Bahan Pengisi atau Filler Bahan Tambahan atau Additive

Gambar 2.5 Alat Daktilitas d. Titik Nyala Penentuan titik nyala dilakukan berdasarkan SNI 06-2433-1991, bertujuan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman untuk pelaksanaan. Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalam aspal. Gambar 2.6 Alat Cleveland Open Cup

2.5.3. Bahan Pengisi atau Filler

Bahan pengisi atau filler adalah bahan pengisi rongga dalam campuran void in mix yang mempunyai butiran halus yang lolos saringan no.30 dimana presentase berat yang lolos saringan no.200 minimum 75 RSNI 03-1737-1989. Bahan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pengisi yang ditambahahkan harus dari semen portland. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak dikehendaki serta bebas dari gumpalan-gumpalan Fungsi filler pada perkerasan ialah untuk meningkatkan stabilitas dan mengurangi rongga udara dalam campuran.

2.5.4. Bahan Tambahan atau Additive

Bahan tambahan merupakan bahan yang dibutuhkan untuk campuran aspal beton, tetapi juga tidak diharuskan menggunakan bahan tambahan sesuai dengan yang dibutuhkan. Bahan tambahan seperti : a. Plastomer, adalah bahan yang sering kita kenal dengan plastik, kelompok styrene, yang berfungsi meningkatkan titik lembek, meningkatkan kekentalan. Menurut pengamatan, bahan ini akan memberikan hasil baik untuk peningkatan titik lembek sampai dengan 55 o C, namun peningkatan selanjutnya menunjukkan penurunan angka penetrasi yang drastic dan kehilangan kelengketan yang substansial contoh : EVA. b. Elastomer, adalah bahan tambahan yang lebih lentur, mampu meningkatkan titik lembek sampai dengan 60 o C lebih tanpa kehilangan daya lengket. Penetrasi akan turun, perlu dtambah dengan bahan tambahan lain yang mampu menaikkan angka penetrasi contoh : SBS, SBR dsb. c. Polimer, adalah bahan tambah yang merupakan rangkaian monomer dengan berbagai fungsi. Pilihan untuk menjadikannya bahan additive tergantung dari sifat dominan yang dimiliki oleh polimer tersebut dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. sinerginya dengan additive lain yang mungkin juga perlu ditambahkan untuk meningkatkan sifat tertent atau menghilangkan sifat tertentu yang tidak dikehendaki. d. Asphalten, penambahan asphalten untuk meningkatkan titik lembek meskipun tidak terlalu tinggi, sekitar 51 sampai dengan 55 o C, pernah dilakukan antara lain penambahan Gilsonite, Fixonite atau bubuk asbuton asbuton mikro. Penambahan terlalu besar melebihi 4 disinyalir menimbulkan kehilangan daya lengket aspal, karena material tersebut akan berfungsi seperti butir halus yang menyerap aspal. e. Serat selulosa, penambahan serat selulosa pada aspal beton akan meningkatkan titik lembek dengan 30 o C Penelitian Laboratorium UI 1995, jadi dapat diartikan selulosa dalam hal ini adalah aditif aspal modifikasi yang bersifat mekanistis terhadap peningkatan kinerja aspal modifikasi. Salah satu kelemahan pencampuran dengan serat selulosa adalah tidak adanya jaminan bahwa serat selulosa yang dituangkan akan tersebar merata kedalam campuran aspal dan agregat, sering terjadi penggumpalan di satu tempat. f. Re – used type rubber, atau karet bekas ban mobil yang diserut menjadi bubuk, dicampurkan kedalam aspal. Pemakaian bahan tambahan ini sangat dianjurkan di Amerika karena memanfaatkan bahan bekas dan mengurangi tumbukan ban bekas. Namun sampai saat ini tidak ada teknologi yang dapat melarutkan bubuk ban bekas tersebut hingga tercampur secara merata dan berfungsi untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. meningkatkan kinerja aspal atau mengurangi jumlah aspal dalam rangka penghematan, kebanyakan bubuk ban bekas tadi berfungsi sebagai filler lunak yang menambah fleksibilitas campuran tapi banyak mengurangi kelengketan aspal terhadap batuan.

2.6. Serat Polypropylene