t Kriteria bioekivalen Perbandingan Bioavailabilitas 1. Kadar parasetamol dalam plasma

4. t

max Nilai t max menunjukkan waktu ketika konsentrasi obat dalam plasma mencapai konsentrasi maksimum C max . Pada saat t max laju absorpsi obat sama dengan laju eliminasi obat. Setelah t max tercapai, absorpsi masih berjalan meskipun dengan laju yang lebih lambat. Nilai t max tidak tergantung pada dosis namun tergantung pada tetapan laju absorpsi k a dan tetapan laju eliminasi k el . Dalam membandingkan produk obat, nilai t max dapat digunakan untuk memperkirakan laju absorpsi obat sebab proses eliminasi obat di dalam tubuh dianggap tidak berbeda. t max = k - k ln el a k k el a 19 Keterangan : t max = waktu tercapainya C max menit k a = tetapan laju absorpsi menit -1 k el = tetapan laju eliminasi menit -1 Nilai t max antara ketiga tablet berbeda bermakna. Hal ini dapat dilihat pada tabel XVII yang menunjukkan bahwa nilai Sig lebih kecil dari 0,100. Berarti laju absorpsi ketiga tablet tersebut dapat dikatakan berbeda. Dari ketiga tablet, ternyata tablet generik memiliki nilai t max paling kecil, kemudian tablet Progesic ® dan Pyrexin ® . Tabel XVII. Uji Post-Hoc Nilai t max 90 Confidence Interval Obat I Obat J Mean Difference I-J Std. Error Sig Lower Bound Upper Bound Progesic ® - 8,8667 2,50540 0,028 - 15,1706 - 2,5627 Generik Pyrexin ® - 21,7000 2,50540 0,000 - 28,0040 - 15,3960 Hal ini berarti tablet generik paling cepat mencapai konsentrasi maksimum dibandingkan dengan tablet Progesic ® dan Pyrexin ® . Selain itu, laju absorpsi tablet generik lebih cepat dibandingkan dengan tablet Progesic ® dan Pyrexin ® .

5. Kriteria bioekivalen

Untuk menentukan apakah dua produk obat bioekivalen atau tidak, maka dilakukan perbandingan terhadap ketiga parameter bioavailabilitas. Menurut Pedoman Uji Biekivalensi Badan POM RI, dua produk dikatakan bioekivalen jika : a 0,800 generik dagang merk AUC geometrik rata - rata AUC geometrik rata - rata 1,250 b 0,800 generik max dagang merk max C geometrik rata - rata C geometrik rata - rata 1,250, sedangkan nilai t max dilakukan perbandingan hanya jika ada klaim yang relevan secara klinik tentang pelepasan atau kerja yang cepat atau adanya tanda-tanda yang berhubungan dengan efek samping obat. Namun, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan uji klinik, maka tetap dilakukan perbandingan nilai t max . Menurut Chereson dalam Basic Pharmacokinetics 2000, syarat bioekivalen untuk nilai t max adalah 0,800 generik max dagang merk max t geometrik rata - rata t geometrik rata - rata 1,250. Parameter-parameter bioavailabilitas tablet Pyrexin ® dan tablet Progesic ® dibandingkan dengan parameter bioavailabilitas tablet generik. Hasil perbandingan tersebut disajikan pada tabel XVIII. Dari hasil perhitungan pada tabel XVIII, terlihat bahwa semua perbandingan parameter bioavailabilitas kedua tablet parasetamol PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bermerk dagang terhadap tablet parasetamol generik ternyata di luar rentang nilai 0,800–0,125. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedua tablet merk dagang yang diuji, yaitu tablet Pyrexin ® dan tablet Progesic ® , ternyata tidak bioekivalen dengan tablet parasetamol generik. Tabel XVIII. Perbandingan Parameter Bioavailabilitas Generik Pyrexin ® Progesic ® Rata-rata geometrik AUC 0-inf 20840,628 16622,120 33487,027 Rata-rata geometrik C max 178,836 116,420 235,676 Rata-rata t max 24,733 46,433 33,600 generik dagang merk AUC geometrik rata - rata AUC geometrik rata - rata 0,798 1,607 generik max dagang merk max C geometrik rata - rata C geometrik rata - rata 0,651 1,318 generik max dagang merk max t geometrik rata - rata t geometrik rata - rata 1,878 1,356 Bioekivalen dengan generik ? TIDAK TIDAK Selain itu, dengan melihat hasil uji disolusi in vitro dan hasil