Analisis perkembangan dan prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di indonesia
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh
Nadia Galuh Hendriana NIM: 107081001395
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh
Nadia Galuh Hendriana NIM: 107081001395
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Nadia Galuh Hendriana
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1989
Agama : Islam
Alamat : Komp. Villa Mutiara Jl. Mutiara 3 Blok kk no.24, Sawah Baru, Ciputat
Telp / Hp : (021) 7412571 / 085715733088
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007 : SMA N 47 Jakarta
2001-2004 : SMP N 161 Jakarta
(8)
iii ABSTRACT
This research is intended to analysis the development and forecast the growth of shariah banking in Indonesia. The method used in this research are Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model for forecasting the growth of shariah banking in Indonesia. The variable in this research is indicators of banking, which are asset, third party fund, financing and income. The data employed in this research are time series data from quarterly data for period quarter I or March 2006 up to quarter IV or December 201, which are from Islamic Banking Statistics published by Bank Indonesia (BI) and picked from several publication. In this research, the period forecasting is quarter I or March 2011 up to quarter IV or December 2012.
The result of ARIMA model gives information that the growth of shariah banking in Indonesia is fluctuated, but when viewed from the results of forecasting the nominal is increase in each quarterly. This condition is performed the variable of this research which are asset, third party fund, financing and income. The nominal value of asset, third party fund, financing and income are predicted going up in 2011 and 2012. The growth of four variable are fluctuated in the quarter I or March 2011 up to quarter IV or December 2012.
(9)
iv ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perkembangan dan meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model untuk meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Variabel dalam penelitian ini adalah indikator dari bank yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu data triwulanan yaitu dari triwulan I atau Maret tahun 2006 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2010, dimana data tersebut didapat dari Statistik Perbankan Syariah dan untuk menganalisis perkembangan bank syariah data didapat dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI). Dalam penelitian ini, hasil peramalan yaitu triwulan I atau Maret tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2012.
Hasil dari model ARIMA yang dipilih dalam penelitian ini yaitu memberikan informasi bahwa pertumbuhan bank syariah di Indonesia mengalami fluktuasi, tetapi bila dilihat dari hasil peramalan nominal ditiap triwulannya terjadi peningkatan. Kondisi ini ditunjukkan dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan. Nilai nominal dari asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan diprediksi mengalami kenaikan untuk tahun 2011 dan 2012. Tingkat pertumbuhan dari keempat variabel yang diteliti mengalami fluktuasi pada triwulan I atau Maret tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember tahun 2012.
(10)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pda Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasa pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar.
Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Papah dan Mamah tercinta, Bapak H. Pansuri dan Ibu Hj. Hendriyati yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun materil tanpa henti pada penulis. Terima kasih untuk papah dan mamah atas kasih sayang dan cinta serta doa yang tidak pernah putus dan selalu setia mendampingi saat penulis mulai kehilangan semangat. Semua jerih payah ini, penulis dedikasikan selalu untuk Papah dan Mamah.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan satu UIN Jakarta dan selaku Dosen Pembimbing utama dan Bapak Drs. Ade Ananto Terminanto, MM selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Terima kasih kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
(11)
vi
5. Kakak dan Adik tersayang, Hizratul Chairita, Nidia Galuh Hendriani, dan Emma Silmy Akmaliya, yang selalu memberi semangat serta dukungannya kepada penulis. Terima kasih booya, ade dan mimi.
6. Maulana Andi Pratama yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis, terima kasih untuk dukungannya.
7. Sahabat-sahabat Manajemen B angkatan 2007 ( Pingkan, Wulan, Caca, Ayucil, Zadi, Hakim, Dini, Novi, Ria, Ole, Bangga, Adi, Ole, Doli, Jeje, Bimo, Ariyanto, Adlin, Agi, Bombom, Dani, Eneng, Haikal, Mbaw, Rizky, Sofwan, dll), terimaksih untuk waktu-waktu yang telah kita lewati bersama.
8. Sahabat-sahabat Manajemen Perbankan angkatan 2007, terima kasih untuk semangat dan untuk waktu yang telah kita lewati bersama.
9. Sahabat-sahabat GC (Dania, Rizkah, Yuni, Yani, Tiavita, Nurma), terima kasih untuk dukungan yang telah kalian berikan.
10.Sahabat-sahabatku Siska, Bonita, Sheila dan Aya terima kasih untuk dukungan yang telah kalian berikan.
11.Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta; staf administrasi, keuangan dan perpustakaan.
12.Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, Juli 2011 Penulis
(12)
vii DAFTAR ISI
Hal COVER
COVER Dalam
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... .... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii
ABSTRACT... iii
ABSTRAK... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GRAFIK... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Perumusan Masalah... 8
C. Tujuan dan Manfaan Penelitian... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum... 12
B. Bank Syariah... 12
C. Keterkaitan Antar Variabel... 28
(13)
viii
E. Kerangka Pemikiran... 32
F. Perumusan Hipotesis... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 36
B. Metode Penentuan Sampel... 37
C. Metode Pengumpulan Data... 38
D. Metode Analisis... 40
E. Operasional Variabel Penelitian... 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian... 50
1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah... 50
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia... 53
B. Analisis dan Pembahasan... 71
1. Analisis Deskriptif... 71
2. Analisis Pengujian Statistik... 88
a. Uji Stasioneritas... 88
b. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)... 91
c. Estimasi ARIMA... 92
d. Prediksi ARIMA... 99
e. Hasil Pengujian Hipotesis... 103
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 107
B. Implikasi... 109
C. Saran... 110
(14)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
1.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS... 3
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional... 15
2.2 Penelitian Terdahulu... 30
3.1 Sampel data... 38
4.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010... 69
4.2 Uji Stasioner Pada Tingkat Level... 89
4.3 Uji Stasioner Pada Tingkat 1st Difference... 90
4.4 Uji Stasioner Pada Tingkat 2nd Difference... 91
4.5 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Aset... 93
4.6 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi DPK... 94
4.7 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Pembiayaan... 96
4.8 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Laba Tahun Berjalan... 97
4.9 Hasil Prediksi ARIMA... 100
4.10 Hasil Prediksi Pertumbuhan Triwulanan Perbankan Syariah... 101
(15)
x
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Hal
1.1 Aset, DPK, Pembiayaan BUS dan UUS... 6
4.1 Perkembangan Aset Bank Syariah... 70
4.2 Perkembangan DPK Bank Syariah... 75
4.3 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah... 80
(16)
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran... 33 3.1 Metodologi Box-Jenkins... 43
(17)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Level... 114
2 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Pertama... 118
3 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Kedua... 122
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya, bank konvensional mengambil keuntungan dengan menggunakan sistem bunga pada produk yang ditawarkan. Sistem bunga inilah yang menjadi kelemahan dalam perbankan konvensional, yang dapat memberikan kerugian bagi perekonomian suatu negara dan kesengsaraan kepada masyarakatnya. Melihat kelemahan dari bank konvensional tersebut, sehingga diperkenalkan sistem ekonomi yang berbasis ke Islaman atau yang lebih dikenal dengan sistem ekonomi syariah kepada masyarakat. Dimana sistem ekonomi syariah ini menganut prinsip bagi hasil dan mengharamkan riba dalam melaksanakan kegiatannya.
