absorpsi, membentuk kompleks dengan obat, meningkatkan viskositas pada saluran pencernaan Proudfoot, 1990.
9 Lain-lain : konsentrasi elektrolit, tegangan permukan dan tegangan
antarmuka, emulsifying agents dan complexing agents misal : garam empedu, posisi anatomi tubuh dan aktivitas relatif, suhu tubuh, integritas
membran gastrointestinal, tekanan hidrostatik dan intralumenal, kapasitas buffer, tonisitas Wagner, 1975.
3. Bioavailabilitas dan disolusi
in vitro
Disolusi adalah proses di mana bahan obat padat larut dalam pelarut. Uji disolusi dapat menentukan bioavailabilitas suatu obat jika terdapat korelasi yang baik
antara uji in vitro dan in vivo. Korelasi in vitro dan in vivo yang dimaksud adalah hubungan antara karakteristik biologi obat efek farmakodinamika atau konsentrasi
obat dalam plasma dan karakteristik fisika kimia produk obat Shargel et al., 2005. Korelasi in vitro dan in vivo ini penting untuk diketahui agar dalam
menentukan bioavailabilitas suatu obat cukup dengan uji in vitro saja, tidak perlu dengan uji in vivo. Selama ini, uji bioavailabilitas secara in vivo memerlukan waktu
yang lama, biaya yang relatif tinggi, serta terdapat beberapa masalah dalam pemberian obat kepada subjek uji sehatpasien Chereson, 1999.
Parameter uji in vitro yang paling dekat hubungannya dengan bioavailabilitas adalah laju disolusi. Obat yang masuk ke dalam tubuh dapat
diabsorpsi jika sudah dalam bentuk larutan sehingga kecepatan obat untuk larut dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bentuk sediaannya laju disolusi akan menentukan kecepatan dan atau jumlah obat yang terabsorpsi Chereson, 1999.
4. Obat
Menurut S. P. Menkes R. I. No. 193KebVII71, obat adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah,
mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan
atau bagian badan manusia Lestari, Rahayu, Rya, Suhardjono, Maisunah, Soewarni, dkk., 2002.
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Nama generik adalah
nama obat berdasarkan International Nonproprietary Name I.N.N. yang ditetapkan WHO. Nama generik berlaku di negara manapun dan boleh diproduksi oleh setiap
industri, sedangkan obat paten yaitu obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atau nama pembuat atau yang dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari
pabrik yang memproduksinya. Nama dagang adalah nama khas yang dilindungi hukum yaitu merk terdaftar atau Proprietary Name Lestari dkk., 2002.
B. Parasetamol