uji in vivo, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang baik antara uji in vitro dengan uji in vivo dalam penetapan bioavailabilitas ini sebab kemiripan profil disolusi belum dapat menunjukkan apakah kedua produk obat bioekivalen atau tidak. Nilai parameter bioavailabilitas yaitu AUC 0-inf , C max , dan t max sangat tergantung pada proses absorpsi obat di dalam tubuh. Dalam penelitian ini, faktor rute dan cara pemberian tidak menjadi faktor yang menyebabkan perbedaan bioavailabilitas sebab rute dan cara pemberian sudah dibuat sama, yaitu per oral. Selain itu, dosis dan aturan dosis juga sudah dibuat sama, yaitu dosis tunggal 1200 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mgkgBB. Oleh karena itu, faktor dosis dan aturan dosis juga tidak dapat dianggap sebagai penyebab terjadinya perbedaan bioavailabilitas. Proses absorpsi obat diawali dengan hancurnya bentuk sediaan tablet. Waktu hancur tablet dipengaruhi oleh kekerasan tablet. Tablet Progesic ® dengan nilai kekerasan terkecil ternyata memiliki waktu hancur paling cepat, sedangkan tablet Pyrexin ® dengan nilai kekerasan terbesar ternyata memiliki waktu hancur paling lama. Selain itu, waktu hancur juga sangat dipengaruhi oleh bahan penghancur yang digunakan dalam masing-masing tablet tersebut. Jika jumlah bahan penghancur yang digunakan besar, maka tablet akan semakin mudah hancur sehingga waktu hancurnya menjadi singkat. Mungkin jumlah bahan penghancur dalam tablet Progesic ® lebih banyak daripada dalam tablet generik dan Pyrexin ® . Proses selanjutnya adalah disolusi zat aktif dari bentuk sediaan. Zat aktif parasetamol dari tablet Pyrexin ® terdisolusi paling banyak dibandingkan dengan tablet Progesic ® dan tablet generik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh ukuran partikel obat. Ukuran partikel parasetamol dalam tablet Pyrexin ® mungkin lebih kecil daripada parasetamol dalam tablet Progesic ® dan tablet generik sehingga luas permukaan efektif dari parasetamol dalam tablet Pyrexin ® menjadi besar. Oleh karena itu, meskipun tablet Pyrexin ® hancur paling lama, parasetamol dalam tablet Pyrexin ® dapat terdisolusi lebih cepat daripada parasetamol dalam tablet Progesic ® dan tablet generik. Selain itu, disolusi juga dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam tablet. Mungkin zat aktif dapat membentuk kompleks dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bahan tambahan dalam tablet sehingga zat aktif menjadi sulit lepas dari bentuk sediaan dan disolusi zat aktif menjadi lambat. Tahap selanjutnya adalah perpindahan obat menembus membran menuju ke sirkulasi sistemik. Tablet generik memiliki nilai t max terkecil, yang berarti bahwa C max cepat tercapai, sedangkan tablet Pyrexin ® memiliki nilai t max terbesar yang berarti bahwa Pyrexin ® paling lama mencapai C max . Dalam hal ini, kemungkinan faktor yang berpengaruh adalah pH dalam saluran pencernaan yang dapat menentukan derajat ionisasi parasetamol. Jika nilai pH berubah menjadi lebih asam, maka bentuk tak terion menjadi lebih banyak sehingga lebih mudah menembus membran mencapai sirkulasi sistemik. Perubahan nilai pH dapat disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan ataupun keadaan psikologis dari hewan uji. Kemampuan menembus membran menjadi rate limiting step pada tablet Pyrexin ® sebab disolusi Pyrexin ® berjalan dengan cepat namun absorpsi berjalan dengan lambat, yang ditandai dengan besarnya nilai t max . Tablet Progesic ® memiliki nilai AUC 0-inf dan C max paling besar, diikuti oleh tablet generik dan tablet Pyrexin ® . Hal ini mungkin berkaitan dengan adanya lag time pada tablet generik dan tablet Pyrexin ® . Karena adanya penundaan absorpsi obat, mungkin obat mengalami degradasi di dalam saluran pencernaan sehingga jumlah yang diabsorpsi menjadi kecil. Degradasi tersebut