Setelah diperkenalkan sistem ekonomi syariah ini, berdirilah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yaitu Mit Ghamr Loal Saving Bank yang berdiri di Mesir pada tahun 1963. Mit Ghamr Bank berhasil dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Dampak baik keberhasilan Mit Ghamr Bank ini adalah terbentuknya Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975, yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri IDB (Adiwarman Karim, 2004:23).
(19)
2
Di Indonesia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam terhitung lambat dalam mengikuti perkembangan perbankan syariah. Secara nasional, Indonesia mulai menjalankan kegiatan perbankan syariah pada tanggal 1 Mei 1992 yang ditandai dengan beroperasinya PT. Bank Muamalat Indonesia. Kemajuan perbankan syariah meningkat pesat ketika terjadi krisis moneter tahun 1997, yang disebabkan oleh turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis ekonomi ini menjadi momentum perkembangan bank syariah di Indonesia yang ditandai dengan disetujuinya UU No.10 tahun 1998 menggantikan UU No. 7 tahun 1992. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut, diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah dan memberikan araha bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Setelah UU No. 10 tahun 1998 pemerintah memperbaiki dan menyetujuinya, sehingga hadirlah UU No. 21 tahun 2008 yang mengatur secara lebih terperinci mengenai bank syariah, kelayakan dalam penyaluran dana dan larangan bagi bank syariah. Serta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam mengawasi kinerja bank syariah agar selalu sesuai syariah Islam dan peraturan pemerintah, tidak merugikan masyarakat dan dapat membantu perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik lagi (www.bi.go.id).
Pengembangan bank syariah di Indonesia diikuti dengan diterbitkan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia oleh Bank Indonesia pada tahun 2002. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia ini memberikan arahan serta tujuan yang ingin dicapai oleh perbankan syariah di
(20)
3
Indonesia dan memberikan tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran pengembangan jangka panjang perbankan syariah di Indonesia.
Pada tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem keuangan, baik global maupun di Indonesia. Krisis finansial yang terjadi pada tahun 2008 telah mengganggu stabilitas sistem keuangan yang berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, bank syariah dapat mempertahankan tingkat pertumbuhannya secara stabil, yang ditunjukkan dengan pertumbuhan aset, pembiayaan, dana pihak ketiga dan laba tahun berjalan yang didapat. Ditahun 2010, pengaruh krisis ekonomi global tahun 2009 sudah semakin mereda dan kinerja perekonomian nasional termasuk industri perbankan syariah semakin membaik. Ada 5 Bank Umum Syariah baru yang berkompetisi didalam industri perbankan syariah. Bank Umum Syariah tersebut adalah Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan Bank Jabar Banten Syariah (InfoBank: Kurniyasih, 2010). Dapat dilihat dalam tabel 1.1 bahwa pada tahun 2010 muncul 5 bank syariah baru.
Tabel 1.1
Jaringan kantor BUS dan UUS
Keterangan 2006 2007 2008 2009 Des
2010
Bank Umum Syariah - Jumlah Bank - Jumlah Kantor
3 349 3 401 5 581 6 711 11 1.215 Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki UUS
- Jumlah Kantor
20 183 26 196 27 241 25 287 23 262
Total Kantor 555 626 854 1.029 1.311
(21)
4
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah peningkatan. Peningkatan perbankan syariah ini dapat dilihat dari beberapa indikator bank syariah yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba yang didapat dalam menjalankan bisnis bank syariah. Berdasarkan laporan perkembangan perbankan syariah tahun 2010 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, pertumbuhan aset bulan Desember 2006 dan Desember 2010 masing-masing sebesar 27,97% dan 47,55%. Jumlah aset masing-masing-masing-masing tahun sebesar Rp 26,7 triliun tahun 2006 dan tahun 2010 Rp 97,5 triliun.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada bulan Desember 2006 dan Desember 2010 masing-masing sebesar 32,64% dan 45,46%. Jumlah dana pihak ketiga (DPK) sampai bulan Desember 2010, yaitu sebesar Rp 76 triliun. Pada Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS) tahun 2010 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI), menjelaskan bahwa dari sisi pendanaan perbankan syariah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yaitu sebesar 45,46%, dibandingkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun 2009 yaitu sebesar 41,84%. Penyebab meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) salah satunya adalah imbal hasil perbankan syariah relative lebih menguntungkan dibandingkan imbal hasil perbankan konvensional. Selain itu kegiatan sosialisasi yang memperkenalkan produk perbankan syariah yang bermacam-macam jenisnya mampu menarik perhatian nasabah. Penyebab yang paling utama adalah dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, dimana pada saat krisis ekonomi global tersebut perbankan syariah mampu memperlihatkan bahwa
(22)
5
perbankan syariah bias menghadapi krisis tersebut dan dapat menjaga kepercayaan para nasabahnya. Ini yang mengakibatkan pada tahun 2009 masyarakat cenderung lebih memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah, sehingga pada tahun 2009 jumlah dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2010, juga mengalami peningkatan yang cukup baik karena sudah mulai membaik keadaan perekonomian nasional akibat dari imbas krisis ekonomi global di tahun 2008 lalu.
Pertumbuhan pembiayaan pada Desember 2006 dan Desember 2010 yaitu masing-masing sebesar 34,22% dan 45,41%. Jumlah pembiayaan sampai bulan Desember 2010, yaitu sebesar Rp 68,1 triliun. Pada Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS) di tahun 2009 memaparkan, pertumbuhan jumlah pembiayaan sedikit mengalami penurunan. Ini disebabkan karena adanya kehati-hatian perbankan syariah dalam menyalurkan pembiyaan ini, disebabkan perbankan syariah belum percaya sepenuhnya akan kinerja beberapa sektor ekonomi, yang diakibatkan dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008. Untuk menjaga agar perbankan syariah tidak terkena imbas dari krisis ekonomi global ini, maka perbankan syariah cenderung lebih hati-hati dalam menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Terbukti pada tahun 2010 ketika perekonomian nasional telah membaik keadaannya dan dana yang dihimpun bank syariah pada tahun 2010 mengalami peningkatan, maka terjadi peningkatan juga dalam pembiayaan.
(23)
6
Pertumbuhan laba tahun berjalan yang diterima pada Desember 2006 dan Desember 2010 yaitu masing-masing sebesar 27,77% dan 25,23%. Jumlah laba tahun berjalan yang diterima bank sampai Desember 2010 yaitu sebesar Rp 83,9 miliar. Bila dilihat dari nominalnya, jumlahnya aset, dana pihak ketiga, pembiyaan dan laba tahun berjalan cenderung meningkat.
Grafik 1.1
Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2010
Menurut Noer Soetantini, pada tahun 2011 diperkirakan pemain baru dalam perbankan syariah akan bertambah, karena akan ada bank umum yang dikonversi menjadi bank syariah. Bertambahnya pemain baru dalam perbankan syariah akan makin meramaikan bisnis perbankan syariah di Indonesia dengan pertumbuhan pada tahun 2010 yang mencapai 30%. Penawaran pembiayaan akan sangat menarik nasabah untuk tahun 2011, angsuran bulanannya tetap tidak berubah meski suku bunga bank itu bergerak naik, karena alasan inilah permintaan nasabah mengenai Kredit Kepemilkan Rumah (KPR) dan Kendaraan
(24)
7
roda dua. Pada akhir 2010 diperkirakan pangsa pasar mecapai 3%. (www.suarasurabaya.net, 2010).
