Kepadatan Marshall Density Stabilitas Marshall

tersebut kemudian dibuat grafik yang disesuaikan dengan batasan lapisan aspal beton yang ada.

2.11. Parameter Pengujian Marshall

Aspal beton terbentuk dari ageregat, aspal dan atau tanpa bahan tambahan yang dicampur secara merata pada suhu tertentu. Campuran kemudian dihamparkan dan dipadatkan, sehingga terbentuk beton aspal beton. Sifat-sifat campuran aspal beton dapat dilihat dari parameter-parameter pengujian Marshall antara lain kepadatan Marshall Density, Stabilitas Marshall, Kelelehan Flow, Hasil Bagi Marshall Marshall Quotient, Rongga Terisi Aspal VFA atau VFB, Rongga Antar Agregat VMA, Rongga Udara VIM.

2.11.1. Kepadatan Marshall Density

Pada saat perencanaan di laboratorium, usaha pemadatan harus sesuai dengan keadaan lalu lintas yang ada di lapangan. Hal tersebut dikarenakan jika pemadatan yang dilakukan di laboratorium dipilih keadaan lalu lintas ringan, sementara di lapangan adalah untuk lalu lintas berat, maka akan terjadi kadar aspal akan menjadi lebih tinggi sehingga mengakibatkan perkerasan mengalami alur plastis. Demikian juga jika pemadatan yang dilakukan di laboratorium dipilih keadaan lalu lintas berat, sementara di lapangan adalah untuk lalu lintas ringan, maka akan terjadi rongga udara akhir akan lebih tinggi sehingga air dan udara mudah masuk, akibatnya campuran akan cepat mengeras, rapuh dan mudah terjadi retak serta adesivitas aspal berkurang yang dapat mengakibatkan pelepasan butir dan pengelupasan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.11.2. Stabilitas Marshall

Stabilitas Marshall adalah beban maksimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan kegagalan tekan saat diuji dengan menggunakan prosedur Marshall. Salah satu standard mutu kekuatan lapisan perkersan aspal adalah harga Stabilitas Marshall. Selama ini dikenal batas harga Stabilitas Marshall Marshall Stability bagi lalu-lintas berat di Indonesia adalah minimal 840 kg untuk British Standard, dan 680 kg atau sama dengan 1500 lbs untuk AASHTO. Tetapi Bina Marga umumnya mensyaratkan minimal 840 kg, pada suhu 60°C. Syarat minimal Stabilitas Marshall tersebut sesungguhnya hanya cocok untuk kendaraan berat dengan muatan normal, tidak dengan muatan berlebihan seperti di Indonesia Indrasurya B. Mochtar. Dengan muatan yang wajar di USA dan Inggris, roda kendaraan truk dipompa sesuai dengan tekanan angin yang disyaratkan yaitu ± 80 psi atau sama dengan 5,6 kgcm 2 , dan maksimal 100 psi. Akan tetapi di Indonesia, dengan muatan yang berlebihan tersebut tidak mungkin lagi tekanan angin roda hanya 80 psi, karena roda belakang truk yang terdiri dari 2 ban karet akan mengelembung dan saling bergesekan. Oleh sebab itu, hampir semua roda truk di Indonesia dipompa dengan tekanan angin diatas 120 psi, dan sebagian roda truk berat bahkan dipompa sampai 150 psi, hampir 2 kali tekanan pompa yang disyaratkan. Santosa dan Mochtar 1996 telah meninjau dampak dari tekanan angin roda kendaraan dengan muatan berlebih. Dari survey lapangan didapatkan bahwa truk- truk berat rata-rata memompa ban-nya dengan tekanan 120 psi, dan truk semi- trailer dan truk gandeng sampai mencapai antara 135-145 psi. Sebagian truk berat yang menggunakan roda masih baru bahkan memompa rodanya sampai 150 psi, mengingat beban gandar truk tersebut sering mencapai 16 ton per as. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Bina Marga 1991 menentukan bahwa syarat minimum Stabilitas Marshall SM untuk perkerasan adalah sebagai berikut : a SM minimum = 230 kg, untuk lalu lintas ringan; b SM minimum = 450 kg, untuk lalu-lintas menengahsedang, dan c SM minimum = 840 kg, untuk lalu-lintas berat. Oleh Santosa dan Mochtar 1996 didapatkan hubungan yang linier antara Marshall Stability dan Unconfined Compressive Strength dari benda uji campuran aspal, baik untuk campuran aspal type Hot Rolled Sheet HRS maupun Asphalt Concrete AC. Kemudian dapat dicari hubungan antara daya dukung perkerasan jalan terhadap gaya geser dan gaya tekan roda kendaraan yang telah diuraikan secara rinci oleh Mochtar 1999a. Dari hasilnya dapat diberikan rumusan hubungan antara Stabilitas Marshall dalam kg suatu perkerasan jalan dengan tekanan roda truk berat sebagai berikut : Stabilitas Marshall kg  10 p o psi ....................................................... 2.13 Dimana : p o = tekanan roda kendaraan dalam satuan psi = 0,07 kgcm 2 . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.9 Hubungan tekanan roda kendaraan dengan batas minimum Stabilitas Marshall perkerasan jalan. Tekanan Roda Kendaraan Persyaratan Minimum Stabilitas Marshall Perkerasan Jalan kg 80 800 90 900 100 1000 110 1100 120 1200 130 1300 140 1400 150 1500 Sumber : Indrasurya B.Mochtar, Mengapa Jalan Kita Cepat SekaliRusak?,Masalah Kerusakan Dini Jalan Raya Di Indonesia.. Persayaratan di atas untuk lalu-lintas berat kiranya hanya cocok untuk tekanan roda kendaraan truk sekitar 80 psi. Jadi untuk kebiasaan kendaraan truk di Indonesia yang membawa muatan yang berlebihan dan memompa roda mereka sampai 150 psi, diperlukan Stabilitas Marshall sekurang-kurangnya 1500 kg. Persyaratan ini dapat diturunkan bilamana telah ada pembatasan muatan bagi truk-truk berat di Indonesia. Di Indonesia, karena persyaratan mutu perkerasan jalan mengikuti standarad Bina Marga 1987, banyak perkerasan jalan yang tidak dirancang untuk memenuhi kriteria Stabilitas Marshall, SM 1500 kg. Dengan sendirinya lapisan perkersan tidak dapat menahan beban geser dari kendaraan berat, sehingga pada perkerasan cepat sekali terjadi retak cracks, gelombang corrugation, dan tersungkur shoving. Kondisi ini lebih mempercepat kerusakan pada jalan . Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.11.3. Kelelehan Flow