1. Arti dan Makna Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik adalah suatu pelajaran yang mengutamakan pengetahuan dan ketrampilan dengan menggumulimenginterpretasikan hidup
dalam terang ajaran iman Katolik Komisi Kateketik KWI, 2001: 12. Heryatno 2008: 23 Pendidikan Agama Katolik adalah proses pendidikan
dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga, dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu naradidik agar semakin beriman kepada Tuhan
Yesus Kristus sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh terwujud di tengah- tengah hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik juga dipahami sebagai
komunikasi penghayatan atau pengalaman iman. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Katolik adalah suatu proses pendidikan yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam mengembangkan peserta didik untuk memperteguh
imannya kepada Tuhan Yesus Kristus sesuai dengan ajaran Gereja Katolik dengan tetap memperhatikan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan di tengah
keluarga, sekolah, masyarakat, dan dimana saja mereka berada.
2. Guru Pendidikan Agama Katolik
Konsili Vatikan II tahun 1962-1965 khususnya dalam Gravissimum Education GE
artikel lima belas “memberikan perhatian khusus kepada panggilan menjadi seorang pendidik, suatu panggilan yang tepat bagi kaum awam maupun
bagi mereka yang mengikuti status hidup yang lain dalam Gereja. Setiap orang yang membantu pembentukan manusia yang utuh adalah seorang pendidik; tetapi guru
menjadikan usaha membentuk manusia secara utuh sebagai profesi mereka” GE 15.
Selanjutnya dalam Dokumen Konsili Vatikan II artikel sembilan puluh enam 1991: 121 menguraikan bahwa guru agama merupakan kunci utama dan
komponen yang menentukan tujuan pendidikan di sekolah yang mau dicapai dalam proses pembelajaran. Maka guru-guru agama harus yang penuh dengan anugerah-
anugerah kodrati dan adikodrati, yang mampu memberikan kesaksian kepada peserta didik mengenai anugerah-anugerah yang dimilikinya itu.
Profesi sebagai Guru Pendidikan Agama Katolik harus dihayati sebagai anugerah atau sebagai panggilan-Nya untuk secara lebih utuh menjadi murid-
muridNya dan mengaktualisasi seluruh potensi hidupnya, sehingga berdasar rahmat-Nya hidup para peserta didik serta hidupnya sendiri terus bergerak maju,
berkembang sampai kepada kepenuhannya. Miller dalam Heryatno 2008: 86 menguraikan bahwa Guru Pendidikan
Agama Katolik harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap peserta didiknya. Untuk menjadi sahabat dan pendamping perkembangan, ia perlu
mencapai tahap perkembangan KEMI kognitif, emosi, moral dan iman. Miller juga menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh perlu
menekankan interaksi dan komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi peserta didik supaya secara terus-menerus berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi
sangat penting dalam tingkat perkembangan kognitif, emosi, moral, iman peserta didik.
Menurut Heryatno 2008: 113-117 sikap dasar dan semangat para guru Pendidikan Agama Katolik yang harus diwujudkan di dalam tugasnya yaitu:
a. Meneguhkan pribadi dan jati diri Para guru Pendidikan Agama Katolik diharapkan menghormati martabat para
peserta didik yang mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta mempercayai kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan
pendidikan mereka. Guru juga membantu para peserta didik yang lemah dan bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama dengan
teman-teman lainnya, dan berkembang menjadi lebih baik. b. Tetap yakin dan penuh harap
Sebagai pendidik harus penuh pengharapan dan keyakinan bahwa semua peserta didik dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari
Tuhan, oleh karena kebaikan dan kemurahan hati-Nya semua peserta didik dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup.
c. Mengasihi Sikap yang tidak kalah penting dari para guru Pendidikan Agama Katolik adalah
mengasihi para peserta didik. Beriman, berharap, dan mengasihi hidup para peserta didik itulah yang menjadi sikap, tekad, dan kesadaran yang wajib
diwujudkan dalam melaksanakan tugas panggilan mereka sebagai guru Pendidikan Agama Katolik. Dengan kasih yang bersedia berkorban seperti
Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah sikap dan perilaku peserta didik sekaligus memberikan hasil yang baik dan menyenangkan.
d. Menghormati peserta didik sebagai subjek
Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subyekpelaku utama, dalam proses pembelajaran para guru Pendidikan Agama Katolik mewujudkan relasi
antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subyek dengan obyek melainkan subyek dengan subyek. Di dalam relasi tersebut yang diharapkan oleh para
peserta didik bukan semata-mata isi mata pelajaran tetapi inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan peserta didik sebagai subyek, para guru
Pendidikan Agama Katolik akan memberdayakan mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif serta realisitis. Para guru Pendidikan Agama
Katolik juga menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana akrab, saling menerima dan menghargai serta suasana kebersamaan yang sungguh
menghormati inspirasi, aspirasi dan gagasan peserta didik. Dengan suasana ini pendidik mengharapkan dapat memperkembangkan diri para peserta didik secara
utuh bukan hanya intelektual tetapi juga perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka sehingga pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara
utuh dan seimbang. e. Menghormati kebebasan, hak dan tanggungjawab
Kebebasan terwujud jika para guru Pendidikan Agama Katolik menghormati hidup peserta didik sebagai pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta
bertindak berdasar hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua hak peserta didik, para guru Pendidikan Agama Katolik diharapkan
menyelenggarakan proses pendidikan yang bersifat sungguh membebaskan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal yang penting
yang dituntut dari para guru Pendidikan Agama Katolik adalah mengasihi para
peserta didik. Dengan demikian pendidikan akan mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka
menjadi orang-orang yang bebas, sehingga mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan kehadiran nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-
tengah kehidupan mereka.
D. Penelitian Relevan