Bank Indonesia memprediksikan pada tahun 2011, perbankan syariah semakin berkembang dalam melakukan usahanya. Bank Indonesia mencatat layanan perbankan syariah sudah semakin luas dan menjangkau hampir seluruh provinsi di Indonesia. Tercatat ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 146 BPR Syariah dengan total sebanyak 1262 kantor jaringan. Pada tahun 2011, aset diperkirakan mencapai Rp 115,34 triliun (www.kontan.co.id, 2009).
Dengan melihat betapa menjanjikannya prospek dari bank syaiah dan pertumbuhannya dilihat dari aset yang terus meningkat setiap tahunnya dan pembiayaan yang diberikan persyaratannya tidak menyusahkan nasabahnya.
Maka, penelitian ini berjudul : “Analisa Perkembangan dan Prediksi Tingkat Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia tahun 2011”. Indikator pertumbuhan yang digunakan sebagai variabel independen adalah Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dengan ditambahkannya variabel Laba Tahun Berjalan dan periode data waktu yang digunakan yaitu dari bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat tahun 2010, serta hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah untuk bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2011 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat tahun 2012.
(25)
8
Metode yang digunakan adalah Box Jenkins atau ARIMA. Model prediksi yang digunakan adalah ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average). Alasan utama menggunakan model Box Jenkins karena pergerakan variabel-variabel yang diteliti, seperti pergerakan data kuantitas bank sering kali sulit dijelaskan oleh teori-teori ekonomi. Prediksi terhadap keempat indikator bank syariah tersebut dilakukan secara bertahap. Pentahapan prediksi dalam penelitian ini diharapkan menjadi salah satu alternatif metode prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Data yang digunakan adalah dalam bentuk nilai nominal. Nilai nominal dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan dan Total Laba Tahun Berjalan untuk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Perbankan Syariah Indonesia. Dari hasil prediksi nilai nominal Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan dengan menggunakan metode ARIMA tersebut akan dihitung nilai pertumbuhannya.
B. Perumusan Masalah
Agar lebih mudah dan lebih fokus dalam melakukan penelitian ini, maka penulis membuat rumusan masalah yang akan penulis teliti, sehingga ada batasan-batasan dalam melakukan penelitian ini.
Adapun perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(26)
9
1. Bagaimana perkembangan bank syariah dilihat dari perkembangan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan?
2. Bagaimana hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan metode ARIMA yang tingkat pertumbuhannya dilihat dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan dan Total Laba Tahun Berjalan yang didapat bank syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisa perkembangan bank syariah dilihat dari aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan.
2. Memprediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yang diterima bank syariah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai perkembangan dan prediksi pertumbuhan bank syariah Indonesia, antara lain:
1. Bagi Bank Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi dan juga acuan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan bisnis perbankan syariah ini. Serta dapat mempersiapkan hal apa saja yang dibutuhkan untuk menghadapi ancaman di masa yang akan datang dan
(27)
10
dapat mempertahankan serta meningkatkan kinerja bank syariah di Indonesia, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan ataupun kekurangan dalam menjalankan bisnis bank syariah tersebut.
2. Bagi Institusi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang bank syariah dan sebagai perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.
3. Bagi masyarakat luas, diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi masyrakat untuk menambah pengetahuan mengenai perkembangan dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia dan mengetahui seberapa besar keuntungan yang didapat dari bisnis bank syariah ini.
4. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perkembangan bank syariah dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia.
(28)
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum
Dalam bab dua ini, akan menjelaskan mengenai teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan variabel-variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai gambaran dan landasan dalam penelitian ini. Sehingga hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dapat terlihat.
Peneliti juga akan membahas beberapa penelitian terdahulu dengan tema yang memiliki hubungan dengan penelitian ini sebagai pembanding. Serta membuat kerangka pemikiran yang menjelaskan mengenai ringkasan jalannya penelitian, dan terakhir hipotesis yang digunakan untuk membuat kesimpulan dalam penelitian ini.
B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Bank sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution) antara pihak yang mengalami surplus of funds untuk diprodukstifkan pada sektor-sektor yang
(29)
14
mengalami lack of funds merupakan salah satu komponen utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi sutu negara (Abdul Fattah Lubis, 2008:14).
Menurut Kasmir, 2008, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:14).
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1 ayat 12, disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah. Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain, untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(30)
15
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank ke pihak lain.
2. Unit Usaha Syariah
Menurut UU No. 21 tahun 2008, Unit Usaha Syariah atau UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Berdasarkan UU tersebut, Bank Umum Konvensional (BUK) diperbolehkan melakukan kegiatan usaha syariah dengan membuka suatu unit usaha syariah, sedangkan Bank Umum Syariah (BUS) tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip konvensional (Erva Yulianti, 2010:10).
3. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
Faktor dasar yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah pelarangan dari diberlakukannya bunga yang dalam bank syariah dianggap riba (tambahan) dalam transaksi pinjam meminjam.
(31)
16 Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
No. Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah
1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss sharing (bagi hasil)
2. Risiko Anti Risk Risk sharing
3. Operasional
Beroperasi dengan pendekatan sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil
Beroperasi dengan pendekatan sektor riil 4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual-beli, bagi
hasil, jasa)
5. Pendapatan
Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan
6. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread
7. Dasar Hukum Bank Indonesia dan Pemerintah
Al-Qur’an, sunnah, fatwa ulama, Bank Indonesia dan pemerintah
8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba)
Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar)
9. Operasional
- Dana masyarakat (DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
- Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan aspek halal tidak menjadi
pertimbangan agama
- Dana masyarakat (DPK) berupa titipan (wadi’ah) dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapat hasil jika “diusahakan” terlebih dahulu - Penyaluran dana (financing) pada usaha yang halal dan menguntungkan
10. Aspek Sosial Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang didalam misi dan visi 11. Organisasi Tidak memiliki Dewan
Pengawas
Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) 12. Uang Uang adalah komoditi selain
sebagai alat pembayaran
Uang bukan komoditi, tetapi hanyalah alat pembayaran Sumber : Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, 2008
(32)
17 4. Produk Perbankan Syariah
a. Produk Penyaluran Dana
Produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan berdasarkan tujuan penggunaannya (Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:22) :
1) Prinsip Jual Beli
Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada.
Istishna adalah pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa. 3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Musyarakah
Mudharabah 4) Akad Pelengkap
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Rahn atau gadai
Qardh adalah pinjaman uang.
(33)
18 Kafalah atau Garansi Bank
b. Produk Penghimpunan Dana 1) Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah yad amanah.
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah 2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola).
Mudharabah mutlaqah
Mudharabah muqayyadah on balance sheet Mudharabah muqayyadah off balance sheet
3) Akad Pelengkap
Wakalah atau perwakilan c. Jasa Perbankan
1) Sharf adalah jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip
sharf.
2) Ijarah, kegiatannya penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).
(34)
19 5. Aset
Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan lain-lain (Abdul Fattah Lubis, 2008:16). Menurut Harahap (2006) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:16), pengertian aset ini secara teoritis dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :
Al B Statemen (1970) mendifinisikan sebagai berikut :
”Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya
pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku ”
FASB Statement (1985) memberikan definisi sebagai berikut: “Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh
atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga yang tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah
berlaku.” 6. Dana Pihak Ketiga
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lainnya yang dapat segera diubah menjadi uang tunai. Dana yang dimiliki oleh bank tidak hanya berasal dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu
(35)
20
akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun berangsur-angsur (Abdul Fattah Lubis, 2008:17).
Menurut Slamet Riyadi (2006:79), dana yang berasal dari masyarakat biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga (DPK). Sumber dana pihak ketiga (DPK), dari segi mata uangnya dibedakan menjadi:
Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah adalah kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro, Simapanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank Sentral.
Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk, termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).
Sumber Dana Berbiaya adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik dana pihak ketiga maupun dana pihak kedua (tidak termasuk penerbit saham). Sumber dana berbiaya yaitu
(36)
21
giro, tabungan, simpanan berjangka, kewajiban-kewajiban lainnya, pinjaman yang diterima dan setoran jaminan.
Dana Tidak Berbiaya adalah sebagian besar sumber dana bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung, terutama yang berasal dari dana pihak ketiga (DPK) dan dana pihak kedua, sehingga dapat dikatakan tidak ada dana yang tanpa biaya bagi suatu bank.
7. Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yaitu penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kamus Bank Indonesia, 2010).
Menurut Muhammad (2005) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:22), pembiayaan dalam dunia perbankan syariah yaitu penyediaan dana atau tagihan/piutang yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga, dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan unutk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut PBI No. 10/18/PBI/2008 (www.bi.go.id), pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
(37)
22 Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna’
Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa menyewa jasa dalam betuk ijarah untuk transaksi multijasa.
8. Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan, laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah Lubis, 2008:25).
9. Teori Pertumbuhan
Menurut Feeser dan Willard (1990) dalam Erva Yulianita (2010:17), menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan salah satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu bisnis karena menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan perusahaan. Menurut Zook dan Allen (1999) dalam Erva Yulianita (2010:17), menyatakan bahwa dalam kenyataannya mempertahankan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Zook dan Allen bahwa hanya satu dari tujuh perusahaan yang dapat bertahan dan memperoleh profitable growth.
(38)
23
Menurut Park (2009) dalam Erva Yulianita (2010:17), dalam sebuah perusahaan proxy yang sangat umum digunakan dalam mengukur pertumbuhan adalah pertumbuhan penjualan. Menurut Bamford (2004) dalam Erva Yulianita (2010:17), untuk sebuah bank semua penjualan bisa dikategorikan dalam produk-produk kredit (loans) atau dana pihak ketiga (deposits). Kredit dan dana pihak ketiga merupakan ukuran standar dalam industri perbankan baik bagi bank untuk mengevaluasi penjualannya maupun bagi pemerintah untuk mengetahui dampak finansial dalam industri perbankan.
Banon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin (2008:4), menjelaskan perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan indikator-indikatornya. Beberapa indikator perbankan syariah yang dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini, yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan. Perhitungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
gi = (git– git-1) / git-1 x 100%
10. Pengembangan Bank Syariah Tahun 2011
Dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah terdapat sasaran-sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011, yaitu sebagai berikut:
1) Terpenuhnya prinsip syariah dalam operasional perbankan. Hal ini ditandai dengan tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang
(39)
24
terstandarisasi. Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi pengawasan prinsip syariah dalam operasional perbankan, baik instrumen maupun badan terkait. Serta rendahnya tingkat keluhan masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah dalam setiap transaksi.
2) Diterapkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan syariah. Hal ini ditandai dengan terwujudnya kerangka pengaturan dan pengawasan berbasis risiko yang sesuai dengan karakteristiknya dan dukungan oleh sumber daya insani yang andal. Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasi perbankan syariah dan diterapkan kebijakan exit dan entry yang efisien. Serta terwujudnya real time supervision dan self regulation system.
3) Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien. Hal ini ditandai dengan terciptanya pemain-pemain yang mampu bersaing secara global terwujudnya aliansi strategis yang efektif dan terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga-lembaga pendukung.
4) Terciptnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat luas. Hal ini ditandai dengan terwujudnya safety net
yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan yang berhati-hati, terpenuhnya kebutuhan masyarakat yang
(40)
25
menginginkan layanan bank syariah diseluruh Indonesia dengan target pasar sebesar 5% dari total aset perbankan nasional, terwujud fungsi perbankan syariah yang kafah dan dapat melayani seluruh segmen masyarakat , dan meningkatkan proporsi secara bagi hasil.
Strategi pengembangan perbankan syariah tahun 2011 (Infobank, Desember 2010:53) :
1) Optimalisasi insensitif fiskal bagi industri perbankan syariah.
Pemberlakuan Undang-Undang (UU) No. 42 tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pertengahan tahun 2009, setelah sebelumnya dikeluarkan UU perbankan syariah, menjadi
milestone yang kemuadian sidikit banyak mendorong kecendrungan berdirinya bank umum syariah (BUS) baru, baik melalui bank konvensional maupun spin-off.
2) Peningkatan kualitas pengawasan dan sumber daya manusia (SDM) perbankan syariah.
Seperti telah diproyeksikan, 2010 tahun yang istimewa bagi industri perbankan syariah nasional mengingat pada tahun 2010 telah terjadi penambahan bank syariah sebanyak 6 bank umum syariah (BUS). Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan industri, baik secara lembaga maupun volume usaha, menuntut ketersediaan jumlah sumber daya manusia (SDM) yang memadai dengan
(41)
26
kualitas yang mumpuni, baik dari sisi pelaku atau praktisi maupun pengawas.
3) Peningkatan kualitas sistem pengawasan.
Sasaran pengembangan industri yang menargetkan pertumbuhan tinggi harus diikuti dengan sistem pengawasan yang juga semakin baik. Diperlukan juga regulasi ketentuan yang berkualitas dan infrastruktur yang lengkap. Peningkatan kualitas pengaturan secara berkesinambungan akan selalu disesuaikan dengan perkembangan terkini, baik yang berasal dari Islamic Financial Services Board
(IFSB), Bank of Community (AEC). Dalam aspek peningkatan infrastruktur pengawasan, arah pengembangan ditujukan upaya untuk melengkapi sistem pengawasan yang mengacu pada risiko dan kualitas manajemen yang baik.
4) Penguatan permodalan.
Pertumbuhan volume industri perbankan syariah pada tahun 2011, termasuk dana pihak ketiga (DPK), harus diikuti peningkatan modal sehingga perbankan syariah tetap memiliki financial buffer
yang tinggi. Upaya penguatan permodalan ini secra internal dapat dilakukan melalui pengaturan perbankan syariah yang mendukung atau memfasilitasi upaya pertumbuhan modal melalui pendekatan tersebut.
(42)
27
5) Pengembangan human capital perbankan syariah 2011.
Dalam perspektif manajemen modern, SDM atau human capital
menajdi elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan keunggulan bersaing organisasu. Human capital yang diasosiasikan dengan ilmu, pengetahuan dan skill yang terkandung dalam sumber daya insani bila dianggap sebagai elemen produksi, memiliki keunikan.
6) Strategi coopetition untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan.
