Permodalan Tabel.5.21 Kualitas Aktiva Produktif

Melalui hasil perbandingan ini diketahui bahwa pada tahun 2006 PT. BPR Shinta Bhakti Wedi merupakan bank yang tergolong SEHAT dengan total skor 90,976 dan tidak terdapat : a. Perselisihan intern b. Campur tangan pihak luar c. Window dressing d. Praktek bank dalam bank

C. Analisis Tingkat Kesehatan PT. BPR Shinta Bhakti Wedi Tahun 2002 Sampai Tahun 2006

1. Permodalan Tabel.5.21

Nilai Rasio CAR Tahun 2002 sd 2006 Rasio Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 CAR 8,959 11,572 11,794 9,50 10,085 Faktor permodalan hanya terdapat satu rasio untuk menilai tingkat kesehatan bank, yaitu Capital Adequacy Ratio CAR. Hasil CAR dikuantifikasikan dari dua komponen yaitu jumlah modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR pada tahun yang sama. Rasio ini mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 rasio CAR tertinggi dicapai pada tahun 2004 yaitu sebesar 11,794 setelah adanya kenaikan dari dua tahun sebelumnya. Rasio terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 8,959. Kenaikan rasio CAR ini terjadi akibat adanya kenaikan modal dan kenaikan ATMR, namun kenaikan jumlah modal lebih besar daripada kenaikan ATMR. Untuk meningkatkan nilai rasio CAR, hal yang dapat dilakukan oleh bank adalah meningkatkan modal bank, baik modal sendiri maupun modal pinjaman.

2. Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian faktor Kualitas Aktiva Produktif terdiri atas dua komponen rasio, yaitu: 1 Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif. Tabel.5.22 Nilai Rasio KAP1 Tahun 2002 sd 2006 Rasio Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 KAP1 1,02 1,144 1,164 3,298 5,524 Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD terdiri dari empat macam kolektibilitas beserta bobotnya, yaitu 0 dari aktiva produktif yang tergolong lancar, 50 dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, 75 dari aktiva produktif yang tergolong diragukan dan 100 dari aktiva produktif yang tergolong macet. Sepanjang lima tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,02 dan rasio terburuk dicapai pada tahun 2006 sebesar 5,524. Peningkatan rasio yang menunjukkan buruknya kinerja kualitas aktiva produktif ini disebabkan oleh terus meningkatnya APYD terutama pada aktiva yang tergolong macet sedangkan total aktiva produktif peningkatannya tidak sebanding dengan peningkatan APYD. Untuk mencegah hal ini terus berlanjut BPR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat melakukan investigasi kepada calon debitur dan melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya agar kredit macet dapat diminimalisir. 2 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk oleh bank. Tabel.5.23 Nilai Rasio KAP2 Tahun 2002 sd 2006 Rasio Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 KAP2 124,997 103,816 107,525 65,758 49,958 Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar kredit bermasalah dijamin oleh dana yang telah disihkan dari aktiva produktif untuk menutup risiko terjadinya kredit macet. Selama lima tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2002 yaitu 124,997 dan rasio terburuk terjadi pada tahun 2006 yaitu 49,958 dengan predikat cukup sehat. Untuk mengantisipasi semakin merosotnya nilai rasio ini, ada baiknya bank lebih ketat dalam memberikan kredit kepada nasabah agar tidak terjadi kredit macet. Karena dengan adanya kredit macet maka bank harus membentuk PPAP semakin besar pula. Memang PPAP yang dibentuk oleh bank semakin besar dapat meningkatkan nilai rasio ini namun dapat berakibat modal bank menjadi menurun. Modal bank menjadi menurun karena PPAP yang dibentuk oleh bank nilainya harus diambil dari modal bank.

3. Manajemen Tabel.5.24