32
Data yang didapat berupa absorbansi fraksi protein umbi rumput teki. Selanjutnya kadar protein dihitung dengan rumus perhitungan fraksi protein menurut
Layne lampiran 3. Dari hasil perhitungan diperoleh kadar protein untuk FP
20
, FP
40
, FP
60
, dan FP
80
berturut-turut adalah 25,95 mgml; 13,62 mgml; 33,47 mgml; dan 40,41 mgml.
F. Uji Sitotoksisitas Fraksi Protein Umbi Rumput Teki
Dalam penelitian ini, uji sitotoksisitas dilakukan pada sel HeLa dan sel Vero yang didapat dari Laboratorium Ilmu Hayati Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Uji sitotoksisitas pada sel HeLa dimaksudkan untuk mengetahui potensi ketoksikan fraksi protein umbi rumput teki terhadap sel HeLa, sedangkan pada sel Vero lebih
dimaksudkan untuk memprediksi selektivitas ketoksikan fraksi protein umbi rumput teki. Suatu senyawa dikatakan selektif sebagai antikanker apabila mampu
menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel normal. Uji sitotoksisitas merupakan suatu uji kualitatif dan kuantitatif yang
didasarkan pada kematian sel. Uji kualitatif dilakukan dengan pengamatan morfologi sel dibawah mikroskop yang meliputi perubahan bentuk dan kepadatan sel kanker
sebelum dan sesudah perlakuan dengan fraksi protein umbi rumput teki. Uji kuantitatif dilakukan dengan mencari nilai LC
50
yaitu kadar yang mampu mematikan 50 populasi sel uji. Analisis LC
50
dilakukan dengan analisis probit yang merupakan salah satu analisis regresi untuk mengetahui hubungan konsentrasi – respon persen
kematian sel agar didapat persamaan garis lurus sehingga dapat menentukan nilai LC
50
yang akurat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Uji sitotoksisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode MTT. Metode ini dipilih karena cukup baik, mudah, cepat, akurat, tidak menggunakan
bahan radioaktif, dan sensitif karena mampu menghitung jumlah sel yang sedikit. Pada sel hidup, garam tetrazolium MTT 3-4,5-dimethylthiazol-2-yl-2,5-diphenyl
tetrazolium bromide secara aktif akan diabsorbsi ke dalam sel dan direduksi oleh
enzim reduktase suksinat tetrazolium yang terdapat di dalam rantai respirasi mitokondria sel membentuk suatu produk berwarna ungu dan tidak larut air yang
disebut kristal formazan Barille, 1997. Reaksi yang terjadi kemudian dihentikan dengan pemberian stop solution SDS 1 dalam HCl 0,01N yang juga berfungsi
untuk melarutkan garam formazan sehingga warna ungu yang terbentuk dapat dibaca absorbansinya dengan ELISA reader. Intensitas warna akan berbanding lurus dengan
nilai absorbansi yang terbaca pada ELISA reader dan juga berbanding lurus dengan jumlah sel yang hidup.
Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menempatkan sel, baik sel HeLa maupun sel Vero, masing-masing dalam sumuran microplate 96-well dengan
kepadatan 3x10
4
sel100 µl media bersama suatu seri kadar fraksi protein umbi rumput teki yang terdiri dari medium dan fraksi protein, yaitu 4000 µgml, 2000
µgml, 1000 µgml, 500 µgml, 250 µgml dan 125 µgml. Setelah penambahan MTT, intensitas warna dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm.
Pengukuran absorbansi dilakukan terhadap kelompok perlakuan, kelompok perlakuan tanpa sel dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan adalah sel HeLa
ataupun sel Vero dengan perlakuan fraksi protein umbi rumput teki. Kelompok kontrol adalah sel HeLa ataupun Vero tanpa perlakuan fraksi protein umbi rumput