Sinergi yang semakin terlihat dalam berbagai aktivitas operasional dan promosi di antara unit usaha syariah (UUS) dan bank umum konvensional pusatnya maupun antara BUS dan bank umum konvensional penerapan one bank concept atau one firm concept di internak bank-bank dimaksud. Dengan konsep tersebut, UUS ataupun BUS diposisikan sebagai business unit atau product owner
bank pusat/bank induknya. Kecenderungan ini merupakan respins kebijakan dari group/korporat untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar dengan memanfaatkan momentum tren meningkatnya minat masyarakat terhadap produk bank syariah.
7) Mendorong terbentuknya segment champion.
Program pengembangan pasar secara lebih tajam kan dilakukan bersama-sama dengan bank syariah untuk setiap segment
(43)
28
pelayanan yang lebih terfokus. Jenis segmen atau cluster dimaksud akan dirumuskan dengan positioning masing-masing bank, misalnya segmen pelayanan internasional, pelayanan korporasi, pelayanan individu, micro finance, dan sektor ritel. Untuk setiap segmen atau cluster tersebut industri perbankan syariah secara bersama-sama akan didorong untuk memilih segment champion, yang selanjutnya disepakati menjadi model pengembangan bagi bank syariah lain dalam cluster yang sama.
8) Edukasi publik secara inovatif dan integrasi.
Disisi permintaan, antusiasme masyarakay untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat sebagai mana terlihat dalam dua tahun belakangan. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan manfaat dari kehadiran bank syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tanpa terkecuali.
(44)
29 C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Aset terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Khaf (2004) dalam Erva Yulianita (2010:17) mengatakan bahwa pertumbuhan aset juga merupakan hal yang sangat penting untuk suatu bank karena menunjukkan kemampuan bank untuk terus tumbuh dan sukses. Disamping itu juga disebutkan bahwa pertumbuhan aset bank mampu menggambarkan kemampuan bank dalam mengahasilkan pendapatan.
2. Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Zainal Arifin (2002) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:18), pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana, tanpa dana yang cukup bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
3. Pembiayaan terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:22), pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan. Ini menandakan bahwa ada kaitan yang signifikan antara pembiayaan dan pertumbuhan bank syariah.
(45)
30
4. Laba terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:27), motif ekonomi yang paling mendasar dalam mendirikan sebuah perusahaan adalah laba. Semakin besar laba, semakin likuid dan bonafid nilai perusahaannya dan tidak menutup kemungkinan proyeksi pertumbuhan perusahaan akan terealisasi dengan tepat. Semakin besar laba yang diperoleh Bank Syariah maka semakin tinggilah pertumbuhan Bank Syariah tersebut.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yang penulis masukan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini.
(46)
31 Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian
Darna (2007)
Sensitivitas Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah terhadap Volatilitas Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar Rupiah serta Pengaruh Fatwa MUI tentang Pengharaman Bunga Bank Variabel Dependen: 1. Pertumbuhan Aset 2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Variabel
Independen : 1. Volatilitas 2. Tingkat SBI 3. Nilai Tukar Rp 4. Fatwa MUI
Casual & Correlation Method
Penelitian ini mengatakan MUI berpengaruhi secara signifikan terhadap
pertumbuhan aset dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Banoon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin (2008) Prediksi Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Variabel Dependen: 1. Prediksi Pertumbuhan Perbankan Syariah Variabel Independen: 1. Aset 2. Dana Pihak Ketiga 3. Pembiayaan Box Jenkins / ARIMA Penelitian ini menghasilkan model ARIMA yang signifikan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan aset, DPK, pembiayaan pada bank syariah. Abdul Fattah Lubis (2008) Analisa Pertumbuhan Bisnis Bank Syariah (Studi Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk)
Variabel Dependen:
1.ROA (Return On
Assets) Variabel Independen: 1. NIM 2. FDR 3. BOPO Regresi Berganda Penelitian ini menghasilkan adanya hubungan yang signifikan antara NIM, FDR dan BOPO terhadap ROA dalam menganalisa pertumbuhan bank syariah. Ellyn Herlia Nur Hidayah (2008) Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah Variabel Dependen: 1. Pertumbuhan Aset Variabel Independen: 1. NPF 2. DPK 3. SBI 4. ROA Regresi Berganda Penelitian ini menghasilkan variabel yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset perbankan syariah adalah variabel DPK dan SBI. Variabel NPF dan ROA tidak signifikan memperngaruhi pertumbuhan aset bank syariah.
(47)
32 Samin dan Asmiranda Iriviandy (2009) Prospek Perkembangan Bank Syariah di Indonesia (Studi Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk) Variabel Dependen: 1. Prospek Perkembangan Bank Syariah Variabel Independen : 1. Rasio Likuiditas (Current Ratio dan Fund to Deposit Ratio)
2. Rasio
Profitabilitas (Net Profit Margin, Return on Assets,
dan Return On Equity) Analisis Rata-Rata Bergerak Sederhana Tiga Tahunan Penelitian ini menghasilkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara Rasio Likuiditas dan Rasio Profitabilitas terhadap Prospek Perkembangan Bank Syariah. Sri Wiyastuti dan MB. Hendrie Anto (2010) Perbankan Syariah Indonesia dalam Perkembangan dan Permasalahan Volume Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan Biaya Intermediasi Terhadap Manajemen Laba Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Variabel Dependen: 1. Margin Laba Variabel Independen: 1. Pembiayaan 2. Dana Pihak Ketiga 3. Biaya Intermediasi Regresi Data Panel Penelitian menghasilkan pembiayaan tidak berpengaruh terhadap marjin laba, sementara itu DPK dan biaya intermediasi berpengaruh terhadap margin laba. Ervi Yulianita (2010) Analisis Perbandingan Faktor Determinan Pertumbuhan Aset, Kredit (Pembiayaan), dan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah & Konvensional di Indonesia Periode Penelitian tahun 2004 - 2008
Variabel Dependen: 1. Pertumbuhan Aset
2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga 3. Pertumbuhan Kredit Variabel Independen: 1. Operating Expenses Management 2. Leverage Risk 3. Liquidity Risk 4. ROA 5. Size 6. Inflasi Regresi Data Panel Hasil yang didapat bahwa Leverage Risk, Liquidity Risk, ROA, Size berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset, dana pihak ketiga dan kredit.
(48)
33 E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan gambaran sistematis penelitian ini, dimana telah peneliti bahas sebelumnya bahwa penelitian ini adalah penelitian yang menganalisa prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan indikator pertumbuhan bank syariah yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan dengan menggunakan metode Box-Jenkins atau ARIMA.
(49)
34 Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Analisis Perkembangan dan Prediksi Tingkat Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
Tidak Ya
Aset
Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan
Laba Tahun Berjalan
Uji Stasioneritas : Uji Akar Unit
Pendekatan ARIMA
Prediksi Tingkat Pertumbuhan
Bank Syariah Identifikasi Model
Pemilihan p, d, q
Estimasi Parameter Model
(50)
35 F. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang akan di uji untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah dengan menguji secara parsial masing-masing model ARIMA untuk mendapatkan model terbaik yang akan digunakan.
a. H0 Aset :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model aset yang dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik untuk aset.
Ha Aset :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model aset yang dicaria atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA terbaik untuk aset.
b. H0 DPK :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model DPK yang dicari untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk DPK.
Ha DPK :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model DPK yang dicarai untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk DPK.
(51)
36
c. H0 Pembiayaan :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik untuk pembiayaan.
Ha Pembiayaan :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk pembiayaan.
a. H0 Laba Tahun Berjalan :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk laba tahun berjalan.
Ha Laba Tahun Berjalan :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk laba tahun berjalan.
(52)
37 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Adapun Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan mengenai perkembangan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yang didapat oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil prediksi dan dihitung tingkat pertumbuhannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah indikator-indikator pertumbuhan bank syariah yaitu total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yang dijadikan sebagai variabel independen (X) dan hasil prediksi pertumbuhan bank syariah sebagai variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.
(53)
38 B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah statistik perbankan syariah Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat tahun 2010. Metode penentuan sampel penelitian ini adalah
Purposive Sampling Method yaitu pengambilan data disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria dibawah ini:
1) Statistik Perbankan Syariah dari bulan Maret atau Triwulan Pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau Triwulan Keempat tahun 2010.
2) Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka penelitian menggunakan total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yaitu dari bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat tahun 2010.
(54)
39 Tabel 3.1
(dalam Rupiah)
Keterangan Aset DPK Pembiayaan
Laba Tahun Berjalan 2006.I 20.545.995 14.955.706 15.996.948 81.908 2006.II 22.700.820 16.432.728 18.162.126 165.134 2006.III 24.313.155 17.975.508 19.662.542 261.437 2006.IV 26.722.030 20.672.181 20.444.907 355.047 2007.I 28.447.352 21.882.933 20.820.064 158.727 2007.II 29.208.812 22.714.256 22.969.103 301.359 2007.III 31.802.773 23.308.579 24.637.850 428.521 2007.IV 36.537.637 28.011.670 27.944.311 540.084 2008.I 38.343.742 29.552.399 29.552.399 217.772 2008.II 42.981.116 33.048.523 33.048.523 411.089 2008.III 45.857.224 33.568.573 33.568.573 613.321 20008.IV 49.555.122 36.852.148 36.852.148 432.496 2009.I 51.678.000 38.040.000 39.308.000 289.000 2009.II 55.238.000 42.103.000 42.195.000 517.000 2009.III 58.034.000 45.381.000 44.523.000 469.000 2009.IV 66.090.000 52.271.000 46.886.000 791.000 2010.I 68.543.000 52.811.000 50.206.000 361.000 2010.II 75.205.000 58.079.000 55.801.000 580.000 2010.III 83.454.000 63.912.000 60.970.000 975.000 2010.IV 97.519.000 76.036.000 68.181.000 1.301.000 Sumber : Data Statistik Perbankan Syariah Indonesia
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah :
Data kuantitatif yang merupakan data berupa angka-angka yang memiliki satuan hitung dan dapat dihitung secara matematis, yaitu total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan. Dalam penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yang merupakan data berupa informasi perkembangan bank syariah di Indonesia. Seluruh informasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data
(55)
40
yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari publikasi Bank Indonesia berupa Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Indonesia, hasil penelitian terdahulu dan jurnal.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik berikut :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Pengumpulan data yang didapat langsung di Perpustakaan Bank Indonesia. Data yang diambil berupa Statistik Perbankan Syariah dari Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan Desember atau triwulan keempat tahun 2010 dan Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa bahan-bahan teori atau konsep yang didapat dari www.bi.go.id, perpustakaan berupa literatur, artikel/jurnal ilmiah (English and Indonesian Journals) yang dapat mendukung sebagai bahan kajian penelitian dan juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.
(56)
41 D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode :
1. Metode Box-Jenkins
Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan model time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang diamati (let the data speak for themselves). Model Box-Jenkins ini secara umum dikenal dengan sebagai model autoregressive integrated moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan model struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel ekonomi (Agus Widarjono, 2009:275). Alasan utama penggunaan metode Box-Jenkins dalam penelitian ini karena gerakan variabel aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan yang didapat oleh bank syariah seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori ekonomi.
Teknik Box-Jenkins sebagai teknik peramalan berbeda dengan kebanyakan model peramalan yang ada. Didalam model ini tidak ada asumsi khusus tentang data historis dari runtut waktu, tetapi menggunakan metode iteratif untuk menentukan model yang terbaik. Model yang terpilih kemuadian akan dicek ulang dengan data historis apakah telah menggambarkan data dengan tepat. Model terbaik akan diperoleh jika residual antara model peramalan dan data historis kecil, didistribusikan secara random dan independen. Namun bila model
(57)
42
yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari beberapa model yaitu autoregressive (AR), moving average (MA),
autoregressive-moving average (ARMA) dan autoregressive integrated moving average (ARIMA) (Agus Winarjono, 2009:275).
a) Model Autoregressive
Model pertama ARIMA adalah model autoregressive (AR) menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya merupakan fungsi linier dan sejumlah Yt aktual sebelumnya. Misalnya nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh nilai variabel tersebut satu periode sebelumnya atau kelambanan pertama maka model tersebut disebut model
autoregressive tingkat pertama atau disingkat AR(1) (Agus Widarjono, 2009:276).
b) Model Moving Average
Model kedua ARIMA adalah model movind average (MA), model ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya. Misalnya jika nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual satu periode sebelumnya maka disebut dengan model MA tingkat pertama atau disingkat dengan MA(1). Model MA adalah model prediksi variabel dependen Y berdasarkan kombinasi linear dari residual sebelumnya
(58)
43
sedangkan model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada nilai Y sebelumnya (Agus Widarjono, 2009:277).
c) Model Autoregressive-Moving Average
Seringkali suatu data time series dapat dijelaskan dengan baik melalui penggabungan antara model AR dan model MA. Model gabungan ini disebut Autoregressive-Moving Average
(ARMA). Misalnya nilai variabel dependen Yt dipengaruhi oleh kelambanan pertama Yt dan kelambanan tingkat pertama residual maka modelnya disebut dengan model ARMA(1,1) (Agus Widarjono, 2009:277).
d) Model Autoregressive Integrated Moving Average
Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan bahwa data time series yang diamatai mempunyai sifat stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria yaitu data time series mempunyai rata-rata, varian dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data
time series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada proses diferensi (difference). Proses diferensi adalah suatu proses mencari perbedaan antara data satu periode dengan periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan tingkat pertama. Jika kemudian melakukan diferensi data diferensi tingkat pertama akan menghasilkan data diferensi tingkat kedua dan seterusnya (Agus Widarjono, 2009:277).
(59)
44
Seandainya data time series yang kita gunakan tidak stasioner dalam level maka data tersebut kemungkinan menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan kata lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat stasioner pada tingkat diferensi (difference). Model dengan data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner pada proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q), maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR, d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q merupakan tingkat MA (Agus Widarjono, 2009:277).
Menurut Agus Widarjono (2009:278), langkah-langkah yang harus diambil di dalam menganalisis data dengan menggunakan teknik Box Jenkins secara detail sebagai berikut :
Gambar 3.1 Metodologi ARIMA
Tidak ya
Identifikasi Model Pemilihan p, q, d secara tentatif
Estimasi Parameter Model
Uji Diagnosis
(60)
45 Langkah 1
Indentifikasi Model. Dalam langkah pertama ini kita mencari nila p, d dan q dengan menggunakan collegram.
