Rentabilitas Analisis perkembangan tingkat kesehatan bank perkreditan rakyat dengan menggunakan metode camel : studi kasus PT. Bank Perkreditan Rakyat [BPR] Shinta Bhakti Wedi, Klaten, Jawa Tengah.

itu dewan komisaris melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan tugas direksi dalam batasan tugas dan wewenang yang jelas, yang dilakukan secara efektif.

4. Rentabilitas

Penilaian faktor rentabilitas dinilai berdasarkan dua rasio, yaitu: 1 Rasio jumlah laba sebelum pajak 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha 12 bulan terakhir. Tabel.5.25 Nilai Rasio ROA Tahun 2002 sd 2006 Rasio Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 ROA 20,726 16,049 13,462 2,461 0,616 Rasio ini mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. Selama lima tahun berturut-turut dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 kondisi paling baik dicapai pada tahun 2002 sebesar 20,726 dan terus mengalami penurunan sampai tahun 2006 dengan nilai rasio ROA sebesar 0,616. Hal ini disebabkan oleh menurunnya jumlah laba sebelum pajak. Penurunan ini diduga karena adanya kenaikan pada biaya operasional terutama biaya bunga atas pinjaman yang diterima dari bank- bank lain sedangkan kenaikan pendapatan operasional tidak sebanding dengan kenaikan biaya operasional. Kenaikan pendapatan operasional yang tidak sebanding kemungkinan dapat terjadi karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan sebagai akibat dari banyaknya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kredit macet yang dialami oleh bank. Untuk menekan penurunan laba ada baiknya bank menekan pengeluaran atau melakukan penghematan biaya operasional yang kurang perlu seperti pos biaya lainnya yang kurang jelas penggunaannya. Selain itu juga berkaitan dengan pemberian kredit, ada baiknya BPR melakukan investigasi kepada calon debitur dan melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit, serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya seperti yang dilakukan untuk meminimalisir kenaikan nilai rasio KAP1. 2 Rasio jumlah beban operasional 12 bulan terakhir terhadap jumlah pendapatan operasional 12 bulan terakhir. Tabel.5.26 Nilai Rasio BOPO Tahun 2002 sd 2006 Rasio Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 BOPO 87,557 89,051 89,210 91,011 97,263 Rasio ini mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006, kegiatan operasional yang paling efisien dicapai pada tahun 2002, karena semakin meningkat rasio ini semakin tidak efisien dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Hal ini terjadi karena kenaikan jumlah biaya operasional lebih besar dibandingkan dengan kenaikan jumlah pendapatan operasionalnya. Untuk mengantisipasi hal ini bank sebaiknya menekan pengeluaran biaya operasional sekecil mungkin dengan mengurangi biaya yang dianggap tidak perlu seperti pos biaya lainnya yang kurang jelas penggunaannya.

5. Likuiditas