Melalui hasil perbandingan ini diketahui bahwa pada tahun 2006 PT. BPR Shinta Bhakti Wedi merupakan bank yang tergolong SEHAT dengan total
skor 90,976 dan tidak terdapat : a. Perselisihan intern
b. Campur tangan pihak luar c. Window dressing
d. Praktek bank dalam bank
C. Analisis Tingkat Kesehatan PT. BPR Shinta Bhakti Wedi Tahun 2002 Sampai Tahun 2006
1. Permodalan Tabel.5.21
Nilai Rasio CAR Tahun 2002 sd 2006 Rasio
Tahun 2002
Tahun 2003
Tahun 2004
Tahun 2005
Tahun 2006
CAR 8,959
11,572 11,794
9,50 10,085
Faktor permodalan hanya terdapat satu rasio untuk menilai tingkat kesehatan bank, yaitu Capital Adequacy Ratio CAR. Hasil CAR dikuantifikasikan dari
dua komponen yaitu jumlah modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR pada tahun yang sama. Rasio ini mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang
sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8. Dari tahun 2002
sampai dengan tahun 2006 rasio CAR tertinggi dicapai pada tahun 2004 yaitu sebesar 11,794 setelah adanya kenaikan dari dua tahun sebelumnya. Rasio
terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar 8,959. Kenaikan rasio CAR ini terjadi akibat adanya kenaikan modal dan kenaikan ATMR, namun kenaikan
jumlah modal lebih besar daripada kenaikan ATMR. Untuk meningkatkan nilai rasio CAR, hal yang dapat dilakukan oleh bank adalah meningkatkan
modal bank, baik modal sendiri maupun modal pinjaman.
2. Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian faktor Kualitas Aktiva Produktif terdiri atas dua komponen rasio, yaitu:
1 Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif.
Tabel.5.22 Nilai Rasio KAP1 Tahun 2002 sd 2006
Rasio Tahun
2002 Tahun
2003 Tahun
2004 Tahun
2005 Tahun
2006
KAP1 1,02
1,144 1,164
3,298 5,524
Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD terdiri dari empat macam kolektibilitas beserta bobotnya, yaitu 0 dari aktiva produktif
yang tergolong lancar, 50 dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, 75 dari aktiva produktif yang tergolong diragukan dan 100
dari aktiva produktif yang tergolong macet. Sepanjang lima tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2002 yaitu sebesar 1,02 dan rasio
terburuk dicapai pada tahun 2006 sebesar 5,524. Peningkatan rasio yang menunjukkan buruknya kinerja kualitas aktiva produktif ini disebabkan
oleh terus meningkatnya APYD terutama pada aktiva yang tergolong macet sedangkan total aktiva produktif peningkatannya tidak sebanding
dengan peningkatan APYD. Untuk mencegah hal ini terus berlanjut BPR PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat melakukan investigasi kepada calon debitur dan melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan kepatuhan
debitur dalam memenuhi kewajibannya agar kredit macet dapat diminimalisir.
2 Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP yang telah dibentuk terhadap PPAP yang wajib dibentuk oleh bank.
Tabel.5.23 Nilai Rasio KAP2 Tahun 2002 sd 2006
Rasio Tahun
2002 Tahun
2003 Tahun
2004 Tahun
2005 Tahun
2006
KAP2 124,997
103,816 107,525
65,758 49,958
Rasio ini untuk mengetahui seberapa besar kredit bermasalah dijamin oleh dana yang telah disihkan dari aktiva produktif untuk menutup risiko
terjadinya kredit macet. Selama lima tahun ini rasio terbaik dicapai pada tahun 2002 yaitu 124,997 dan rasio terburuk terjadi pada tahun 2006
yaitu 49,958 dengan predikat cukup sehat. Untuk mengantisipasi semakin merosotnya nilai rasio ini, ada baiknya bank lebih ketat dalam
memberikan kredit kepada nasabah agar tidak terjadi kredit macet. Karena dengan adanya kredit macet maka bank harus membentuk PPAP
semakin besar pula. Memang PPAP yang dibentuk oleh bank semakin besar dapat meningkatkan nilai rasio ini namun dapat berakibat modal
bank menjadi menurun. Modal bank menjadi menurun karena PPAP yang dibentuk oleh bank nilainya harus diambil dari modal bank.
3. Manajemen Tabel.5.24