Langkah 2
Estimasi Parameter. Setelah mendapatkan nilai p dan q, maka selanjutnya kita mengestimasi parameter model ARIMA yang kita pilih pada langkah pertama. Estimasi parameter dapat dilakukan melalui metode kuadrat terkecil atau metode estimasi yang lain seperti maximum likehood.
Langkah 3
Uji Diagnosis. Setelah mendapatkan estimator model ARIMA, kita akan memilih model yang mampu menjelaskan data dengan baik. Caranya dengan melihat apakah residual bersifat random sehingga merupakan residual yang relatif kecil. Jika tidak maka kita harus kembali ke langkah pertama untuk memilih model lain.
Langkah 4
Prediksi. Setelah kita mendapatkan model yang baik, maka selanjutnya kita bisa menggunakan model tersebut untuk memprediksi.
(61)
46 a. Tahap Identifikasi
Dalam identifikasi ini ditentukan nilai p, d, dan q. Dalam tahap identifikasi, digunakan fungsi estimasi fungsi otokolerasi dan fungsi otokolerasi parsial (ACF dan PACF).
1) Fungsi Otokolerasi Parsial
ACF merupakan mengukur kolerasi antar pengamatan dengan lag ke-k. Sedangkan PACF merupakan pengukuran kolerasi antar pengamatan dengan lag ke-k dan dengan mengontrol kolerasi antar dua pengamatan dengan lag kurang dari k atau dengan kata lain, PACF adalah kolerasi antara yt dan yt-k setelah menghilangkan efek yt yang terlentak di antara kedua pengamatan tersebut. Fungsi kolerasi parsial ini hanya diharapkan dapat membantu dalam menentukan orde dari proses AR.
2) Identifikasi Orde dan Model
Setelah mengetahui PACF, sekarang menggunakan ACF dan PACF yang didapat untuk menentukan model ARIMA. Caranya adalah dengan mencocokan pola ACF dan PACF berdasarkan data yang kita gunakan untuk membuat fungsi tersebut, dengan pola model standar seperti AR(1), MA(2), ARMA(1,1), ARMA(2,2) dan seterusnya. Bila pola yang sedang dianalisis cocok dengan salah satu pola model standar tersebut dijadikan model pilihan. Tetapi, model terpilih masih perlu dilakukan tes diagnostik unutk mengetahui apakah model terpilih memang akurat atau cocok dengan data yang dimiliki.
(62)
47 b. Tahap Estimasi Model ARIMA
Setelah p dan q ditentukan, tahapan berikutnya adalah mengestimasi parameter AR dan MA yang ada pada model. Estimasi ini bisa menggunakan teknik kuadrat terkecil sederhana maupun dengan metode estimasi tidak linier.
c. Tahap Tes Diagnostik
Setelah model ARIMA ditentukan dan parameternya telah diestimasi, maka kemudian harus melihat apakah model yang terpilih cocok dengan data atau tidak. Siapa tahu ada model ARIMA lain yang lebih cocok atau sama cocoknya dengan model yang terpilih. Salah satu tes yang dapat dilakukan adalah dengan mengamati apakah residual dari model terestimasi merupakan white noise atau tidak. Jika residual berupa white noise, berarti model terpilih cocok dengan data. Sebaliknya bila residual tidak berupa white noise, berarti model terpilih bukan merupakan model yang cocok. Akibatnya, kita harus melakukan pilihan ulang dari awal lagi. Oleh sebab itulah, metode Box-Jenkins disebut juga proses iterasi.
d. Tahap Peramalan
Peramalan baru dibuat setelah modelnya lolos tes diagnostik. Peramalan ini sesuangguhnya merupakan penjabaran dari persamaan berdasarkan koefisien-koefisien yang didapat, sehingga kita dapat menentukan kondisi di masa yang akan datang. Masalh ini akan lebih mudah dibicarakan berdasarkan contoh kasus.
(63)
48 2. Uji Stasioner
Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu apakah runtun waktu (time series) yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macam pengujian secara formal yang dapat dilakukan, yaitu Korelogram atau Unit Root Test
(Nachrowi, 2006:346). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data mengandung unit root maka data tersebut tidak stasioner.
Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-Statistic harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis (Wing Wahyu, 2007:79). Jika salah satu variabel ada yang tidak stasioner maka data tersebut harus di-difference (beda) tingkat pertama (first difference). Kalaupun belum juga stasioner maka data tersebut di-difference
(64)
49 D. Operasional Variabel Penelitian
Varibel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah. Cara menghitung pertumbuhan adalah :
gi = (git– git-1) / git-1 x 100%
Keterangan: g : growth (%), i : aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan laba tahun berjalan, t : time
2. Variabel Independen a) Aset
Aset disebut juga aktiva atau harta. Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan dalam operasi perubahan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tak berwujud dan lain-lain. Aset bank syariah meliputi kas, penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang diberikan penyertaan, penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), aktiva tetap dan inventaris dan rupa-rupa aktiva (Banoon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin, 2008). Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total aset.
(65)
50
b) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) bersumber dari dana yang dihimpun dari masyarakat, pengukuran jumlah dana pihak ketiga (DPK) ini volume giro, tabungan dan deposito yang dihimpun oleh Bank Syariah. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total dana pihak ketiga (DPK).
c) Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah, dapat diukur jumlahnya dari semua jenis pembiayaan baik yang menggunakan kontrak bagi hasil, jual beli maupun sewa. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total pembiayaan. d) Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan. Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah Lubis, 2008:25). Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total laba tahun berjalan.
(66)
51 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah
Menurut Abdullah Seed, sejak awal kelahiran perbakan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam modern : neorevivalis dan modernis (Syafi’i, 2001:18). Tujuan utama dari dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As -Sunnah.
Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya
upaya mengelola dana jama’ah haji secara non konvensional. Rintisan
institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr pada tahun 1963 di Kairo, Mesir (Syafi’i, 2001:18).
Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa Prof.Khursid Ahmad dan laporan internasional Assosiation of Islamic Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari 200 lembaga keuangan Islam yang beroperasi di seluruh dunia, baik di negara-negara
(67)
52
berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika
(Syafi’i, 2001:18). a) Mit Ghamr Bank
Rintisan perbankan syariah mulai berwujud di Mesir pada dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank
(semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) disepanjang delta sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan
ekonomi Islam (Syafi’i, 2001:19). b) Islamic Development Bank
Pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970, Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah. Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bungan harus digantikan dengan suatu sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian, dan proposal itupun diterima. Diusulkan juga pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi dan Pembangunan negara-negara Islam (Investment and Development Body of Islamic Countries). Badan tersebut berfungsi untuk :
(68)
53
1) Mengatur investasi modal Islam
2) Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara Islam
3) Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan mengatur penelitiannya
4) Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang dirancang untuk investasi regional di negara-negara Islam.
Pada sidang Menteri Keuagan OKI di Jeddah 1975, menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau
Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar Islam atau ekuivalen 2 miliar Special Drawing Right (SDR). Semua anggota OKI menjadi anggota IDB. IDB terbukti mampu memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara-negara Islam untuk pembangunan. IDB memberikan pinjaman bebas bunga unutk proyek infrastruktur dan pembiayaan kepada negara anggota berdasarkan partisipasi
modal negara tersebut (Syafi’i, 2001:21). c) Islamic Research and Training Institute
IDB membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai negara. Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, institusi ini membangun sebuah institut riset dan pelatihan untuk pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini
(69)
54
disebut Islamic Research and Training Institute (IRTI) (www.irti.org).