dapat disebabkan oleh akivitas enzim di dalam saluran pencernaan. Faktor-faktor lain yang juga dapat mempengaruhi besar kecilnya nilai parameter bioavailabilitas adalah faktor fisiologis hewan uji, seperti waktu pengosongan lambung, waktu transit pada usus, motilitas usus, dan keadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI psikologis hewan uji. Jika waktu pengosongan lambung lama, maka absorpsi obat akan tertunda sehingga t max menjadi besar. Jika waktu transit pada usus hanya sebentar atau motilitas usus cepat, maka proses absorpsi obat tidak terjadi dengan sempurna yang dapat mengakibatkan nilai AUC dan C max menjadi kecil. Jika hewan uji dalam keadaan stres, maka waktu pengosongan lambung, aliran darah, dan nilai pH juga dapat berubah sehingga mengakibatkan perubahan nilai parameter bioavailabilitas. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah parameter C max dan t max antara ketiga tablet berbeda bermakna, sedangkan parameter AUC 0-inf antara tablet Progesic ® dengan tablet generik berbeda bermakna dan antara tablet Pyrexin ® dengan tablet generik berbeda tidak bermakna. Hasil perbandingan parameter bioavailabilitas tidak memenuhi syarat yang ditentukan sehingga kedua tablet bermerk dagang, yaitu tablet Progesic ® dan tablet Pyrexin ® yang diuji tidak dapat dikatakan bioekivalen dengan tablet generik. Perbedaan secara statistik ini bukan berarti bahwa tablet tersebut benar- benar berbeda dalam hal efek terapeutiknya segi farmakodinamika meskipun segi farmakokinetika obat memang mempengaruhi efek yang ditimbulkan oleh obat. Selain itu, penelitian ini juga belum sampai menentukan apakah kedua produk obat mempunyai ekivalensi terapeutik atau tidak sebab hal itu harus ditunjukkan dalam uji klinik Penulis menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Tablet yang diberikan ke hewan uji sudah digerus dan dilarutkan ke dalam aquadest. Dalam penggerusan tersebut, tidak diketahui apakah ukuran partikel sudah homogen atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI belum karena dalam penelitian tidak dilakukan uji keseragaman ukuran partikel. Ukuran partikel tersebut sebenarnya dapat menentukan disolusi obat dan mempengaruhi nilai parameter bioavailabilitas yang dihasilkan. Selain itu, uji keseragaman bobot yang dilakukan juga masih berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi III meskipun sebenarnya uji keseragaman bobot juga terdapat pada Farmakope Indonesia Edisi IV. Seharusnya uji keseragaman bobot ini dilakukan berdasarkan acuan yang terbaru, yaitu Farmakope Indonesia Edisi IV. Dalam penelitian ini, juga tidak dilakukan penetapan kadar zat aktif di dalam tablet. Padahal data tersebut mungkin dapat menjelaskan tentang pengaruh jumlah zat aktif dalam tablet terhadap disolusi dan bioavailabilitas obat. Hal-hal inilah yang menjadi keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Bioavailabilitas tablet parasetamol generik, tablet Pyrexin ® , dan tablet Progesic ® tidak sama. a. Nilai AUC 0-inf μg.menitml tablet parasetamol generik sebesar 21029,077 + 3336,122; tablet Pyrexin ® sebesar 16666,110 + 1456,821; dan tablet Progesic ® sebesar 33823,687 + 5640,811. Nilai AUC 0-inf tablet Pyrexin ® berbeda tidak bermakna terhadap tablet generik, sedangkan tablet Progesic ® berbeda bermakna terhadap tablet generik. b. Nilai C max μgml tablet parasetamol generik sebesar 179,743 + 21,631; tablet Pyrexin ® sebesar 116,717 + 10,018; dan tablet Progesic ® sebesar 236,037 + 15,762. Nilai C max tablet Pyrexin ® dan tablet Progesic ® berbeda bermakna terhadap tablet generik. c. Nilai t max menit tablet parasetamol generik sebesar 24,733 + 1,943; tablet Pyrexin ® sebesar 46,433 + 3,353; dan tablet Progesic ® sebesar 33,600 + 3,637. Nilai t max tablet Pyrexin ® dan tablet Progesic ® berbeda bermakna terhadap tablet generik.