Pembuatan kurva baku Penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak

Gambar 20. Pengukuran panjang gelombang maksimum larutan parasetamol dalam plasma kadar 400 μgml Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, panjang gelombang maksimum yang diperoleh dalam optimasi dapat digunakan jika selisihnya dengan panjang gelombang teori tidak lebih dari 3 nm. Oleh sebab itu, pengukuran serapan larutan baku dan sampel dilakukan pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh yaitu 433 nm.

3. Pembuatan kurva baku

Pembuatan kurva baku dilakukan untuk memperoleh persamaan kurva baku yang dapat berguna dalam perhitungan kadar sampel parasetamol. Persamaan kurva baku ini diperoleh melalui pengukuran serapan seri kadar larutan baku parasetamol pada panjang gelombang 433 nm, kemudian dibuat persamaan garis regresi antara kadar sebagai variabel bebas dan serapan sebagai variabel tergantung. Hasil pengukuran serapan larutan parasetamol dan persamaan garis regresi dapat dilihat pada tabel X sedangkan kurva baku disajikan pada gambar 21. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel X. Data Persamaan Kurva Baku Seri Baku Kadar μgml Serapan 1 50,1 0,101 2 100,2 0,202 3 150,3 0,344 4 200,4 0,486 5 250,5 0,560 6 300,6 0,669 7 350,7 0,794 8 400,8 0,919 Slope B 0,00231 Intercept A - 0,01214 Standar Deviasi 0,018 Corr.coeff r 0,9983 Persamaan garis regresi Y = 0,00231 X – 0,01214 Hasil persamaan kurva baku yaitu Y = 0,00231 X – 0,01214 selanjutnya digunakan untuk menetapkan kadar parasetamol dalam plasma. KURVA BAKU PARASETAMOL 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Kadar Larutan Parasetamol μgml Se ra p a n Y = 0,00231X - 0,01214 r = 0,9983 Gambar 21. Kurva hubungan antara kadar parasetamol dengan serapan

4. Penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak

Penentuan nilai perolehan kembali, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak dilakukan dengan mengukur serapan larutan parasetamol di dalam plasma pada panjang gelombang 433 nm menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Pada pengukuran ini digunakan 2 larutan parasetamol di dalam plasma, yaitu kadar 101,2 μgml dan 404,8 μgml. Serapan yang diperoleh kemudian diolah menjadi kadar parasetamol di dalam plasma menggunakan persamaan kurva baku. Pengukuran masing-masing larutan dilakukan replikasi 3 kali. Nilai perolehan kembali untuk kadar 101,2 μgml adalah 97,31 + 1,78, sedangkan untuk kadar 404,8 μgml adalah 99,97 + 0,91. Nilai perolehan kembali merupakan tolok ukur akurasi metode analisis. Karena nilai perolehan kembali berada pada rentang 80-120, maka metode ini dinyatakan memiliki nilai akurasi yang baik. Tabel XI. Nilai Perolehan Kembali, Kesalahan Sistematik, dan Kesalahan Acak Kadar Sesungguhnya μgml Kadar Terukur Perolehan Kembali Kesalahan Sistematik Kesalahan Acak 101,2 97,03 95,88 4,12 101,2 97,90 96,74 3,26 101,2 100,49 99,30 0,70 1,83 SD X ± 98,47 + 1,80 97,31 + 1,78 2,69 + 1,78 404,8 407,42 100,65 0,65 404,8 400,49 98,94 1,06 404,8 406,12 100,33 0,33 0,91 SD X ± 404,68 + 3,68 99,97 + 0,91 0,68 + 0,37 Kesalahan sistematik merupakan tolok ukur inakurasi penetapan kadar. Nilai kesalahan sistematik untuk kadar 101,2 μgml adalah 2,69 + 1,78, sedangkan untuk kadar 404,8 μgml adalah 0,68 + 0,37. Kesalahan acak merupakan tolok ukur impresisi suatu metode analisis. Nilai kesalahan acak untuk kadar 101,2 μgml adalah 1,83, sedangkan untuk kadar 404,8 μgml adalah 0,91. Ditinjau dari nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kesalahan sistematik dan nilai kesalahan acak yang diperoleh, maka metode penetapan kadar parasetamol di dalam plasma menurut Chafetz et al. 1971 memiliki ketepatan dan ketelitian yang baik.

D. Orientasi Dosis dan Waktu Pengambilan Sampel Darah