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam juga berpengaruh ke Indonesia. Menurut Muhammad Kamal Zubair (2008:2), eksistensi perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan Indonesia secara umum. PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank yang bebasis syariah pertama yang ada di Indonesia yang telah diakui oleh negara pada akhir tahun 1991. Pada awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri perbankan nasional. Sistem perbankan syariah mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1992 dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Pada saat era reformasi ditandai dengan disetujuuinya UU No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.
(70)
55 a) Perkembangan Kebijakan Bank Syariah
Konsep perbankan syariah telah benar-benar masuk dalam Undang-Undang Perbankan Indonesia dengan disetujuinya UU No. 10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7 Tahun 1992. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 tersebut diatur dengan rinci landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Dalam Undang-Undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional unutk membuka cabang syariah (dual banking system) atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan ketentuan mengenai kelembagaan dari jaringan kantor bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional (BUK) yang membuka Unit Usaha Syariah (UUS) dan Kantor Cabang Syariah (KCS) serta ketentuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Pemerintah juga mengeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur tentang kawajiban dan tanggung jawab Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter dalam mengatur kebijakan bank konvensional dan bank syariah (Muhammad Kamal Zubair, 2008:3).
Bank Indonesia juga mengeluarkan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan kerangka waktu perencanaan 10 tahun dari tahun 2002-2011. Berdasarkan
(1)
123
b.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Null Hypothesis: D(DPK,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.121606 0.0053
Test critical values: 1% level -4.728363
5% level -3.759743
10% level -3.324976
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 15
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(DPK,3)
Method: Least Squares Date: 06/24/11 Time: 10:19 Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4 Included observations: 15 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(DPK(-1),2) -3.730111 0.728309 -5.121606 0.0004
D(DPK(-1),3) 1.938457 0.587169 3.301360 0.0080
D(DPK(-2),3) 1.143962 0.288619 3.963566 0.0027
C -1309256. 1352646. -0.967922 0.3559
@TREND(2006Q1) 194015.2 107650.9 1.802263 0.1017
R-squared 0.940109 Mean dependent var 518461.4
Adjusted R-squared 0.916152 S.D. dependent var 6009247.
S.E. of regression 1740067. Akaike info criterion 31.83795
Sum squared resid 3.03E+13 Schwarz criterion 32.07396
Log likelihood -233.7846 Hannan-Quinn criter. 31.83543
F-statistic 39.24229 Durbin-Watson stat 2.063313
(2)
124
c.
Pembiayaan
Null Hypothesis: D(PEMBIAYAAN,2) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.175418 0.0000
Test critical values: 1% level -4.616209
5% level -3.710482
10% level -3.297799
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN,3) Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:20 Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4 Included observations: 17 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(PEMBIAYAAN(-1),2) -1.734761 0.189066 -9.175418 0.0000
C -716194.5 679990.1 -1.053243 0.3101
@TREND(2006Q1) 107449.1 56976.38 1.885853 0.0802
R-squared 0.857566 Mean dependent var 159221.3
Adjusted R-squared 0.837218 S.D. dependent var 2810426.
S.E. of regression 1133900. Akaike info criterion 30.87901
Sum squared resid 1.80E+13 Schwarz criterion 31.02605
Log likelihood -259.4716 Hannan-Quinn criter. 30.89363
F-statistic 42.14563 Durbin-Watson stat 1.753675
(3)
125
4. Model ARIMA Terbaik
a.
Aset (1,2,2)
Dependent Variable: D(D(ASET)) Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 20:06 Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4 Included observations: 17 after adjustments Convergence achieved after 30 iterations MA Backcast: 2006Q2 2006Q3
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -413985.5 186719.8 2.217148 0.0437
AR(1) -1.071793 0.125985 -8.507304 0.0000
MA(2) -0.810984 0.229165 -3.538874 0.0033
R-squared 0.415453 Mean dependent var 732509.7
Adjusted R-squared 0.331946 S.D. dependent var 2952464.
S.E. of regression 2413183. Akaike info criterion 32.38958
Sum squared resid 8.15E+13 Schwarz criterion 32.53661
Log likelihood -272.3114 Hannan-Quinn criter. 32.40419
F-statistic 4.975088 Durbin-Watson stat 0.975587
Prob(F-statistic) 0.023320
Inverted AR Roots -1.07
Estimated AR process is nonstationary
(4)
126
b. Dana Pihak Ketiga (3,2,2)
Dependent Variable: D(D(DPK)) Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 23:24 Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4 Included observations: 15 after adjustments Convergence achieved after 17 iterations MA Backcast: 2006Q4 2007Q1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -381857.1 62001.93 -6.158794 0.0000
AR(3) -1.132608 0.058775 -19.27012 0.0000
MA(2) -0.994795 0.235099 -4.231382 0.0012
R-squared 0.768592 Mean dependent var 727549.9
Adjusted R-squared 0.730024 S.D. dependent var 3467750.
S.E. of regression 1801815. Akaike info criterion 31.82334
Sum squared resid 3.90E+13 Schwarz criterion 31.96495
Log likelihood -235.6751 Hannan-Quinn criter. 31.82184
F-statistic 19.92824 Durbin-Watson stat 2.190677
Prob(F-statistic) 0.000154
Inverted AR Roots .52+.90i .52-.90i -1.04
Estimated AR process is nonstationary
(5)
127
c. Pembiayaan (3,2,4)
Dependent Variable: D(D(PEMBIAYAAN)) Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 22:27 Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4 Included observations: 15 after adjustments Convergence achieved after 15 iterations MA Backcast: 2006Q2 2007Q1
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -300519.3 132751.9 -2.263767 0.0429
AR(3) -0.735835 0.160622 -4.581157 0.0006
MA(4) -0.894454 0.045494 -19.66111 0.0000
R-squared 0.685911 Mean dependent var 455722.9
Adjusted R-squared 0.633563 S.D. dependent var 1636959.
S.E. of regression 990917.7 Akaike info criterion 30.62751
Sum squared resid 1.18E+13 Schwarz criterion 30.76912
Log likelihood -226.7063 Hannan-Quinn criter. 30.62600
F-statistic 13.10285 Durbin-Watson stat 2.418351
Prob(F-statistic) 0.000960
Inverted AR Roots .45-.78i .45+.78i -.90
(6)
128
d. Laba Tahun Berjalan
Dependent Variable: D(LABA) Method: Least Squares Date: 06/21/11 Time: 10:04 Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4 Included observations: 17 after adjustments Convergence achieved after 15 iterations MA Backcast: 2006Q2 2006Q3
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -65551.31 49530.30 -1.323459 0.2069
AR(2) -0.912767 0.148081 -6.163958 0.0000
MA(2) 0.882189 0.064889 13.59544 0.0000
R-squared 0.356556 Mean dependent var 61150.76
Adjusted R-squared 0.264636 S.D. dependent var 239957.3
S.E. of regression 205771.5 Akaike info criterion 27.46571
Sum squared resid 5.93E+11 Schwarz criterion 27.61274
Log likelihood -230.4585 Hannan-Quinn criter. 27.48032
F-statistic 3.878962 Durbin-Watson stat 2.664325