4.3.2. Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan Dan Sikap Responden Sesudah
Intervensi Berdasarkan Metode Promosi Kesehatan Metode Ceramah Dan Metode Diskusi Kelompok Terarah
Perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden sesudah pemberian intervensi berdasarkan metode promosi kesehatan metode ceramah dan metode
diskusi kelompok terarah dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4. Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan dan Sikap Responden
Sesudah Intervensi Berdasarkan Metode Promosi Kesehatan Metode Ceramah dan Metode Diskusi Kelompok Terarah di
SMA Negeri 12 Medan
Metode Promosi Kesehatan Pengetahuan
Sikap Mean
SD p value
Mean SD
p value Metode Ceramah
11,62 2,871
0,003 52,64
7,210 0,021
Metode Diskusi Kelompok Terarah DKT
11,74 2,198
56,88 9,158
Berdasarkan tabel 4.4 hasil penelitian dengan menggunakan uji Independent Samples T-Test menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan responden sesudah
intervensi dengan metode ceramah adalah 11,62 sedangkan dengan metode diskusi kelompok terarah lebih besar nilainya yaitu sebesar 11,74 dengan p value = 0,003
artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan p0,05 antara intervensi metode ceramah dengan metode diskusi kelompok terarah untuk meningkatkan
pengetahuan responden. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rerata nilai sikap responden sesudah intervensi dengan metode ceramah adalah 52,64 sedangkan
dengan metode diskusi kelompok terarah lebih besar nilainya yaitu sebesar 56,88 dengan p value = 0,021 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan
Universita Sumatera Utara
p0,05 antara intervensi metode ceramah dengan metode diskusi kelompok terarah untuk meningkatkan sikap responden.
Perbedaan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden sesudah intervensi berdasarkan metode promosi kesehatan metode ceramah dan metode diskusi
kelompok terarah dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3. Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah Intervensi Berdasarkan Metode Promosi Kesehatan Metode
Ceramah Dan Metode Diskusi Kelompok Terarah
Universita Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1.
Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Intervensi
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan penularan TB paru sebelum diberikan intervensi dengan metode ceramah
maupun dengan metode diskusi kelompok terarah mayoritas mempunyai pengetahuan sedang dan mempunyai sikap dengan kategori cukup yaitu pengetahuan sebelum
intervensi dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok terarah adalah 57,1 dan 61,9 sedangkan sikap sebelum intervensi dengan metode ceramah dan
metode diskusi kelompok terarah adalah 50,0 dan 54,8. Hal ini menunjukkan sebelum dilakukan intervensi kedua kelompok
responden mempunyai karakteristik pengetahuan dan sikap tentang pencegahan penularan TB paru yang hampir setara. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Arikunto
2006 yang mengemukakan bahwa salah satu persyaratan penelitian eksperimen
Universita Sumatera Utara
adalah mengusahakan kedua kelompok responden dalam kondisi yang sama sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil ada dan tidaknya
perlakuan. Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan pengetahuan dan sikap
menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003 adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga menimbulkan
kesadaran yang pada akhirnya orang itu akan memiliki sikap yang sesuai dengan pengetahuannya. Salah satu upaya pemberian informasi itu adalah dengan memberi
penyuluhan melalui metode tertentu. Dimana pada penelitian ini menggunakan metode ceramah dan metode diskusi kelompok terarah. Penentuan metode ini diawali
degan melakukan analisis situasi agar informasi yang akan diberikan dapat diterima dengan baik oleh remaja dan berpengaruh untuk merubah pengetahuan dan sikap
sikap remaja tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sesudah intervensi dengan
metode ceramah maupun dengan metode diskusi kelompok terarah pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan penularan TB paru terjadi perubahan menjadi
mayoritas mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik yaitu pengetahuan sesudah intervensi dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok terarah adalah
59,5 dan 88,1, sedangkan sikap sesudah intervensi dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok terarah adalah 78,6 dan 90,5. Dengan diberikannya
metode ceramah maupun diskusi kelompok terarah, maka responden mendapat pembelajaran yang menghasilkan suatu perubahan dari yang semula belum diketahui
Universita Sumatera Utara
menjadi diketahui, yang dahulu belum dimengerti sekarang dimengerti. Hal ini sesuai dengan tujuan akhir dari penyuluhan agar masyarakat dapat mengetahui, menyikapi
dan melaksanakan perilaku hidup sehat. Perubahan perilaku tersebut dapat berupa pengetahuan, sikap maupun tindakan atau kombinasi dari ketiga komponen tersebut
Depkes RI, 2002. Setiana 2005, mengemukakan bahwa proses belajar akan lebih berhasil
apabila tercipta suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan. Pada remaja kelompok ceramah dan diskusi kelompok terarah pada pelaksanaan didukung suasana
yang sangat kondusif, terbukti dengan tidak adanya responden yang mengobrol, suasana tidak ribut dan tidak ada responden yang hilir mudik, sehingga mendukung
pelaksanaan metode ceramah maupun metode diskusi kelompok terarah bagi remaja dan termotivasi untuk belajar.
Mardikanto 1993, berpendapat bahwa seseorang dapat mengikuti proses belajar dengan lebih baik apabila kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan sasaran
dan akan memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi sasaran tersebut. Hal tersebut di atas menyebabkan responden lebih termotivasi untuk belajar sehingga lebih
meningkatkan pengetahuannya. Hampir sebagian besar remaja dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok terarah menunjukkan minat dan perhatiannya
terhadap penyampaian materi ini. Hal ini terlihat banyaknya responden bertanya dengan semangat mengenai pencegahan penularan TB paru.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan penularan TB paru setelah mendapatkan
Universita Sumatera Utara
intervensi dengan metode ceramah maupun metode diskusi kelompok terarah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyana 2005, bahwa tingkat keberhasilan penyampaian
makna dari suatu pesan sangat dipengaruhi oleh metode yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Tarigan 2007 yang mengemukakan bahwa metode ceramah, dan diskusi kelompok berpengaruh terhadap
peningkatan dan sikap tokoh masyarakat dalam pencegahan malaria di Kabupaten Karo. Penelitian Harahap 2010, menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata nilai
pengetahuan perawat sebelum dan sesudah intervensi dengan metode ceramah dan metode diskusi kelompok dalam membuang limbah medis padat.
Metode diskusi kelompok terarah merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan. Metode diskusi kelompok terarah diarahkan
pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efektif dan efisien, dan untuk memengaruhi para peserta agar mau
mengubah sikap Kartono, 1998. Keberhasilan metode diskusi kelompok terarah banyak tergantung dari pimpinan diskusi kelompok untuk memperkenalkan soal yang
dapat perhatian para peserta, membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun saran-saran yang diajukan, memberikan bahan-bahan informasi yang
cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat. Pendapat Notoatmodjo 2007, ceramah akan berhasil apabila penceramah
menguasai materi apa yang akan diceramahkan dan metode ceramah merupakan cara yang paling umum digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan secara
Universita Sumatera Utara
berkelompok yang jumlah sasarannya lebih dari 15 orang yang pada kelompok ini berjumlah 42 orang untuk kelompok metode ceramah dan 42 orang untuk kelompok
diskusi kelompok terarah. Berdasarkan hasil penelitian, ada perbedaan rata-rata mean difference, ada
peningkatan pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi dengan metode ceramah masing-masing sebesar 1,83 dan 4,69 sedangkan pada metode diskusi
kelompok terarah sebesar 3,07 dan 11,76. Keadaan ini menunjukkan bahwa metode diskusi kelompok terarah lebih meningkatkan pengetahuan dan sikap dibanding
dengan metode ceramah. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo 2007, yang mengemukakan bahwa metode untuk belajar lebih baik menggunakan metode
ceramah, sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, keterampilan atau perilaku lebih baik menggunakan metode diskusi kelompok terarah.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Kartono 1998 mengemukakan bahwa diskusi kelompok terarah bertujuan untuk peningkatan pengetahuan, peningkatan
pemecahan masalah secara efisien, dan untuk memengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap. Proses belajar pada kelompok dengan metode diskusi kelompok
terarah merupakan belajar secara aktif dimana semua responden ikut berpartisipasi dalam diskusi kelompok terarah, sehingga responden lebih termotivasi untuk belajar
serta lebih meningkatkan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan sikap remaja tersebut.
Universita Sumatera Utara
5.2. Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan dan Sikap Responden Sesudah Intervensi Metode Ceramah dan Diskusi Kelompok Terarah
Dari hasil penelitian diperoleh ada perbedaan rerata nilai pengetahuan dan
sikap responden sesudah intervensi baik dengan metode ceramah maupun metode diskusi kelompok terarah dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden
dengan metode diskusi kelompok terarah yaitu 3,07 dan 11,76 lebih besar nilainya dibandingkan dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap responden dengan metode
ceramah yaitu 1,83 dan 4,69. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode diskusi kelompok terarah
menunjukkan hasil yang lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan penularan TB paru dibandingkan dengan metode
ceramah. Hal ini terlihat dari rerata nilai pengetahuan dan sikap yang lebih tinggi pada kelompok dengan metode diskusi kelompok terarah dibandingkan dengan rerata
nilai pengetahuan dan sikap pada kelompok dengan metode ceramah. Hal ini karena pada metode diskusi kelompok terarah semua peserta terlibat aktif untuk menyatakan
pendapatnya dan pengalamannya, serta membahas materi pencegahan penularan TB paru yang dibagikan sampai memperoleh kesimpulan yang sesuai Setiana, 2005.
Dari hasil penelitian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada kedua metode, baik metode ceramah maupun metode diskusi kelompok terarah sama-sama
dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja dalam pencegahan penularan TB paru, namun metode diskusi kelompok terarah menunjukkan hasil yang lebih efektif
dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja tentang pencegahan penularan
Universita Sumatera Utara
TB paru dibandingkan dengan metode ceramah. Hal ini terlihat dari rerata nilai pengetahuan dan sikap yang lebih tinggi pada kelompok dengan metode diskusi
kelompok terarah dibandingkan dengan rerata nilai pengetahuan dan sikap pada kelompok dengan metode ceramah.
Sudjana 2005 mengemukakan, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar salah satunya ditentukan oleh keaktifan para peserta dimana peserta tersebut terlibat
dalam pemecahan masalah. Terlihat dari antusias para responden untuk bertanya dan bersemangat dalam bertanya dan melakukan diskusi kelompok terarah. Sedangkan
pada metode ceramah, tidak ada pemecahan masalah sehingga responden tidak berpikir dan memahami secara mendalam. Responden hanya mendengar materi yang
disampaikan penceramah, dan kesempatan bertanya hanya sedikit pada saat dibuka forum tanya-jawab sehingga materi ceramah yang didengar akan mudah dilupakan.
Graeff 1996 mengemukakan pada metode diskusi kelompok terarah terjadi komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai sumber informasi,
dimana pada penelitian ini antara petugas kesehatan sebagai pimpinan diskusi kelompok terarah dan remaja sebagai responden atau peserta, sehingga diskusi
kelompok terarah merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan atau informasi. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada kedua
metode baik metode ceramah maupun metode diskusi kelompok terarah sama-sama dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap responden, namun metode diskusi
kelompok terarah lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan remaja tentang pencegahan penularan TB paru.
Universita Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan