1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas diri seseorang sangat dipengaruhi oleh keberadaannya dalam memperoleh pendidikan. Sesungguhnya pendidikan sangat berperan penting dalam
peningkatan dan pertumbuhan diri seseorang. Dengan kata lain, upaya meningkatkan kualitas manusia sesungguhnya dibutuhkan suatu proses
pembelajaran melalui pendidikan. Pendidikan merupakan modal bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan global dan menyiapkan masa depannya maupun masa
depan bangsa. Untuk itu perlu kita sadari bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat besar dalam menghadapi tantangan global baik itu dalam bersaing, maupun
dalam berprestasi. Pendidikan adalah usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat Syah, 2004: 21. Melalui proses pendidikan, seorang anak manusia akan mengalami suatu
perubahan, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Bahkan melalui pendidikan pula karakter seorang anak manusia terbentuk menjadi lebih baik. Di zaman sekarang
ini, pendidikan menjadi suatu hal yang amat penting yang harus ditata, disiapkan, dan diberi sarana dan prasarana untuk kelangsungan proses pendidikan. Pendidikan
dikatakan penting karena sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Hal ini diakui oleh semua orang baik sebagai pribadi atau individu maupun kelompok
bahkan suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Bangsa Indonesia pun menaruh harapan besar terhadap pendidikan dalam membangun masa depan bangsa
ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah memegang peranan penting dalam menyiapkan generasi penerus. Peran guru sangat besar dalam keseluruhan
kegiatan pembelajaran. Tugas guru bukan hanya untuk menyampaikan materi pembelajaran, tetapi hendaknya guru dapat menanamkan konsep-konsep yang
benar dari materi pembelajaran tersebut, sehingga ilmu yang dipelajari siswa dapat bermanfaat dalam kehidupan siswa, di waktu sekarang dan yang akan datang.
Selain persiapan dari guru, yang paling penting adalah bagaimana kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran di sekolah. Jika siswa siap baik fisik maupun
mental, maka pelajaran yang diberikan guru dapat masuk dengan baik oleh siswa, serta memperoleh hasil belajar yang bagus.
Tidak hanya dari peserta didik, guru dan lingkungan belajar siswa juga mempunyai peranan yang sangat besar bagi keberhasilan belajar siswa. Di
lingkungan sekolah pastinya siswa akan menemui masalah baik dengan teman- teman ataupun dengan guru. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses belajar siswa,
siswa cenderung merasa malas dan tidak berkonsentrasi menerima pelajaran dari guru. Agar peserta didik semangat mengikuti pelajaran dan memperoleh nilai yang
baik, perlu adanya suatu motivasi baik dari diri siswa maupun dari luar siswa.
Menurut Aunurrahman 2009: 114 “Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh
semangat”. Sardiman 2011:73 dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar mengatakan bahwa kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiapsiagaan. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakanmendesak.
Motivasi di dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada
pada dirinya dan potensi di luar dirinya untuk mewujudkan tujuan belajar Anurrahman, 2010: 180. Siswa perlu memiliki motivasi belajar. Dengan memiliki
motivasi belajar siswa dapat memperoleh hasil yang lebih baik dalam belajar serta dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang utuh dan berkualitas sehingga
mampu menghadapi tantangan zaman di masa yang akan datang. Guru hendaknya selalu membuat peserta didiknya selalu semangat dan
menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Segala sesuatu yang berada dalam individu yang menjadi tenaga pendorong dalam
melakukan suatu kegiatan atau aktivitas merupakan motivasi yang bersifat internal. Kegiatan tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa paksaan dari pihak manapun dan
dilakukan dengan rasa senang. Conny R. 2000: 297 menjelaskan bahwa motivasi yang bersifat internal memiliki peranan yang sangat besar bagi terciptanya kegiatan
pembelajaran yang efektif dan mencapai hasil belajar yang memuaskan. Motivasi yang bersifat internal dalam kaitannya dengan kegiatan belajar siswa, misalnya
siswa mempelajari Pendidikan Agama Katolik karena siswa tersebut menyukai mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Siswa tersebut merasa senang dan
bersungguh-sungguh ketika mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik, hal tersebut pasti mempengaruhi hasil belajar siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar akan menampakkan kesungguhannya untuk terlibat dalam kegiatan belajar seperti aktif bertanya, aktif mengemukakan
pendapatnya, rajin membuat catatan dalam setiap guru menjelaskan materi, kesungguhan dalam menyimak isi materi yang dipelajari, mampu mempraktikkan
sesuatu yang telah ia terima, mengerjakan tugas-tugas yang diterima dengan semangat dan kesungguhan hati, dan lain sebagainya. Siswa tersebut akan
mengalami peningkatan pada hasil belajarnya. Segala sesuatu atas dasar suka, pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik. Motivasi belajar yang ada dalam diri siswa,
perlu didukung dengan adannya situasi lingkungan sekolah yang kondusif, kondisi tubuh yang sehat, relasi yang harmonis antara guru dan siswa, orang tua, serta
faktor-faktor lain yang mendukung motivasi belajar siswa sehingga siswa tetap semangat dalam belajar demi meraih tujuan dan cita-cita yang mereka harapkan.
Motivasi erat kaitannya dengan kebutuhan, sehingga guru senantiasa harus meyakinkan siswa bahwa pelajaran yang didapat siswa di sekolah sangat penting
manfaatnya bagi siswa. Dengan hasil belajar yang memuaskan maka akan tercapai sukses yang dicita-citakan siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas XI, XII dan Kepala Sekolah SMA Sang Timur Yogyakarta khususnya pada proses belajar-
mengajar pelajaran Pendidikan Agama Katolik, diperoleh kesan bahwa guru sudah cukup kreatif dalam proses belajar-mengajar yakni dalam merancang dan
menyiapkan materi pelajaran, kreatif dalam pengelolaan kelas, kreatif dalam pemanfaatan waktu, kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran, kreatif dalam
penggunaan media pembelajaran, serta kreatif dalam mengembangkan alat evaluasi sehingga siswa antusias dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik.
Ada juga yang mengatakan: “kurang senang mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik karena merasa sulit untuk merefleksikan pengalaman
hidupnya berdasarkan ayat-ayat Kitab Suci yang berkaitan dengan temamateri yang disampaikan pada hari itu.” Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap
guru, beliau mengatakan bahwa, ”siswa kurang antusias dengan pelajaran
Pendidikan Agama Katolik karena siswa kurang berminat untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. ” Hal ini tampak ketika diminta untuk membaca teks
Kitab Suci, ada siswa yang sibuk sendiri entah menggambar, menulis, dan lain sebagainya.
Menghadapi realita yang demikian, pendidikan membutuhkan tenaga- tenaga yang kreatif dan profesional dalam dunia pendidikan, maka guru yang kreatif
sangatlah dibutuhkan untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir siswa serta memberikan dampak yang positif pula pada para siswa. Dalam dunia pendidikan,
guru adalah komponen penting dalam membangun kreativitas siswa. Seorang guru harus kreatif agar mampu membangkitkan kreativitas pada diri anak-anak didiknya.
Umumnya, guru yang kreatif adalah orang-orang yang terdidik, tentu oleh pendidik-pendidik yang kreatif dan dalam lingkungan yang mendukung pula.
Konsep lama yang mengatakan bahwa pendidikan itu suatu sistem, dimana faktor- faktor yang telah terdahulu terkumpul, dipelihara dan disistimatisasikan harus
diubah oleh kreativitas Dadang Suhardan, 2010: 43. Dalam proses belajar mengajar, kreativitas dalam pembelajaran merupakan
bagian dari suatu sistem yang tak terpisahkan dengan terdidik dan pendidik. Peranan kreativitas guru tidak sekedar membantu proses belajar mengajar dengan
mencakup satu aspek dalam diri manusia saja, akan tetapi mencakup aspek-aspek lainnya yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Secara umum kreativitas guru
memiliki fungsi utama yaitu membantu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan efisien Hamalik, 2010: 56.
Faktor penting dalam meningkatkan kreativitas di sekolah adalah peran guru.
Guru adalah kunci dalam proses belajar mengajar. Betapa pun baiknya prasarana pendidikan, kurikulum, gedung, laboratorium dan lain sebagainya apabila
guru tidak menggunakan sebagaimana mestinya, dapat menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Kreativitas itu bukan hanya mengacu pada hal-hal yang
berkaitan dengan proses pembelajaran semata seperti pemberian materi pelajaran, penggunaan metode atau media, tetapi juga perwujudan perilaku guru sendiri yang
luwes, komunikatif, menyenangkan, membimbing, dan lain sebagainya.
Guru mempunyai kewajiban untuk mengembangkan motivasi pada siswa saat pelajaran di kelas maupun di luar kelas. Harapannya lambat laun siswa semakin
menyadari akan kebutuhan dirinya untuk terus belajar agar cita-citanya dapat tercapai dengan baik. Maka seorang guru diharapkan mampu membantu siswa
untuk berkembang secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan baik dari segi intelektual, sosial, moral, spiritual, dan lain sebagainya Suparno, 2005: 5.
Berdasarkan uraian atau latar belakang tersebut, maka penulis berupaya untuk mengkaji lebih dalam terhadap permasalahan tersebut dan dituangkan dalam
bentuk skripsi yang berjudul “PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA KELAS XI DAN XII PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA SANG TIMUR YOGYAKARTA”. Besar
harapan kajian ini dapat dipakai bahan pemikiran untuk kegiatan dalam pembelajaran untuk membangun motivasi belajar siswa kelas XI dan XII SMA
Sang Timur Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah