Definisi Bioavailabilitas dan Bioekivalensi

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

Berkaitan dengan penelitian Perbandingan Bioavailabilitas Tablet Pyrexin ® dan Tablet Progesic ® dengan Tablet Parasetamol Generik pada Kelinci Putih Jantan, maka dalam bab ini ditelaah tentang Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Parasetamol, Farmakokinetika, Nasib Obat di Dalam Tubuh, Dasar-Dasar Perhitungan Farmakokinetika, Darah, Kolorimetri, dan Desain Cross Over.

A. Bioavailabilitas dan Bioekivalensi

1. Definisi

Bioavailabilitas ketersediaan hayati merupakan persentase dan kecepatan zat aktif dalam suatu produk obat yang mencapaitersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuhaktif setelah pemberian produk obat tersebut. Bioavailabilitas dapat diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalam urin Anonim, 2004b. Terdapat dua macam bioavailabilitas, yaitu bioavailabilitas absolut dan bioavailabilitas relatif. Bioavailabilitas absolut merupakan perbandingan bioavailabilitas obat yang diberikan secara ekstravaskular terhadap bioavailabilitas obat yang diberikan secara intravaskular, sedangkan bioavailabilitas relatif merupakan perbandingan bioavailabilitas produk obat terhadap pembanding selain intravaskular Anonim, 2004b. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Istilah ekivalensi atau kesetaraan digunakan dalam perbandingan suatu produk obat dengan produk obat lainnya. Ada beberapa istilah ekivalensi menurut Malinowski 2000. a. Ekivalensi kimia. Jika dua atau lebih bentuk sediaan mengandung obat seperti yang tertera pada etiket. b. Ekivalensi klinik. Jika obat yang sama dalam dua atau lebih bentuk sediaan memberikan efek in vivo yang identik, yang dapat dilihat dari respon farmakologi atau kontrol terhadap gejala atau penyakit. c. Ekivalensi terapeutik. Ekivalensi terapeutik berarti bahwa dua merk obat diharapkan menghasilkan efek klinik yang sama. d. Bioekivalensi. Jika obat dalam dua atau lebih bentuk sediaan yang sejenis mencapai sirkulasi sistemik dengan jumlah dan kecepatan yang relatif sama. e. Ekivalensi farmasetik. Jika dua produk obat mengandung zat aktif yang sama dalam bentuk sediaan dan kekuatan yang sama. Bioekivalensi merupakan perbandingan bioavailabilitas dari dua atau lebih produk obat. Dua produk atau formulasi yang mengandung zat aktif sama dikatakan bioekivalen jika kecepatan dan jumlah yang diabsorpsi sama Chereson, 1999. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Pedoman Uji Bioekivalensi Badan POM RI, dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensi farmasetik atau merupakan alternatif farmasetik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas yang sebanding sehingga efeknya akan sama, baik dalam hal efikasi maupun keamanan. Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmasetik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama dalam jumlah dan bentuk sediaan yang sama. Dua produk obat merupakan alternatif farmasetik jika keduanya mengandung zat aktif yang sama tetapi berbeda dalam bentuk kimia garam, ester, dsb. atau bentuk sediaan atau kekuatan. Studi bioavailabilitas digunakan untuk menunjukkan efek sifat fisika kimia komponen obat dan bentuk sediaan terhadap farmakokinetika obat. Studi bioekivalensi digunakan untuk membandingkan bioavailabilitas obat dengan zat aktif yang sama dari berbagai produk obat. Apabila produk obat tersebut bioekivalen maka efikasi dan profil keamanan produk-produk obat tersebut dapat dianggap sama dan dapat digantikan satu dengan yang lain Shargel, Wu-Pong, and Yu, 2005. Respon farmakologis pada umumnya terkait dengan konsentrasi obat pada reseptor sehingga ketersediaan obat dari bentuk sediaan merupakan faktor yang penting dalam menentukan efikasi obat. Konsentrasi obat pada tempat aksi biasanya tidak dapat diukur secara langsung sehingga kebanyakan studi bioavailabilitas melibatkan pengukuran konsentrasi obat di dalam darah atau urin. Hal ini berdasarkan pada suatu anggapan bahwa obat pada tempat aksi berada dalam kesetimbangan dinamis dengan obat di dalam darah Chereson, 1999. Obat dalam bentuk sediaan padat yang ditujukan untuk penggunaan sistemik umumnya mengalami absorpsi melalui suatu rangkaian proses, yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat, pelarutan obat dalam media aqueous, dan absorpsi melewati membran sel menuju sirkulasi sistemik Shargel et al., 2005. Di dalam proses tersebut, kecepatan obat mencapai sistem sirkulasi ditentukan oleh tahap yang paling lambat. Tahap yang paling lambat di dalam rangkaian proses kinetik disebut tahap penentu kecepatan rate limiting step. Bentuk sediaan padat disintegrasi deagregasi Granul Partikel kecil Gambar 1. Proses laju bioavailabilitas obat Malinowski, 2000 Untuk obat-obat yang mempunyai kelarutan kecil dalam air, laju pelarutan biasanya merupakan tahap yang paling lambat sehingga menjadi penentu kecepatan terhadap bioavailabilitas obat Shargel et al., 2005. Studi bioavailabilitas dilakukan terhadap bahan obat aktif yang telah disetujui maupun obat dengan efek terapeutik yang belum disetujui oleh Food and Drug Administration FDA untuk dipasarkan. Dalam menyetujui suatu produk obat untuk dipasarkan, FDA harus memastikan bahwa produk obat tersebut aman dan efektif sesuai label indikasi penggunaan. Selain itu, produk obat juga harus memenuhi seluruh standar yang digunakan dalam identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian Shargel et al., 2005. Disolusi obat Disolusi obat Larutan obat Absorpsi Obat dalam darah Disolusi obat Untuk meyakinkan bahwa standar-standar tersebut telah dipenuhi, FDA menghendaki studi bioavailabilitasfarmakokinetika dan bila perlu persyaratan bioekivalensi untuk semua produk Shargel et al., 2005. Akibat perkembangan studi bioavailabilitas dan bioekivalensi, maka diperlukan suatu kepastian bahwa produk generik bioekivalen terhadap produk dagang sehingga produk generik tidak perlu diragukan lagi jika diresepkan oleh dokter Chereson, 1999.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas