Penelitian Yang Pernah Dilakukan

persen volume bulk suatu campuran. Rongga udara dihitung dengan persamaan sebagai berikut : VMA = 100 x ....................................................................... 2.17 Dimana : VIM = Rongga udara dalam campuran padat, persen dari total volume. Gmm = Berat jenis maksimum campuran. Gmb = Berat jenis curah campuran padat. Tujuan dari perencanaan VIM adalah untuk membatasi penyesuaian kadar aspal rencana pada kondisi VIM mencapai tengah-tengah rentang spesifikasi, atau dalam hal khusus agar mendekati batas terendah rentang yang disyaratkan serta agar campuran mendekati kesesuain dengan hasil uji di laboratorium.

2.12. Penelitian Yang Pernah Dilakukan

Banyak peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan bahan tambahan pada campuran aspal beton dan dapat sebagai acuan atau literatur untuk penyusunan tugas akhir penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Rosmiyati Ariyanse Heni Lukitaningsih 2000. Di dalam penelitiannya ditulis tentang pemakaian bahan tambahan serat polypropylene pada campuran aspal beton. Dimana pada pencampuran untuk mencari KAO Kadar Aspal Optimum memakai persentase aspal 5; 5,5; 6; 6,5; 7; 7,5 dari berat agregat 1200 gram. Pengambilan persentase Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kadar aspal tersebut disesuaikan dengan hasil – hasil percobaan lain yang telah dilakukan dimana persentase aspal yang paling optimum biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 6. Sedangkan untuk mencari kadar serat optimum memakai persentase serat sebesar 1 - 9 dari berat aspal optimum yang sudah didapatkan. Pengambilan persentase kadar serat tersebut berdasarkan perkiraan bahwa serat polypropylene merupakan serat sellulosa dan berdasarkan percobaan – percobaan yang ada akan mencapai maksimum pada persentase 2. Untuk panjang serat yang di pakai yaitu 1 cm, 1,5 cm, 2 cm, 2,5 cm, 3 cm, 3,8 cm. Variasi tidak dimulai dari 0,5 cm karena pada panjang tersebut serat akan hancur tidak membentuk kesatuan dan berdasarkan serat yang mempuyai panjang maksimal dari produsen 3,8 cm. Dari penelitian tersebut didapat bahwa pemakaian 2 serat polypropylene dengan panjang serat 3,8 cm pada campuran hotmix dengan kadar aspal 6,575 mampu meningkatkan stabilitas campuran aspal beton sebesar 1,7 dan Marshall Quotient sebesar 4,7 namun tidak memenuhi syarat spesifikasi untuk persentase air voids dan persentase voids filled, sehingga serat polypeopylene tidak dapat dipakai pada campuran aspal beton. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilaksanakan adalah pemakaian serat polypropylene dalam bentuk fiber plastic beneser komposit serta meninjau dari segi kekuatan dan keawetan campuran aspal beton dengan tambahan serat polypropylene fiber plastic beneser berdasarkan dari variasi kadar aspal yang diperoleh dari perkiraan kadar aspal dan variasi kadar serat polypropylene diambil batasan 0-5. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Amin Puhari 2011 Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Serbuk Zeolite Sebagai Bahan Tambah Pada Campuran AC-WC Asphalt Concrete-Wearing Course” didapat bahwa hasil penelitian AC-WC normal, diperoleh kadar aspal optimum dengan nilai 6,625, nilai density 2,298 grcc, nilai VFA 68,514, nilai VIM 5,776, nilai stabilitas 3706,6 kg, nilai flow 5,625 mm dan nilai Marshall Quotient 660,6 kgmm. Sedangkan untuk campuran AC- WC dengan bahan tambah zeolit pada kadar bahan tambah optimum 2,5 didapatkan nilai density 2,338 grcc, nilai VFA 69,750, nilai VIM 5,520, nilai stabilitas 3801,4 kg, nilai flow 5,625 mm dan nilai Marshall Quotient 886,36 kgmm. c. Sih Rianung 2007 Dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Laboratorium Pengaruh Bahan Tambah Gondorukem pada Asphalt Concrete-Binder Course AC-BC Tehadap Nilai Propertis Marshall dan Durabilitas”. Dari hasil pengujian sifat fisik aspal pen 6070 dengan penambahan Gondorukem variasi 1, 2, 3 dan 5 terhadap berat aspal berpengaruh terhadap sifat titik lembek dan nilai penetrasi dengan pola hampir linier berbanding terbalik. Makin besar persentase bahan tambah Gondorukem dapat meningkatkan titik lembek dan juga menurunkan nilai penetrasi akan tetapi juga terjadi penurunan nilai titik nyalanya. Dalam Uji sifat–sifat Marshall, pada kadar aspal awal 4,5 - 6,5 dari penelitian Kadar Aspal Optimum KAO untuk Aspal murni, Aspal- Gondorukem As-rukem variasi 1, 2, 3 dan 5 berturut-turut sebesar Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 5,8, 6,0, 5,8, 5,7 dan 5,9 dari berat total campuran. Penggunaan pengaruh pada bahan tambah Gondorukem dengan variasi 1, 2 3 dan 5 pada Kadar Aspal Optimal KAO dengan masa perendaman 24, 48, 72 dan 96 jam untuk 2x75 tumbukan memberikan pengaruh pada penurunan Berat Isikepadatan, persentase VMA dan VIM naik, persentase VFB turun, nilai stabilitas dan flow mengecil, nilai MQ lebih besar dan untuk 2x400 tumbukan adalah untuk Berat Isikepadatan mengalami kenaikan, persentase VMA dan VIM turun, persentase VFB naik, nilai stabilitas dan flow mengecil, nilai MQ lebih besar sehingga campuran aspal beton lebih kaku dan mudah retak serta berkurang kekuatan dan kelenturannya jika terendam air. Dari hasil penelitian uji durabilitas baik kondisi 2 x 75 tumbukan maupun kondisi 2x400 tumbukan terjadi kerusakan campuran lebih cepat jika disbanding dengan menggunakan aspal murni. Gondorukem jika digunakan sebagai bahan tambah pada campuran beraspal panas AC-BC mempunyai kinerja yang lebih baik jika digunakan pada jalan dalam kondisi kering. Paling optimal ditunjukkan pada As-rukem 2 karena semua parameter uji aspal dapat dipenuhi dan mempuyai karateristik Marshall yang dianggap paling optimal jika dibandingkan dengan menggunakan aspal murni. Akan tetapi pada kondisi jalan yang sering terendam air, penggunaan gondorukem sebagai bahan tambah tidak direkomendasikan untuk digunakan karena stabilitasnya cenderung lebih cepat mengalami penurunan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan di laboratorium atau dikategorikan pekerjaan laboratorium, dimana penelitian ini membuat benda uji dengan diameter 10 cm atau 4 inch dan tinggi 7.5 cm atau 3 inch, yang memerlukan material sebanyak ± 1200 gram. Benda uji tersebut menggunakan batu pecah dengan ukuran 0 – 5 mm, 5 – 10 mm, 10 – 15 mm, pasir, aspal dan serat polypropylene menurut presentase berat aspal optimum. Pengujian – pengujian material menggunakan metode uji SNI. Metode uji yang lain yang digunakan adalah AASHTO, British Standart dan ASTM bila di SNI metodenya tidak dijumpai. 3.2. Perencanaan Campuran Aspal Beton 3.2.1. Persentase Aspal Optimum Pada perencanaan ini bertujuan untuk mencari kadar aspal optimum. Pada perencanaan ini prosedur yang dilakukan sesuai dengan perencanaan mix design atau pembuatan dan pengujian benda uji aspal beton. Persentase yang digunakan yaitu 4; 4,5; 5; 5,5; 6 dari jumlah berat agregat. Masing – masing persentase membuat tiga buah benda uji. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.