm, hal ini disebabkan karena selama proses pembelajaran menggunakan simulasi hampir tidak ada masalah teknis yang ditimbulkan oleh
alat dapat difungsikan dengan baik dan simulasi memberikan
feed back yang optimal bagi siswa untuk dapat melaksanakan eksperimen secara tepat dan
pengembangan konsep dengan baik. Feed back yang optimal selama proses belajar memberikan siswa pengetahuan yang tepat hampir tidak ada miskonsepsi tentang
pemahaman konsep. Sehingga selama proses pembelajaran menggunakan simulasi
banyak waktu interaksi belajar digunakan untuk membangun pemahaman konsep yang optimal tidak
hanya untuk menyelesaikan masalah teknis bagaimana melakukan percobaan
. Selain itu proses pembelajaran menggunakan simulasi dapat juga memfasilitasi siswa untuk mengembangun keingintahuannya melalui
proses yang dapat dilakukan secara mandiri dan
juga dapat disimulasikan
fenomena yang tidak mungkin dilihat secara langsung oleh indra manusia misalkan adanya aliran muatan saat terjadi arus.
Dengan proses belajar seperti ini tampak jelas bahwa metode inquiry berbasis media simulasi PhET memudahkan siswa
dalam belajar memahami konsep dan juga bisa mengembangkan pemahaman konsep tentang kelistrikan atau bermain-main dengan membuat rangkaian yang
lain sesuai keingintahuan siswa. Penggunaan alat-alat laboratorium dapat mempengaruhi kelancaran proses
belajar konsep Hukum Ohm. Hal ini dapat terjadi manakala peralatan di laboratorium dalam kondisi kurang baik dan belum terstandarisasi. Beberapa hal
yang terjadi adalah timbulnya masalah teknis sehingga interaksi belajar yang terjadi hanya untuk memikirkan cara mengatasi masalah teknis yang ditimbulkan
oleh alat dan kurang mendukung untuk memahami konsep Hukum Ohm. Namun, alat laboratorium sebagai alat pembelajaran masih tetap mempunyai beberapa
keunggulan yang tidak dimiliki oleh simulasi PhET yaitu memberikan fasilitas kepada siswa untuk secara nyata berinteraksi dengan fenomena alam, memberikan
fasilitas untuk menjadi alat yang membantu untuk menemukan konsep Hukum Ohm, dan memberikan fasilitas dalam mengembangkan skill motorik mengenai
cara pengukuran menggunakan alat ukur listrik yang sesungguhnya.